"Apakah sewaktu menikah, kamu tidak tahu kalau Danendra tidak mencintaimu? Lalu kenapa kamu mau menikah dengannya? Kenapa kamu mau menjadi istrinya? Bahkan, bukan istri di atas kertas. Kamu benar-benar menjadi istri Danendra seutuhnya. Kenapa baru mempermasalahkanmasalah Cinta sekarang." Ibu Rani berkata dengan kesal.Asha terhenyak di tempat.
"Jadi maksud Ibu, aku tidak berhak dicintai?"tanya Asha , tertunduk.Perdebatan Asha dan Ibu Rani terhenti, saat seorang asisten rumah tangga menyerahkan ponsel Ibu Rani yang berdering sejak tadi.Ponsel itu tertinggal di dapur sewaktu menyiapkan sarapan.
"Danendra "ucap Ibu Rani , mengantung. Tampak Ibu Rani menyalakan speaker supaya Asha ikut mendengar.Suami nya masih seperti sebelumnya,khawatirkan ibunya.
"Ya, ada apa, Nak?" sapa Ibu Rani .
"Bu, istriku di mana? Aku menghubunginya sejak pagi, tetapi dia tidak menerima panggilanku sama sekali."
"Dia di sini bersama ibu sedang menikmati sarapan."balas Ibu Rani.
"Kamu mau bicara dengannya?" tanya Ibu Rani lagi.
"Dia ikut mendengarmu sekarang." Ibu Rani meletakan ponsel itu ke atas meja di samping Asha .
"As , bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Danendra .
"Baik, Mas," sahut Asha sembari menyuapkan nasi goreng ke mulut Hayana .Gadis kecil itu merangsek naik ke pangkuan Asha saat mendengar suara Danendra yang keluar dari ponsel.
"Daddy ... Daddy ...," sapa Hayana mendekatkan bibir di ponsel.
"Ya, Sayang. Kamu jangan nakal. Nanti sore Daddy ke sana. Nana mau dibawakan apa?"tanya Danendra .
"Boneka, Daddy," sahut Hayana dengan cepat.
"Mas, lagi di mana?" tanya Asha memotong pembicaraan.
"Aku di kantor,As . Pagi-pagi sekali langsung ke kantor. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan supaya siangnya aku bisa terbang menemui kalian."ucap Danendra.
"Kamu mau dibawakan apa, As?" tanya Danendra .
"Tidak ada, Mas. Jam berapa Mas sampai ke Surabaya?" tanyanya lagi. Mendengar suara dan kedatangan Danendra , ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Walaupun kesal dengan suaminya, tetapi perhatian Danendra belakangan ini,lumayan mengoyahkan kekerasan hatinya.
"Selesai pekerjaan kantor," sahut Danendra .Percakapan keduanya terhenti. Dari tempatDanendra juga tidak terdengar suara apa-apa lagi, hanya bisik-bisik suara orang sedang mengobrol. Kurang lebih semenit, akhirnya terdengar suara Danendra kembali.
"As , nanti aku akan menghubungimu, ya," ujar Danendra , tiba-tiba.
"Baik, Mas," sahut Asha singkat, tetapi belum sempat panggilan itu terputus, Asha menangkap suara Danendra yang memanggil seseorang. Sapaan Danendra pada seseorang itu "Honey "terputus seiring matinya sambungan telepon.
Asha yang masih tertegun di tempat duduknya,terlihat berlinang air mata. Kata-kata Honey menari-nari kembali di otaknya. Bukannya Asha tidak tahu jelas siapa Honey yang diucap Danendra .
"Ada apa, As?" tanya Ibu Rani heran. Tiba-tiba putrinya menangis dalam diam.
"Mas Dan ," isak Asha , menjadi cengeng seketika.
"Ya. Ada apa dengan suamimu?" tanya Ibu Rani , penasaran.
"Mas Dan kembali bertemu dengan mantan
istrinya, Mbak Danisha , Bu," jelas Asha dengan nada melemas.
Ibu Rani tersenyum, berusaha meny-
ingkapinya dengan bijak. Ibu Rani juga tidak ingin putrinya kecewa, sakit hati apalagi menangis. Namun, Asha perlu dikeraskan untuk melunakan kekerasan hatinya. Sejak Danendra mengakui keberadaan Asha,tidak ada lagi Asha yang pengertian, menilai segala sesuatu dengan perasaan. Berganti Asha yang selalu emosi dan mengambil keputusan dengan buru-buru.
"Untuk apa cemburu, As. Lagi pula kamu sudah akan berpisah dengan suamimu. Biarkan saja .pasti akan ada perempuan lain yang akan menguruskannya.Dia masih gagah ,pasti banyak yang menginginkannya di luar sama,"sindir Ibu Rani sengaja memancing kemarahan dan masih berusaha menyadarkan putrinya.
"Sakit,Bu.Mana ada istri yang mengikhlaskan suaminya dengan perempuan lain.jelas Asha terisak.
Air mata itu berlinang dan mengalir turun kembali,makin deras dan tidak tertahan.Hatinya sakit memikirkan Danendra sedans bersama Danisha saat Asha tidak berada di Jakarta .
"Sudahlah, As. Bukankah kamu sudah yakin untuk berpisah. Ikhlaskan saja. Jangan dinikmati rasa sakitnya. Bukankah kamu sendiri yang memilih seperti ini," nasehat Ibu Rani .
"Ya, tetapi aku belum bisa menerimanya, Bu."Jawab Asha.
"Kalau masih sayang, dipertahankan. Kalau masih cinta, diperjuangkan. Jangan mengikuti egomu, As."nasehat sang Ibu.
"Coba kamu pikir, kamu membiarkan suamimu kembali ke Jakarta sendirian. Dan sekarang dia bebas, seperti bujangan kembali. Dia mau tidur dengan perempuan mana pun, tidur dengan gadis mana pun, tidak ada yang tahu."ucap Ibu Rani semakin kelewatan memancing sakit hati Asha.
"Bu, jangan bicara seperti itu," gerutu Asha di sela tangisnya.Hayana yang sejak tadi mendengar tanpa paham dengan situasi yang terjadi hanya bisa memeluk mommynya dengan manja. Sesekali gadis kecil itu menghapus air mata Asha .
"Mommy, angan nangis," bisiknya. Tangan
mungil itu memeluk pinggang Asha dan
menyandarkan kepalanya di dada Asha .
"Ibu hanya memberi gambaran padamu,As. Jangan egois. Kalau masih mencintainya, pulang ke rumahmu. Jaga suamimu baik-baik. Lelaki itu juga bisa lelah, kalau perjuangannya selalu gagal."nasehat Ibu Rani lagi.
"Lagipula kalau berpisah hanya di mulut saja,untuk apa kamu seperti ini. Kalau serius mau berpisah, jangan menangis. Biarkan saja suamimu mau bertemu dengan siapa pun. Toh,kalian akan berpisah. Kalau hanya sekedar mencari perhatian, Ibu rasa sudah cukup Danendra menunjukan perhatian dan tanggung jawabnya padamu."jelas Ibu Rani kedalam maksudnya.
"Kamu mau dia melakukan apa?" tanya Ibu Rani .
Terdiam, Asha merenung kalimat-kalimat panjang berisi petuah berumah tangga dari ibunya.
"Kalau begitu menginginkan cintanya, per-
juangkan. Kamu berhak memperjuangkannya,karena kamu istri sahnya. Jangan sampai perempuan lain yang memperjuangkannya, As."Ibu Rani mencoba mencuci otak putrinya.
"Suamimu itu setia, dia hanya belum bisa membuka diri karena Iuka masa lalunya. Jangan sampai orang lain yang menyembuhkan Iukanya,"nasehat Ibu Rani .
"Kamu istrinya.Mungkin takdirmu harus menikah dengan lelaki yang memiliki masa lalu yang begitu rumit. Lalu kamu mau menyerah?" tanya Ibu Rani , masih berusaha menyadarkan putrinya.
"Rasanya masih sakit, Bu." Asha berkata lirih.
"Pikirkan saja bagaimana perasaanmu saat bapak meninggal. Bagaimana perasaanmu saat itu. Dan sekarang kamu ingin membuat Nana menikmati perasaan itu."Wanita tua itu menghela napas kasar.
"Nana , ayo main sama Oma," ajak Ibu Rani , membawa turun cucunya dari pangkuan Asha dan memberi waktu untuk putrinya berpikir.
"Semua rumah tangga itu pasti ada masalahnya sendiri. Hanya saja ... itu tergantung masing-masing orang mau mempermasalahkan atau diam-diam menyelesaikannya. Menghadapi atau
lari dari masalah," ucap Ibu Rani , sembari menuntun Hayana keluar dari ruang makan.
Asha sudah berada di mobil, disopiri Pak Radin menuju ke bandara. Asha sengaja menitipkan Hayana pada ibunya di Surabaya. Dalam keadaan terburu-buru seperti ini, membawa Hayana hanya akan membuatnya kerepotan.
Asha mengejar penerbangan pagi, supaya bisa sampai secepatnya ke Jakarta. Namun, sampai di bandara nasib berkata lain, penerbangan pagi sudah full dan Asha harus rela menunggu penerbangan selanjutnya.
Sudah terbayang di benaknya kebosanan dan kelelahan yang akan di alaminya di ruang tunggu.Kalau saja Pak Radin masih menunggu di parkiran bandara,Asha memilih pulang dan membatalkan kepergiannya.Saat melangkah menuju ke ruang tunggu, tanpa sengaja Asha menabrak seseorang.
Bruk.
Tabrakan yang lumayan kencang membuat ponselnya terjatuh berantakan. Asha yang sedang fokus membalas pesan ibunya, tidak memerhatikan jalannya. Baru saja akan mengomel,tetapi suara maskulin yang meminta maaf itu membuatnya mengangkat pandangan.
"Maaf," ucap lelaki dengan pakaian casual,menenteng tas ransel di bahunya. Terlihat lelaki lain mengekor tidak jauh di belakangnya, menyerahkan ponsel Asha yang hancur berantakan.
"Maaf, saya buru-buru. Orangku akan mengganti ponselmu," ucap lelaki dengan kacamata hitam keluaran terbaru salah satu merk ternama.
"Ben, tolong bantu urusi. Aku takut tidak keburu ... aku harus mengejar penerbangan ke Inggris," pinta lelaki yang ketampanannya bak titisan Dewa Yunani itu. Bergegas pergi, pria tampan itu meninggalkan Asha dengan lelaki lain yang diketahui bernama Ben.