Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 84 - Chapter 84:Kejutan

Chapter 84 - Chapter 84:Kejutan

"Ben, tolong bantu urusi. Aku takut tidak keburu, aku harus mengejar penerbangan ke Inggris,"pinta lelaki yang ketampanannya bak titisan dewa Yunani itu. Bergegas pergi, meninggalkan Asha dengan lelaki lain yang diketahui bernama Ben.

Asha dan lelaki bernama Ben itu menatap

punggung kekar yang menggendong ransel itu menghilang di balik kerumunan penumpang.

"Maaf, Nona. Kenalkan namaku Benny. Pak Boss kecil biasa memanggilku, Ben," kata Ben,memperkenalkan diri. Menyodorkan tangan, mengantung menunggu balasan gadis cantik di hadapannya. Kalimat perkenalan Ben, sontak membuat Asha kembali mengalihkan pandangannya. Sodoran

tangan lelaki itu disambutnya dengan ragu-ragu.

"Eh ... aku Asha ," sahutnya singkat, pasrah menerima gengaman hangat Ben, disertai ayunan ringan.

"Oh, si tampan tadi bos kecilku, Kenzo Clarence Fabian." Ben mengenalkan majikannya.Asha mengangguk.

"Pak Bos kecil harus terbang ke Inggris. Liburannya di Indonesia sudah berakhir. Jadi masalah ponsel, biarkan aku yang

mengurusnya. Kalau Nona tidak percaya, keluarganya Pak Bos kecil tinggal di Surabaya juga,"jelas Ben berusaha memberi jaminan. Lebihtepatnya mengajak bicara gadis cantik yang tanpa sengaja ditabrak bosnya.

"Bisa tinggalkan nomor ponselnya? Maaf aku panggil Asha saja?" tanya Ben ragu.

Asha terlihat ragu, tetapi Ben cukup mengerti.Dengan cekatan, Ben mengeluarkan kartu namanya dari dompet dan menyerahkannya pada Asha .

"Aku butuh nomor yang bisa dihubungi untuk mengirim ponsel barumu atau nomor rekening kalau memang hanya mau diganti dalam bentuk mentahnya saja, Nona," jelas Ben.Asha mengangguk, akhirnya dengan sukarela menyebutkan nomor ponselnya. Sedangkan Ben, sedang serius memasukan nomor ponsel Asha ke dalam kontaknya.

Perkenalan singkat itu berakhir dengan perpisahan keduanya setelah bertukar nomor ponsel.Ben berjalan menuju ruang tunggu dan Asha juga melakukan hal yang sama.

Asha yang mulai kebosanan menunggu hampir dua jam untuk penerbangan selanjutnya, terlihat menghembus kasar napasnya. Mencoba untuk tidur tetapi matanya enggan terpejam. Mau memainkan ponselnya, tetapi benda pipih itu sudah terlanjur hancur berantakan. Mengedar pandangan ke sekitar, tidak ada seorang pun yang dikenalnya. Kalau bukan demi suaminya yang digoda perempuan lain,Asha pasti berpikir seribu kali untuk melakukan ini. Lagi-lagi, Asha menghela napas bercampur kesal.Mood-nya memburuk setiap, kata Honey menari di pikirannya.

"Honey ."

Asha tersentak dengan mata masih terpejam,saat samar terdengar kata Honey kembali. Kali ini rasanya begitu dekat di pendengarannya. Bukan hanya mengisi pikirannya.Berusaha membuang jauh,supaya tidak memperburuk moodnya. Asha memilih bersenandung manja, setidaknya itu lebih baik daripada terus menerus berputar dengan prasangkanya.

"Honey ...."Kedua kalinya, terdengar lebih jelas dan nyata.Asha membuka mata. Kejutan pertama yang dilihatnya adalah buket mawar merah kombinasi putih disodorkan seseorang di depan matanya.Asha menoleh ke samping, memastikan siapakah si pemberi kejutan untuknya. Siapakah yang memberi hadiah romantis di kala kerisauan dan kebimbangan hatinya.

Deg—

Lelaki dengan dandanan santai, celana pendek dan kaos casual. Tampilan yang jauh berbeda dengan biasanya.

"Mas!" pekiknya, menghambur ke pelukan Danendra ,saat mengenali suaminya. Benar-benar kejutan yang tidak pernah diduga.

"Mas, bagaimana bisa ada di sini?" tanya Asha , kebingungan. Tangannya masih memeluk erat pinggang Danendra . Suaminya benar-benar nyata, bukan hanya mimpi yang akan menghilang saat terbangun.

Asha seperti anak kecil yang mendapatkan kado. Tidak mau melepas suaminya sama sekali.Kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya dengan senyum terkembang sejak tadi.

"Aku sudah tiba di Surabaya sejak tadi pagi. Rasanya tidak sanggup harus berpisah dengan kalian terlalu lama. Semalam, aku hampir gila tidak bisa memelukmu dan Hayana " ucap Danendra tersenyum.

"Aku tidak bisa tidur semalaman, subuh aku sudah menyetir ke bandara," cerita Danendra , ikut merengkuh pinggang Asha .Buket bunga yang diabaikan Asha , terpaksa harus diletakan Danendra di kursi. Asha terlalu antusias dengan kehadirannya, sampai mengabaikan hadiah darinya.

"Tadi kamu menghubungiku dari mana?" tanya Asha heran.

"Di sini. Aku sejak pagi menunggu di bandara.Aku melihatmu tadi, bahkan sejak kamu turun dari mobil Pak Radin ," jelas Danendra , ikut mengunci pinggang istrinya masih terlihat ramping.

"Kamu membohongiku!" gerutu Asha kesal,memukul pelan dada suaminya.

"Maafkan aku," bisik Danendra .Terlihat bola mata indah itu berputar,memikirkan berbagai keanehan dan ucapan ibunya yang terus-terusan membela menantu kesayangannya.

"Jangan katakan ibu tahu semuanya?" tanya Asha , menebak.Danendra tersenyum dan mengangguk.

"Ayo ikut denganku!" ajak Danendra , meraih tangan Asha dan membawa istrinya ikut dengannya.

"Tunggu, Mas. Bungaku ketinggalan," ucap Asha , bergegas memeluk buket bunga raksasa yang baru saja dihadiahkan Danendra untuknya.

"Kamu menyukainya?" tanya Danendra .

Sebuah anggukan dengan senyum tersirat kebahagiaan yang nyata mengiringi langkah Asha .

"Honey ...." panggil Danendra , tersenyum menatap istrinya yang malu-malu.

"Mas memanggilku apa tadi?" tanya Asha ,memastikan sekali lagi pendengarannya tidak salah,.

"Honey . Panggilan itu sebegitu penting dan berpengaruh untukmu. Hanya dengan mendengar kata itu, kamu sampai berlari menyusulku ke Jakarta."Ianjut Danendra dengan santai

"Bukankah itu panggilanmu untuk Mbak

Danisha ?" tanya Asha heran.

"Itu hanya panggilan, tidak mewakili

perasaanku. Silakan, siapa saja bisa

memakainya," lanjut Danendra .

"Kalau begitu aku tidak mau," tolak Asha , cemberut.

"Hahaha." Tawa Danendra pecah.

"Benar kata Ibu, selama ini aku lupa kalau istriku masih belum dua puluh satu tahun. Aku terlalu menuntut istriku berpikir dewasa, mengikutiku.Bukankah, harusnya aku yang mengikutinya?"jelas Danendra .

Langkah kaki Danendra yang lebar memaksa Asha mengejar dengan langkah mungilnya setengah berlari. Sesekali menatap punggung suaminya yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.

"Dia bahkan tidak mau mengandengku," bisik Asha menggerutu kesal.

Deg

Danendra berhenti, menoleh ke belakang. Meski hanya berbisik, ia bisa mendengar jelas komplainan dari Asha .

"Kedua tanganmu sibuk dengan buket bunga raksasa itu, bagaimana aku mengandengmu,"keluh Danendra , menunjuk ke arah rangkaian bunga besar yang dipeluk Asha dengan erat.

"Kemarilah," pinta Danendra , dengan tangan merangkul pundak Asha yang tingginya hanya sepundaknya. Sesekali menepuk lembut disana.Lagi-lagi Asha tersenyum, dengan perlakuan manis Danendra hari ini. Kejutan yang tidak pernah diduganya sebelum ini.

"Mas, kita akan jalan ke mana? Aku capek," tanya Asha , heran. Napasnya mulai kepayahan. Sejak tadi suaminya hanya mengajaknya berjalan berkeliling tanpa kejelasan.

"Kita akan honeymoon ke Bali," jelas Danendra .

"Maaf hanya ke Bali, karena aku tidak ada persiapan. Semuanya begitu mendadak."jelas Danendra.

Asha benar-benar terperanjat kali ini. Matanya membulat dengan mulut terngaga, hampir tidak percaya. Menatap ke mata suaminya, mencari kebenaran dari semua ucapan Danendra yang mengejutkan. kejutan demi kejutan untuknya. Hal yang belum pernah

Danendra lakukan selama pernikahan mereka.

"Setelah honeymoon .. kembalilah ke Jakarta. Aku tidak bisa terus-menerus bolak balik Jakarta - Surabaya.Pekerjaanku di Jakarta sekarang," jelas Danendra .

"Kalau kemarin, perhatian dan rasa sayangku belum cukup untukmu. Aku harap pengorbananku kali ini bisa meluluhkan hatimu."ucap Danendra .

"Jangan pernah berpikir untuk berpisah lagi.Kalau kamu merasa semua ini belum cukup menjadi alasan untukmu bertahan dengan rumah tangga ini. Tolong pikirkan Hayana yang membutuhkan kebersamaan kedua orang tuanya. Belajarlah dari suara hati Adeline ." Danendra menatap wajah istrinya.