Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 85 - Chapter 85:Honeymoon

Chapter 85 - Chapter 85:Honeymoon

Dalam penerbangan GA 342 tujuan Surabaya -Denpasar,Danendra terlihat sibuk dengan laptop menyala didepannya. Berbeda dengan Asha , sibuk membolak-balik majalah ditangannya. Bukannya membaca, Asha hanya menatap lembaran demi lembaran tulisan bergambar yang tidak menarik minatnya sama sekali.

"Sweetheart, kenapa tidak dimakan?" tanya Danendra , tersenyum menatap Asha dengan wajah anehnya. Bibir istrinya mengerucut aneh.Senyum Danendra hilang, berganti menatap sajian dari pihak maskapai yang masih utuh tanpa tersentuh.Asha menggeleng. Melihat isi di dalam kotak bukannya membuat nafsu makannya bertambah, tetapi malah sebaliknya. Kudapan di dalam kotak, membuat selera makannya hilang.

"Mau dipesankan jus?" tawar Danendra ,

menggenggam tangan istrinya.Kembali Asha mengeleng.

"Mas, masih lama?"tanya Asha , mulai kebosanan di dalam pesawat.Danendra sejak tadi sibuk dengan urusannya sendiri, terlalu larut dengan pekerjaan dan mengabaikannya.

"Kemarilah!"Danendra meraih kepala Asha dan menyandarkannya di pundaknya.

"Kenapa?" tanya Danendra , membuka genggaman tangannya, berganti menautkan jemari-jemarinya yang panjang dengan jemari lentik istrinya.

"Tidak ada Nana, rasanya lama sekali waktu berlalu. Sewaktu terbang ke Surabaya kemarin,ada ibu menemaniku mengobrol."ucap Asha.

"Kamu mulai pintar menyindir suamimu," celetuk Danendra .Lelaki itu cukup mengerti arti ucapan Asha , tanpa bertanya lebih jauh lagi,Danendra menutup laptop di hadapannya. Memilih mencurahkan perhatian lebih pada istrinya.

Kepergian Asha ke Surabaya dengan membawa Hayana tanpa pamit, cukup memberi efek untuknya. Lumayan membuatnya tersadar akan sikapnya selama ini yang mungkin tanpa sengaja telah menyakiti Asha .Ditambah nasehat dan petuah dari Ibu Rani ,sang mertua. Membuat mata dan pikirannya terbuka, akan arti berumah tangga yang diinginkan Asha . Gadis belum dua puluh satu tahun yang dinikahinya tanpa cinta,yang dipilihnya tanpa perhitungan matang.

Menikahi gadis yang jauh di bawah usianya, belum matang sepenuhnya membuatnya Danendra sadar kebih cepat, Asha belum sepenuhnya bisa mengikuti alur pikirannya. Ketika umur dan pengalaman menuntutnya bisa berpikir dengan menggunakan logika, menunjukan segala sesuatu dengan tindakan, tetapi tidak berlaku untuk istrinya.

Istrinya lebih banyak menggunakan perasaan, menilai segala sesuatu tidakjauh dari apa yang didengar. Di saat pemikiran dewasanya lebih mementingkan tindakan dibanding perkataan,tetapi tidak dengan istrinya. Asha hanya dengan mendengar kata Honey tanpa makna saja akan kebakaran jenggot,meskipun sayang dan perhatiannya ke Asha sudah ditunjukan dengan begitu besarnya. Itu seakan tidak cukup,Asha butuh pernyataan bukan hanya tindakan.

Dulu,Danendra mengira dengan memilih Asha dibanding Isyana , akan lebih memudahkan jalannya. Gadis lugu itu akan menurut dan tidak protes dengan banyak hal, tetapi dugaannya salah. Asha berubah, mengeluarkan taringnya.Burung merpati itu berubah menjadi elang betina dan siap mencabik-cabiknya saat Danendra melakukan sedikit saja kesalahan.

"Aku tidak bermaksud begitu," sahut Asha .

"Sebentar lagi kita tiba di Ngurah Rai," sahut Danendra , menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas.Dan sesuai yang diucapkan Danendra , tidak lama keduanya sudah menginjakan kaki di Bali. Senyum tidak pernah lepas dari wajah cantik Asha,ini adalah pengalaman pertamanya.

"Mas, aku boleh pinjam ponselmu," pinta Asha .Danendra mengerutkan dahinya. Terdengar aneh, tetapi buru-buru Danendra mengeluarkan dan menyerahkannya pada Asha . Pengalaman membuatnya banyak belajar. Pertengkaran mereka sebelum ini berhubungan dengan ponselnya.

"Ini!" sodor Danendra . Meskipun heran, lelaki itu memilih bungkam. Terlalu banyak bertanya, Asha makin berpikiran buruk padanya.Begitu ponsel mahal milik suaminya itu sampai di tangan, Asha segera menghubungi Ibu Rani , mengabari keadaan mereka yang sudah tiba di Bali. Menyempatkan video call dengan pu-

trinya. Ada rasa iba saat mendengar tangis gadis kecil yang menjerit di pelukan omanya saat melihatnya dan Danendra bersama.

"Mommy," jeritnya histeris. Mulai menangis, berteriak membuat Ibu Rani kewalahan.

"Mas, aku ingin pulang saja," ucap Asha , buru-buru memutuskan panggilannya.

"Baru saja akan menikmati honeymoon , kenapa kamu sudah memikirkan pulang," keluh Danendra kesal.

"Aku tidak tega meninggalkan Nana di sana sendirian, Mas. Kasihan Ibu."kata Asha.Danendra tersenyum.

"Kamu tenang saja, pengasuh Hayana dalam perjalanan ke Surabaya. Aku sudah meminta Ramos mengurusnya. Jadi kamu bisa berlibur dengan tenang," jelas Danendra , melingkarkan tangannya di pinggang Asha .

Danendra mengajak Asha ke sebuah toko ponsel sesaat setelah keluar dari bandara Ngurah Rai, begitu mendengar cerita Asha , kalau ponselnya rusak oleh oknum tidak dikenal. Danendra sempat kehilangan momen ini, meskipun mengikuti Asha sejak turun dari mobil di pintu keberangkatan.

"Nanti di Surabaya aku akan membelikanmu ponsel baru," ucap Danendra , menatap ponsel baru istrinya yang biasa-biasa saja. Bukan merk ternama dengan harga luar biasa. Hanya ponsel sederhana, yang terpenting bisa untuk telepon dan mengirim pesan.

"Mas,tidak perlu ,ini kan masih baik -baik,"jelas Asha.Baru saja ponsel baru yang baterainya hanya segaris itu dimasukan Asha ke dalam tasnya.

Tiba-tiba ponsel itu berbunyi mengagetkan Asha yang terheran dengan nomor tidak di kenalnya.

Tes.

Begitulah pesan yang terbaca yang membuat Asha mengerutkan dahinya.

"Kenapa, Sweetheart?" tanya Danendra tertegun melihat istrinya yang tiba-tiba membeku di tempatnya berdiri.

"Tidak, Mas," sahut Asha seadanya, membuang jauh rasa penasaran, memilih menikmati acara Iiburannya dengan mengekor Danendra menuju ke mobil. Melempar kembali ponselnya ke dalam

tas.

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang ditumpangi sepasang suami istri itu akhirnya tiba juga di tempat menginap mereka yang lagi-lagi membuat Asha berdecak kagum. Lupa sudah dengan semua kekesalannya selama ini pada Danendra .

The St Regis Bali Resort, tempat menginap yang dipilih Danendra untuk memanjakan istrinya.Kawasan bintang lima yang terletak di Nusa dua ini sengaja dipilih Danendra untuk honeymoon mereka kali ini.

"Kamu suka, Sweetheart?" tanya Danendra , sesaat setelah mereka tiba di dalam kamar. Kelelahan membuat Asha menghempaskan tubuh mungilnya ke atas tempat tidur empuk.

"Suka, Mas," sahut Asha , merentangkan tangannya di tengah kasur sembari memejamkan matanya. Pemandangan yang membuat Danendra tergoda. Jiwa lelakinya yang belakangan hanya disuguhkan kemarahan Asha padanya, tiba-tiba terpancing saat istrinya bisa bersikap semanis ini.

"Sweetheart, jangan marah lagi padaku.

Maafkan aku," bisik Danendra .Lelaki itu tiba-tiba sudah berada tepat di atas

Asha , mengunci tubuh mungil kelelahan itu dengan senyuman menyeringai.

"Mas, mau apa?" tanya Asha . Bukannya Asha tidak tahu dengan arti senyuman Danendra .Mau dua bulan kebersamaan mereka, Asha mulai menamatkan banyak hal tentang suaminya, termasuk arti senyuman-senyuman nakal Danendra .

"Aku akan melupakan pertengkaran kita selama berada di sini."anjut Asha lagi. Mendorong kecil tubuh suaminya, sehingga terguling di sampingnya.

"Aku minta maaf untuk banyak hal yang sengaja ataupun tidak, yang sudah membuatmu sakit hati dan menyerah," ucap Danendra pelan. Menoleh ke samping, tempat istrinya berbaring.

Tangan kekar itu berpindah, mengusap lembut tubuhnya Asha sembari mengucup leher jenjang istrinya.Selama beberapa hari ini ia kehilangan momen-momen indah bersama Asha .Dan sekarang Danendra akan membayarnya sampai tuntas.

Dalam hitungan detik, Danendra sudah berpindah arah, wajahnya sudah berada tepat di dada Asha. Menyingkap kaus putih sederhana yang dikenakan Asha .

Memulai,mengecup perut rata itu perlahan sembari melukis mengoda dengan jarinya di sana, membuat istrinya kegelian dan mengelinjak nikmat foreplay dimainkan Danendra.

"Mas, jangan begini!" pekik Asha saat

merasakan sensasi beda di area perut bawahnya.

"Aku terlalu lama berpuasa ,Sayang,"

sahut Danendra , menaikan ke atas kaus yang melekat di tubuh Asha , supaya Danendra leluasa menggoda Istrinya.

"Sayang. Jangan meninggalkan suamimu lagi seperti kemarin," bisik Danendra .

Lelaki itu mengungkapkan perasaannya yang hampir hancur berantakan untuk kedua kalinya, saat mengetahui Asha meninggalkannya.

"Aku tidak bisa hidup tanpa kalian," lanjutnya lagi.Danendra berbisik Di telinga istrinya.

"Mas, jangan seperti ini!" protes Asha , saat Danendra tidak berhenti mengecup di seluruh tubuhnya, membuat sensasi geli yang luar biasa.Namun, bukan Danendra namanya. Lelaki itu bukan menurut tetapi makin menjadi, bahkan sekarang pakaian atas Asha sudah keluar dari tubuh pemiliknya. Mempertontonkan keindahan yang menggoda tidak kalah dengan keindahan alam di sekitar resort tempat mereka menginap. Danendra baru saja akan melanjutkan kesenangannya, menikmati honeymoon nya di tengah protes istrinya yang menolak melayaninya dengan berbagai alasan, tiba-tiba ponsel dengan nada dering tidak biasa berbunyi nyaring mengganggu konsentrasinya, meruntuhkan hasrat yang sudah melayang di awan.Keduanya terkejut, saling memandang sampai akhirnya Asha tersadar.

"Ponselku, Mas," ucap Asha , segera bangkit dengan penampilannya yang hampir polos.Tangan Danendra lebih sigap, meraih tas Asha yang teronggok di kaki tempat tidur dan mengeluarkan ponsel baru istrinya. Dahinya berkerut saat melihat nomor penelepon yang tidak tersimpan.

"Siapa, Mas?" tanya Asha heran dengan ekpresi Danendra .

"Biarkan aku saja. tidak ada namanya," sahut Danendra , menempelkan benda pipih milik istrinya itu di telinga.

Dua kali Danendra menyapa dan hanya disambut keheningan. Baru saja lelaki itu akan mematikan panggilan telepon itu, tiba-tiba pendengarannya menangkap suara dari ponsel baru Asha .

"Maaf, Pak ... ini nomor ponsel Nona Asha , kan?"tanya seseorang dengan suara maskulin dari seberang.

Deg—

"Kamu siapa?" tanya Danendra dengan mata melotot menahan cemburunya yang terpancing saat ada laki-laki yang menyebut nama istrinya.