Dengan kekuatan yang masih seadanya, Bian berjalan mendekati pintu kamarnya untuk mengecek keadaan Raya yang semalam mengunci diri di dalam kamar.
"Raya!" teriak Bian sambil terus berjalan mendekati pintu kamar.
Panggilan pertama tidak ada jawaban, Rama masih belum terlalu emosi dengan Raya yang mengabaikannya. Dengan langkah gontai, Rama terus menuju kamar.
"Bangun! Aku mau sarapan! Ray, bangun!" teriak Bian berulang kali.
Namun, dari dalam kamar tetap tidak ada jawaban. Sama sekali tidak ada suara sahutan, benar-benar sepi. Rama semakin lama semakin emosi. Rama mengetuk pintu kamarnya, TOK… TOK… TOK….
"Ray! Buka pintunya! Kamu denger aku nggak?! Aku mau sarapan!" teriak Bian yang semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.
Tidak ada jawaban. Bian sampai menempelkan telinganya ke daun pintu. Di dalam kamar masih hening, sangat hening.
"Anjrit! Jangan-jangan ada apa-apa nih sama manusia satu ini," ujar Bian yang semakin panik.
Dia menggedor pintu kamarnya, DOK… DOK…. DOK….