Davina tak ingin bicara lebih jauh. Saat ini hati dan pikirannya sedang penuh.
"Ya udah. Kalau nggak mau pindah, aku di sini nemenin kamu," ujar Ali.
"Nanti kalau Mas Rico tahu, dia pasti marah," ucap Davina.
Ali hanya tersenyum. Ia tahu ucapan Davina tak berarti apa-apa. Jika Davina sedang pusing akan lebih baik Kalau Ali diam. Menemaninya di tengah kegalauannya.
"Andai saja kamu di sampingku waktu itu, Ali," gumam Davina tiba-tiba.
Ali hanya menyunggingkan senyum. Ia harus siap mendengarkan kata-kata dapurnya yang mungkin akan jauh lebih menohok daripada ini.
"Kalau saja dulu aku tidak menuruti ucapanmu buat hamil. Akan lebih baik Kalau aku menuruti kata-kata bapakku dan semua ini nggak akan terjadi," ucap Davina menyesal.