Davina menghela napas. Ia menatap ke Rico. Lalu memegangi kedua pipinya.
"Aku mau kita sama-sama terus selamanya," ucap Davina.
Rico kembali tersenyum. Sayangnya hanya di bibir saja. Senyum itu sama sekali tak menyurutkan kegelisahan di hati Rico.
"Mas seneng kalau kamu nempel gini sama Mas. Tapi Mas merasa ada yang kamu umpetin."
"Apa? Nggak ada," jawab Davina santai sambil sesekali mengecup pipi Rico. "Istrinya lagi pengen dibelai."
"Astaga, Sayang. Dari mana kamu belajar ngomong begitu?"
"Kenapa sih?"
Rico segera menarik tubuh Davina dan membawanya tiduran di atas ranjang.
"Mas bau keringat," ucap Davina.
"Terus .... "
Davina membisikkan sesuatu di telinga Rico hingga membuat Rico tercengang.
"Kamu .... Kamu kesambet apa sih?"
Davina tersenyum jahil mendengar bisikan Davina yang menurutnya cukup erotis.
"Mau sekarang," rengek Davina.
"Mas mandi dulu. Nanti kamu kebayang."
"Eh, nggak usah. Langsung Sekarang aja," ucap Davina.