"Mas, kamu ini ngomong apa sih? Ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini, Mas. Kita sedang berduka, aku kehilangan calon anak aku. anak yang aku tunggu dan aku damba-dambakan," kata Airin sambil terisak.
"Aku juga kehilangan, gara-gara kamu. Kamu tidak layak menjadi ibu," kata Bian dengan wajah kesalnya.
Airin yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit tidak lagi ambil pusing dengan omongan Bian. Dia hanya bisa menangis meratapi kehilangannya dan membiarkan Bian asik mencacinya. Dia acuh, mebiarkan cacian Bian terus berlalu begitu saja melewati telinganya.
Setelah puas mencaci Airin, Bian pergi dengan begitu saja meninggalkan Airin yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dia terus menangis meratapi kehilangannya. Seorang suster yang berjaga mendatangi kamar Airin karena merasa bersimpati dengan Airin yang baru saja kehilangan anaknya serta ditinggal oleh suaminya.
"Selamat siang, Mbak" sapa suster.