"Apa aku pernah menyalahkan kamu?" tanya Bian tanpa merasa bersalah.
"Em, aku sih merasanya begitu. Tapi kalau kamu tidak merasa begitu ya nggak apa-apa, toh udah terlanjur juga." Airin menyahut dengan santai.
"Tapi, aku masih ingat betul. Semua perkataan yang kamu katakan demi membela dia," kata Airin.
"Memangnya aku pernah bilang apa?" tanya Bian untuk mengetes ingatan Airin.
"Banyak, nggak akan selesai dalam semalam kalau aku sebutkan semuanya. Tapi ada kata-kata kamu yang paling membekas dalam hati aku adalah ketika kamu menyebut bahwa aku tidak pantas marah dengan sikap Raya ke kamu karena Raya itu sahabat kamu. Hahaha… padahal aku istri kamu loh, kalau menurut aku sih pantas ya seorang istri marah ke wanita yang genit-genit ke suaminya dan marah ke suaminya yang diam saja ketika wanita lain menyentuh-nyentuh dia. Aku masih mikir sih sampai sekarang, letak nggak pantasnya itu dimana. Sampai sekarang itu otakku masih nggak nyampe," jawab Airin.