Dokter tidak bisa berkata apa-apa. Pada kenyataannya kondisi Rico memang sudah tak bisa tertolong lagi. Sampai detik ini yang bisa dipertahankan oleh dokter hanyalah nafas Rico. Dan Jika Tuhan berkehendak maka bisa saja nafas itu dicabut.
Davina menangis sesenggukan di depan ruang ICU. Kebetulan saat itu ibunya tidak menemani. Hanya ada Darwin Kakak pertamanya. Darwin tak bisa menenangkan adiknya. Memangnya apa yang bisa membuat Davina tenang saat ini. Ia seperti sedang menghitung hari kapan ia dan suaminya akan benar-benar berpisah.
"Kamu tidur, Vin. Kamu butuh istirahat," ucap Darwin yang duduk di samping adiknya. Di depan ruang ICU.
Davina menyandarkan kepala di pundak Darwin. Ia menangis sesenggukan tak berdaya harus berbuat apalagi untuk selanjutnya.
"Apa yang harus aku lakuin, Mas?" ucap Davina. "Apa yang harus aku lakuin jika nggak ada Mas Rico?"