"Mereka jadian?" Arega bertanya selagi tangannya menyelipkan anak rambut Bianca ke belakang telinga.
Nggak kayak yang Bianca bilang, mereka cuma berakhir di Nana-Nano—angkringan gaya modern yang juga menyediakan menu bakar-bakaran—soalnya Arega bilang mereka terlalu sering nongkrong di cafe sampai mabok kopi. Dia mau yang vibe-vibe lokal aja. Jadilah mereka ke sana.
"Maksudnya Bang El sama Alfa?"
"Hu-um."
"Tau tuh, kayaknya bentar lagi."
"Kita kapan?" tanyanya dalam gumaman pelan.
Entah, kayaknya udah nggak terhitung berapa kali Arega ngajak Bianca pacaran, tapi selalu aja jawabannya, "Gini aja udah enak." Padahal kan Arega juga kepingin status hubungannya jelas gitu. Mereka ini nggak bisa disebut tetangga doang; nggak bisa disebut teman—soalnya physical touch mereka tuh udah kelewat dari sekadar teman, tapi dibilang pacar juga nggak bisa karena Bianca santai banget kalau Arega pergi sama gadis lain, kesannya kan jadi kayak Arega nggak diinginkan sama Bianca.
"Kita ngapain?"