Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 87 - Chapter 87:Bikini

Chapter 87 - Chapter 87:Bikini

"Aku mau belanja, antarkan aku. Kalau tidak, aku akan meminta Benny mengantarku!" ucap Asha dengan ketus.

Pikiran Danendra langsung kalut setiap nama Benny dikumandangkan, langkah kaki itu terhenti.Mengkaji ulang sikap Asha yang tidak biasanya.Sebagai suami,Danendra sudah mulai memahami sedikit demi sedikit karakter istri kecilnya yang mulai bisa merajuk atau protes untuk setiap hal yang tidak disukainya. Berbeda saat awal-awal menikah, Asha lebih banyak memendam perasaan sendiri.

"Maafkan aku, Sweetheart. Aku tidak tahu, tiba-tiba ada makhlukjadi-jadian yang menempel padaku," jelas Danendra .

Berjalan mendekat, Danendra berusaha menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi di kolam renang yang membuat istrinya meradang.

"Tidak ada yang menandingi kecantikanmu," puji Danendra , tersenyum semanis mungkin. Berusaha memadamkan api cemburu yang begitu menggelora. Terlihat jelas dari bola mata indah yang biasanya penuh dengan kasih sayang, saat ini begitu panas membara.

Danendra memilih berjongkok tepat di hadapan Asha yang duduk di Sisi ranjang. Tatapan lelaki itu mengandung permohonan supaya bisa dimaafkan.

"Antarkan aku, Mas. Aku mau membeli pakaian. Mas tidak lihat, aku tidak membawa pakaian sama sekali," keluh Asha .

Tadi pagi saat menyusul Danendra ke Jakarta, Asha tidak membawa apa pun. Hanya sebuah tas slempang kecil sederhana berisi ponsel dan dompet.Tidak mempersiapkan apa pun, bahkan Asha tidak menduga akan diberi kejutan luar biasa dari suaminya. Pria dengan balutan pakaian casual itu tertawa kecil sembari menggoda.

"Tidak memakai apa-apa jauh lebih baik. Kamu sepertinya lupa, kita ke sini dalam rangka apa,"goda Asha .

"Mas, aku serius," keluh Asha .

"Aku juga tidak bercanda, Sweetheart." Danendra tidak mau kalah, masih saja berdebat.Wajah cemberut itu terlihat makin kesal, sesekali mendengus kesal. Sampai akhirnya Asha bersuara.

"Sudah, aku berangkat sendiri saja!" gerutu Asha.

"Benny sudah menungguku di luar," lanjut Asha lagi.

Mendengar nama Ben, cemburu Danendra terpancing kembali. Meskipun Danendra tahu jelas, tidak akan ada Ben yang dimaksud, tetapi hatinya ketar-ketir setiap nama itu keluar dari bibir istrinya.

"Tunggu, As. Aku akan mengantarmu," cegah Danendra , menahan lengan Asha .

"Aku ganti pakaian dulu," lanjut Danendra lagi, bergegas membuka koper dan mencari pakaian keluar.Tidak lama keduanya sudah berada di pusat perbelanjaan terdekat dari tempat mereka menginap. Asha begitu antusias, bahkan Asha terlihat berlama-lama mengitari bagian pakaian wanita.

Danendra yang mulai kebosanan menunggu, baru saja akan mengeluh. Namun, begitu matanya menangkap apa yang sedang dicermati Asha hingga berlama-lama, pikirannya langsung kacau.

"Apa yang mau kamu beli, As?" tanya Danendra terbelalak melihat bikini tergantung beraneka macam, warna dan rupa. Lelaki itu sejak tadi hanya menunggu di luar, tidak betah harus mengikuti Asha , berjalan ke sana kemari.

"Ini." ucap Asha , menunjuk ke salah satu bikini model two piece yang tergantung.

"Astaga Asha ! Untuk apa membeli pakaian beginian?" tanya Danendra , bola matanya hampir keluar membayangkan istrinya mengenakan pakaian seperti itu.

"Aku mau berenang seperti Mas tadi. Tidak mungkin 'kan harus mengenakan gaun," gerutu Asha , kesal dengan respon Danendra . Asha melihat sendiri bagaimana penampilan gadis yang menempel pada suaminya di kolam renang. Emosinya langsung terpancing saat itu juga. Asha ditinggal sendirian di kamar, sedangkan suaminya bersenang-senang dengan gadis berpakaian mini di pinggir kolam.

Dan Asha tidak mungkin memarahi Danendra di tengah keramaian sekaligus menunjukan emosi dan cemburunya. Asha tidak mau membuat Danendra besar kepala, merasa begitu dicemburui dan dicintai olehnya.

"Tidak. Kamu tidak boleh berenang dengan pakaian ini. Kalau memaksa, kamu bisa memakai daster yang tertutup seperti yang biasa dipakai ibumu saat tidur."Danendra memberi ide.

"Mas! Jangan bercanda!" omel Asha .

"Aku tidak sedang bercanda. Coba saja kalau kamu berani mengenakannya!" ancam Danendra ,dengan tatapan mematikannya.

"Mas, aku juga mau seperti para gadis-gadis itu," tolak Asha , masih saja memandang bikini-bikini yang tergantung.

"Memakai itu mau menggoda siapa?Benny ?"todong Danendra , mendengus kesal.

"Mas! Aku serius," ucap Asha ketus.

"Tidak!"

"Pulang sekarang," ajak Danendra , menyeret lengan istrinya menuju ke kasir. Siap membayar belanjaan Asha yang lainnya.Sepanjang jalan menuju ke kasir, lelaki itu masih mengomel tidak jelas. Sesekali mendengus kesal menatap Asha di sampingnya. Wajah Asha pun terlihat begitu menyedihkan.

Deg—

Danendra menghentikan langkahnya saat itu juga.Hatinya tersentuh saat Asha cemberut. Danendra mengandeng istrinya.Namun, sungguh tidak rela membiarkan istrinya mengenakan pakaian mini yang mempertontonkan lekuk tubuhnya di depan umum.

"Jadi Mas tidak percaya padaku?" Asha murka, menghempaskan tangan Danendra .

"Bukan begitu As. Aku hanya tidak yakin, kalau kamu lancang mengenakan pakaian kurang bahan itu," jelas Danendra , melunak ,akhirnya Danendra mengalah.

Danendra berpikir sejenak sebelum akhirnya mengizinkan Asha membeli bikini.Setelah menyetujui, Asha akhirnya menyeret suaminya kembali ke tempat bikini-bikini tergantung. Tepat saat Asha memasukan salah satu ke dalam keranjang pakaian yang akan dibeli, Danendra kembali bersuara.

"Kamu hanya boleh mengenakannya di dalam kamar saat berdua denganku!" perintah Danendra tiba-tiba.

"Mas ... yang benar saja," keluh Asha .

"Ini untuk berenang. Buat apa aku mengenakannya di dalam kamar," lanjut Asha lagi.

"Kamu bisa mengenakannya saat berendam di dalam bathtub bersamaku," jelas Danendra ,tersenyum mesum.Membayangkan Asha dengan tampilan seksinya, menemani acara berendamnya nanti malam.

Asha menurut, tidak mau memperpanjang urusannya, makin lama berdebat dengan Danendra , Asha akan makin lama sampai hotel. Asha sudah mulai lelah. Keduanya sedang mengantre di kasir, saat mata Danendra terpana menangkap sesuatu yang tergantung tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Tidak lama, Danendra sudah meluruskan tubuhnya kembali, dengan ragu-ragu berkata pada Asha.

"Sweeetheart, aku mau melihatmu mengenakan itu nanti malam," ucap Danendra , menunjuk ke arah lingerie transparan super seksi berwarna

merah hati.

Danendra tersenyum sendiri, mengandeng Asha dengan mesranya masuk ke kamar mereka. Sepanjang hari merek menghabiskan waktu berduaan, berbelanja,jalan-jalan dan diakhiri makan malam romantis di pinggir pantai. Semuanya baru berakhir saat Asha mengeluh kelelahan.

Pintu kamar itu baru saja terbuka, Asha sudah menerobos masuk meninggalkan Danendra dengan kantong belanjaan yang berukuran raksasa.Sosok Danendra sudah seperti ajudan istrinya sendiri. Mengikuti ke mana arah Asha melangkah, mendengar semua perintah Asha tanpa membantah sedikit pun. Seperti saat ini, Asha baru saja menghempaskan tubuh kelelahan di atas tempat tidur.

"Aduh, Mas.Kakiku kenapa jadi sakit semua,"keluh Asha , memijat kedua kaki yang diluruskannya di atas tempat tidur.

Mendengar keluhan istrinya,Danendra sigap menjatuhkan semua barang belanjaannya ke lantai dengan kasar. Lelaki itu bergegas menghampiri Asha . Tanpa diperintah, sudah mengambil alih memijat betis istrinya dengan penuh perasaan.

"Mas,kenapa kamu jadi begini perhatian?" tanya Asha , mengerutkan dahinya. Menatap keheranan pada suami yang duduk di sisi ranjang.Tangan yang biasanya sering digunakan untuk menandatangani proyek miliaran rupiah itu, sekarang dengan lincahnya memijat hampir mirip pianis handal yang menekan tuts piano dengan mahirnya.

"Hanya di betis saja,As?" tanya Danendra ,setelah hampir lima belas menit memijat di titik yang sama.

"Maksudnya, Mas?" tanya Asha .

"Siapa tahu perlu di-upgrade lagi,As" jelas Danendra , menatap ke arah paha mulus yang menantang, karena gaun

Asha tersingkap.

"Mas!" omel Asha kesal, pandangan nakal danmemohon Danendra persis seperti Hayana saat merajuk melihat es krim.

"Apa, Sweetheart?" tanya Danendra , tersenyum menggoda.

Keduanya masih berdebat dengan Danendra yang lebih mendominasi. Sambil memijat, lelaki itu melempar candaan dan rayuan maut yang rasanya sudah lama sekali tidak pernah dilakukannya. Danendra tidak muda lagi, belasan tahun sudah tidak melakukan hal-hal yang biasanya dilakukannya saat remaja.

Jika dipikir kembali, rasanya malu sendiri. Namun, pesan ibu mertuanya, kalau Asha juga terkadang masih membutuhkan hal-hal manis seperti itu untuk melunakan sikap kerasnya. Sikap kekanak-kanakan Asha yang belum bisa hilang sepenuhnya meskipun sudah berstatus istri dan ibu dari seorang anak membuat Danendra harus memutar otak. Membongkar kembali, memori masa-masa berseragam putih abu-abunya. Mengingat bagaimana bersikap manis ala remaja tujuh belas tahun.

"Sudah, Mas," pinta Asha .

"Sudah? Yakin?" tanya Danendra memastikan, menarik turun gaun mini istrinya. Gaun yang sengaja dipilihnya untuk Asha di pusat perbelanjaan.

"Sudah, Mas. Kakiku sudah enakan. Aku mau mandi, lengket semua," keluh Asha .

"Perlu dimandikan juga?" tawar Danendra ,mengedipkan sebelah mata. Menunggu suara manja Asha yang mendayu-dayu, kesal padanya.

"Mas," protes Asha dengan nada manjanya.Melangkah menuju kamar mandi, Asha bersiap membersihkan diri.

Asha baru saja melepaskan gaunnya. Turun melorot dari pundak, melewati pinggang dan kaki jenjangnya yang indah, berakhir teronggok pasrah di atas lantai kamar mandi. Dengan tubuh terbalut pakaian dalam, Asha menyiapkan air mandinya.

Dengan lincah tubuh mungil itu berlenggak-lenggok ke sana kemari. Suara air keran yang mengucur memenuhi bathtub membuat Asha tidak bisa mendengar jelas saat suaminya menyelinap masuk bagai seorang pencuri amatiran. Mengendap-endap tanpa kejelasan dengan senyum usilnya.

Baru saja Asha akan mencelupkan kakinya masuk ke dalam bak, tiba-tiba ada tangan kekar yang membelit pinggang membuatnya menjerit.

"Aahhh!" teriak Asha , terkejut dan ketakutan.

"Sstt, ini aku, Sweetheart," bisik Danendra , menjatuhkan dagunya di pundak telanjang Asha .

"Mas, apa-apa sih! Aku hampir mati ketakutan di sini," keluh Asha , mengatur napasnya supaya kembali normal.

"Aku mau melihatmu mengenakan bikini yang tadi kita beli, tetapi sampai di sini aku berubah pikiran," cerita Danendra .

Asha menoleh ke samping, melihat jelas wajah Danendra yang dibuat memelas dan menggemaskan.

"Tidak perlu seperti itu, Mas. Wajah garangmu itu tidak pantas dibuat semanis itu," celetuk Asha , masih setengah kesal.

"Hahaha, tetapi melihatmu seperti ini, aku

berubah pikiran. Lebih cantik tanpa bikini dan tanpa apa-apa," ucap Danendra , dengan tatapan menggodanya.

Tangan yang tadinya membelit pinggang,

sekarang sudah menjelalah ke mana-mana. Menyusuri lekuk tubuh indah, memberi sentuhan pada titik-titik yang membuat Asha melayang ke awang-awang.Sampai akhirnya keduanya sudah berendam,berbagi bathtub dengan tubuh tanpa sehelai benang.

"As, maafkan aku," bisik Danendra , mengecup punggung Asha yang polos.

Selama ini mereka tidak memiliki ruang untuk bicara dari hati ke hati. Sehingga menciptakan banyak kesalahpahaman. Danendra sibuk dengan pekerjaannya, Asha sibuk dengan mengurus Hayana . Keseharian mereka lebih banyak dihabiskan dengan rutinitas biasa.

"Mungkin tanpa sengaja menyakitimu," lanjut Danendra . Lelaki yang sekarang duduk tepat di belakang Asha.Membiarkan istrinya setengah berbaring ditubuhnya, menikmati hangatnya air bathtub bercampur bola-bola sabun dan usapan lembut

tangannya.

****

Terlalu lelah seharian menghabiskan

waktu berjalan-jalan, ditambah pertempurannya dengan Danendra yang baru saja terjadi. Asha tidak memiliki tenaga untuk berdebat. Saat ini rasanya ingin tidur, melepas semua letihnya.

Hampir empat hari tiga malam keduanya menghabiskan honeymoon di Bali. Sebelum kembali ke Surabaya, Danendra sempat menyiapkan makan Siang romantis dengan Asha di pinggir pantai. Membuat istrinya terharu dan luluh.

Mereka benar-benar menghabiskan waktu berduaan, saling mengenal lebih dalam, saling memahami apa yang selama ini membuat mereka sering bertengkar.