Rico tampak ragu untuk mengangkat teleponnya itu. Di sampingnya ada sang istri. Tak mungkin ia mengangkat telepon dari nomor itu.
"Mas kenapa didiemin? Angkat dong," ucap Davina.
"Nomernya enggak kenal," sahut Rico dengan nada sedikit ragu.
Davina mengerutkan keningnya dan menengok ke arah ponsel Rico. Memang benar, tak ada nama di layar ponsel milik Rico. Davina hendak mengambil ponsel itu. Namun, Rico segera mengambilnya.
"Udah, ah. Enggak penting. Orang iseng," ucap Rico sembari mematikan ponselnya.
"Loh, kog dimatiin? Nanti kalau ada urusan penting gimana?"
"Engga, besok kan Mas udah berangkat Jakarta lagi. Urusan pekerjaan ya di kantor."
"Sebenernya aku tuh khawatir kalau Mas di Jakarta sedangkan aku di Semarang," keluh Davina tiba-tiba.
"Kenapa? Kamu pengen pindah Jakarta?"
"Engga lah, aku nyaman di Semarang. Apalagi Hannah udah menginjak aku remaja. Aku enggak mau dia bergaul di kota besar."