Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 86 - Chapter 86:Benny

Chapter 86 - Chapter 86:Benny

"Kamu siapa?" tanya Danendra dengan mata melotot menahan cemburunya yang terpancing saat ada laki-laki yang menyebut nama istrinya.

Ben tersentak sesaat di seberang. Berusaha mengingat kembali kata-kata yang baru saja dilontarkannya. Apa terlalu tidak sopan sehingga memancing amarah lelaki yang menerima panggilannya ke gadis manis yang mengenalkan diri bernama Asha .

"Maaf, 0m. Saya Benny. Ashanya ada, 0m?"tanya Ben, mengubah panggilannya. Sedikit mengakrabkan diri pada lelaki yang disangka papanya Asha .

Tuttt.

Danendra mematikan ponselnya, berbalik menatap Asha . Istrinya sudah berpakaian kembali. Tidak ada lagi tampilan menggoda yang bisa meredam amarah di dada yang terlanjur terpancing.

"Siapa Benny?" tanya Danendra , melempar ponsel ke atas ranjang. Raut kesal belum hilang sepenuhnya. Mendengar nama Benny, kemarahannya muncul kembali.

"Benny?" Asha menggeleng.

"Aku tidak kenal, Mas," lanjut Asha , tidak mengingat nama Benny . Lelaki yang ditemuinya di bandara itu tidak membekas diotaknya, apalagi di hatinya.

"Aku serius, As. Siapa dia?" tanya Danendra , masih saja meneruskan cemburunya.

"Memang Mas pikir aku bercanda," sahut Asha kesal. Emosinya ikut terpancing saat Danendra tidak memercayai jawabannya.

"Dia mengenalmu,As !" tegas Danendra lagi.

"Masalahnya aku tidak mengenalnya. Aku lupa pernah mengenalnya di mana!" seru Asha dengan berapi-api.

Deg—

Danendra menatap raut kemarahan tersirat di dalam mata membulat sempurna mengarah padanya,lengkap dengan napas naik turun, kedua tangan bertolak di pinggang ramping.Wajah cantik itu cemberut sudah, seperti buah mangga mentah yang asam kecut. Mendapati itu,Danendra menciut, tidak sanggup kalau harus melawan kemarahan Asha . Terserah mau disebut takut istri. Untuk saat ini, mengalah lebih baik dari membela diri.

Istri kecilnya ini bisa mengaum seperti harimau, bisa mengamuk bak singa kelaparan dengan caranya sendiri.

"Sudah, aku tidak jadi bertanya. Anggap saja,Benny kurang ajar itu salah orang," sahut Danendra tidak mau memperpanjang masalah. Memilih menelan rasa cemburu itu sendirian.

Berjalan pelan, menelan rasa takutnya dan mendekati Asha .

"Sweetheart, jangan marah-marah lagi, ya,"rayu Danendra , memeluk tubuh mungil yang begitu berani menantangnya saat ini.

"Kita kan sedang honeymoon . Baiknya kita kesampingkan dulu semua hal yang membuat jarak diantara kita makin jauh," bujuk Danendra lagi.

"Mas yang duluan memancing kemarahanku,"keluh Asha .

"Ya sudah, aku minta maaf," sahut Danendra , berusaha menyelesaikan masalahnya. Asha mengangguk dengan segaris senyuman datar yang dipaksa.

"Nah, begitu 'kan cantik," puji Danendra , sembari menyentuh ujung dagu lancip Asha . Menunduk perlahan dan memberi sebuah kecupan hangat di bibir tipis istrinya.

Kecupan ringan itu makin dalam dan menuntut ketika Asha meresponnya. Dengan berjinjit sembari memeluk pinggang kekar yang sekarang menguasai jalannya kompetisi, Asha menurut, nyaris takluk dengan semua perlakuan manis Danendra .

"Selamat menikmati honeymoonmu,

Sweetheart. Jangan sedih lagi, jangan marah lagi, jangan cemberut lagi," ucap Danendra ,melepaskan ciumannya. Keduanya sedang larut dalam permainan yang sebentar lagi akan dimulai. Saling mengusap lembut dengan tubuh mungil Asha sudah tidak berdaya di bawah kungkungan tubuh kekar Danendra .

Lelaki itu hampir gila, setelah sekian hari

mood muda Asha yang naik-turun hanya mampu membuatnya memeluknya setiap malam. Kali ini hasratnya akan tersalurkan, kala Asha begitu manisnya menerima semua hal darinya dengan tangan terbuka. Danendra baru akan memulai, memosisikan diri saat ponsel dengan bunyi asing milik Asha kembali berdering nyaring.

Deringan pertama,Danendra memilih mengabaikan,tetapi deringan selanjutnya membuat lelaki itu kesal. Meraih ponsel yang tergeletak tidak jauh dari tempat mereka saling memeluk tanpa busana, menjawab tanpa melihat lagi siapa yang

menghubungi Asha .

"Ada apa lagi!" teriak Danendra dengan napas tersengal, setelah menempelkan ponsel itu dengan kasar di telinganya. Berharap teriakannya cukup membuat si penelepon tahu diri.

Hening

Danendra mengerutkan dahi, menatap Asha sebentar kemudian beralih menatap ponselnya. Jantungnya berdenyut kencang saat menyadari siapa yang menghubunginya saat ini.

"Ibu," ucapnya pelan. Antara malu bercampur tidak enak hati telah membentak ibu mertuanya.

Detik selanjutnya, baik Danendra maupun Asha bisa mendengarkan jerit tangisan kencang Hayana dari seberang telepon.

"Mas, itu Nana," ucap Asha , mendorong tubuh suaminya dan merebut ponsel dari tangan Danendra .

"Sayang, jangan menangis," ucap Asha , berusaha menenangkan. Asha bisa mendengar jelas tangisan Hayana yang menyayat hati, sedang dibujuk oleh Ibu Rani .

"Sayang," panggil Asha lagi. Tetap tidak ada jawaban. Sepertinya Ibu Rani terlalu sibuk dengan Hayana dan mengabaikan teleponnya.

"Mas!" Asha , terlihat kesal kali ini.

Mood yang tadinya baik, sekarang memburuk kembali. Senyum yang tadinya begitu manis,berganti tatapan sinis. Mendorong kasar tubuh Danendra , Asha langsung meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Mengenakannya kembali,dan membiarkan Danendra seorang diri tertegun di atas tempat tidur.

"As, jangan marah. Aduh begini lagi," ucap

Danendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Menatap tubuh istrinya yang menghilang di balik pintu kamar mandi.

Mau kesal entah dengan siapa, mau marah entah harus menumpahkannya pada siapa. Harusnya Danendra tidak mengaktifkan ponsel saat berada di sini,jadi tidak ada gangguan-gangguan kecil yang akhirnya akan membuat hubungan mereka memburuk. Pasang-surut layaknya air laut.

Danendra memilih berenang untuk mematikan apa yang terlanjur menyala, sembari menikmati keindahan Pulau Dewata. Setelah menunggu hampir setengah jam, istrinya tidak kunjung keluar dari kamar mandi, lelaki itu menulis pesan di secarik kertas.Dan sekarang di sinilah Danendra berada. Berenang sambil menikmati teriknya mentari, melupakan sejenak masalah kecilnya dengan Asha sekaligus mempersiapkan strategi baru untuk menyerang Asha saat waktunya tiba.

Kesalnya belum kunjung reda. Teringat kembali dengan sosok Benny yang tidak diketahui bentukannya. Danendra berkeyakinan, lelaki itu pasti mengenal istrinya. Dari cara bertanya, bukanlah

salah sambung atau telepon nyasar. Pasti lelaki itu mengenal istrinya.

"Aku harus mencari tahu. Beraninya dia

menghubungi istriku.Aku akan membunuhnya dengan kedua tanganku!" ucap Danendra ,mengepalkan tangannya di dalam air.Lelaki itu masih saja mengomel sendirian, saat seorang gadis cantik dengan bikini seksi bermotif floral menghampirinya di pinggir kolam renang.

Dengan tidak tahu malunya, gadis itu duduk di dekat Danendra , membiarkan kaki jenjang putih mulusnya tenggelam ke dalam kolam, mengayunkannya pelan di dalam air, menimbulkan riak pelan di kejernihan air kolam yang tampak membiru.

"Maaf," ucapnya pelan, menyibak pelan rambut tergerainya menampilkan leher jenjang yang begitu menggoda. Sedikit menunduk,memamerkan belahan dadanya yang terlihat indah dan meminta disentuh.

"Aku ke sini untuk meredam semuanya, kenapa tiba-tiba ada makhlukjadi-jadian yang sengaja memancingku!" batin Danendra , kesal.

"Tidak apa-apa. Aku permisi!" sahut Danendra , berenang menghindar. Berusaha menjauh dan tidak mencari masalah. Kalau sampai istrinya melihat, Danendra tidak bisa membayangkan nasibnya akan seperti apa. Bahkan, Danendra tidak yakin bisa menyeIamatkan nyawanya dari kemarahan Asha .

Sang gadis bukannya menyerah. Setelah melihat Danendra menjauh, gadis itu malah menceburkan diri menyusul. Sampai tepat di tengah kolam, Danendra dikejutkan dengan kehadiran sang gadis nekad yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

Deg—

"Apa-apaan inn" gerutu Danendra dalam hati.Lelaki itu baru saja akan menghindar, saat tangan gadis tidak tahu malu itu mencekal dan mengajaknya berkenalan.

"Maaf, Nona. Aku harus naik sekarang. Istriku sedang menunggu," tolak Danendra , bergegas ke pinggir kolam dan segera menyudahi.Akan tetapi nasib buruk Danendra sedang menyelimutinya. Baru saja akan melangkah menjauh dari kolam,Danendra melihat Asha . Istrinya sedang menatap sinis padanya. Wajah cantik itu terlihat kesal dan berbalik pergi. Bahkan, Asha tidak mau bicara dengannya.

"As, dengarkan aku!" pinta Danendra , kala melihat punggung Asha yang berjalan menjauh.

Mau mengejar, tetapi tubuhnya basah kuyup.Akhirnya Danendra memilih berganti pakaian. Dengan buru-buru kembali ke kamarnya lagi untuk membujuk Asha . Danendra tidak mau bertengkar, sebisa mungkin menikmati momen berdua ini dengan Asha . Untuk itulah Danendra memboyong sang istri sampai ke Bali. Supaya memiliki kesempatan berduaan,saling mengenal lebih jauh. Hal yang belum pernah dilakukannya dengan Asha selama ini.

Sampai di kamar,Danendra terkejut. Istrinya sudah berdandan rapi.

"Mau kemana, As?" tanya Danendra heran.

"Aku mau belanja, antarkan aku. Kalau tidak, aku akan meminta Benny mengantarku!" ucap Asha , dengan ketus.