Pria blasteran yang pindah dari negara jerman ke indonesia. Karena urusan penting yang juga membuatku pindah sekolah..
Sekolah selama 1 tahun pada tingkat akhir. yaitu, kelas 3.
Memang sulit mendapat teman disini karena memang telah terbiasa di sana. Tidak susah untuk mendapat teman disini...
Setelah lama berbaur ternyata mereka disini sangat baik...
dan sangat membuatku nyaman.
Disaat itu memang banyak perempuan yang mendekati ku tapi tak ada yang berbeda semua nya. Membuat ku sangat ingin jauh dari mereka semua.
Sampai akhirnya aku menemukan sosok perempuan itu. Yang kini di depan ku sambil menggengam beberapa buku dan berjalan melewati ku.
Dari penampilan nya sangat berbeda dari beberapa anak perempuan yang ada di sekolah ini dan membuatku semakin penasaran dengan nya.
Dengan perlahan aku mendekati nya...
awalnya aku hanya menanyakan sebuah nama nya. Setelah selesai mendapat nama nya aku pun juga merasa belum puas...
Dan sampai akhirnya kami pun berteman baik..
Ia pintar, cantik, sopan dan hanya saja ia kurang sosialisasi.
semakin lama dekat dan sangat membuat semua orang berkata dan bertanya apakah vania adalah pacarku...?
dan sampai suatu ketika aku membawa teman perempuan yang memang saat itu adalah pacarku untuk dikenalkan dengan nya.
Wajah nya pias yang dapat kulihat dan sedih saat mendengar ucapan ku.
Sebenarnya aku juga tidak mau seperti ini. Hanya mungkin ini adalah jalan nya agar aku tidak kehilangan nya.
Aku menjelaskan kepada nya tentang hubungan kami berdua.
Seperti yang kulihat dari wajah nya ia sangat mengharap kan yang lebih tapi itu tak bisa.
Aku hanya menjelaskan bahwa ia telah menjadi teman yang terbaik yang ku punya saat ini.
Wajah nya berubah kembali. Ia tidak suka dengan penjelasan ku.
Sebenar nya kalau boleh jujur aku juga sangat menyukainya. Bahkan aku telah jatuh cinta padanya pada saat awal aku bertenu dengan nya.
Bahkan ia mencegah ku untuk berhubungan dengan teman perempuan ku.
Ia sepertinya tak ada lagi yang bisa ia korban kan kecuali dirinya sendiri.
Ia bahkan sampai menawarkan dirinya.Coba bayang kan itu. Kukira ia berbeda ternyata ia sama.
Kulihat wajah terpaksa nya untuk menuruti semua perkataanku. Walaupun ia kehilangan kehormatan nya yang sangat berharga.
Ia tak ingin pisah dari ku...
Itulah yang kurasa kan saat ini.
Mungkin karena ia tidak tak tahan lagi dengan perasaan nya. Ia mengutarakan perasaan nya kepadaku.
Aku tidak bisa terus-terusan membuatnya berharap.
Sampai akhirnya kalimat yang sama keluar dari bibir ku untuk kedua kalinya.
Aku menolak perasaan nya agar ia terus dapat bersama ku dengan alasan agar pertemanan kami tidak hancur.
Hari kelulusan semakin dekat membuatku penasaran apakah ia berhasil mengejar cita-citanya.
Ternyata di hari kelulusan nya pun ia tidak hadir. membuatku penasaran dan pergi mencarinya.
Bahkan ketika aku bertanya pada teman sekelas nya. Mereka semua menjawab memang tidak masuk seminggu sebelum hari kelulusan dimulai.
aku sempat kebingungan mencari nya. Aku sendiri saja tak tahu dimana rumah nya. Karena memang selama ini vania tak pernah mengajak davian ke rumah nya.
Aku mendengar kelulusan nya bahwa ia mendapat beasiswa full..
aku sangat senang sekali.
Sudah seminggu aku menunggu kabar dari nya tetap saja aku tak mendengar nya..
Padahal hari ini hari aku akan kembali ke tempat ku dan meninggal kan vania tanpa mengucapkan perpisahan.