"Peran yang aku mainkan atas permintaan kamu itu nggak main-main loh, Mas. Aku menjadi seorang istri, kamu menarik aku dan memberikan aku posisi yang mungkin saja juga diinginkan oleh Raya. Kamu, Mas. Kamu yang menawarkan posisi istimewa itu ke aku, kamu yang meminta aku untuk masuk lebih dalam ke kehidupan kamu. Apa ini juga masih salah aku? apa aku salah karena aku menerima tawaran kamu? Ini masih salah aku lagi ya?" tanya Airin langsung pada Bian.
Bian menggelengkan kepalanya.
"Jujur saja, saat itu aku masih bingung untuk menjawab iya atau tidak atas tawaran kamu. Aku sangat merasa senang dengan tawaran kamu itu karena dulu aku sempat punya keinginan untuk menikah dengan kamu. Satu dari banyak list keinginanku yang aku tulis di buku harianku adalah menikah dengan kamu. Kamu tahu kenapa aku sampai punya keinginan semacam itu?" tanya Airin sambil menatap tepat ke mata Bian yang juga memandangnya.
Bian menggelengkan kepalanya perlahan.
