Magrib sudah berlalu, Rico tak kunjung menjemput Davina di rumah sang ibu. Hannah sang putri terlihat tak mau terlalu lama menunggu lagi.
"Ayah mana sih, Ma? Kenapa belum jemput kita?" tanya Hannah mendesak Davina.
Gadis ini sangat dekat dengan ayahnya. Rico selalu bisa membuat Hannah senang dan juga bahagia. Tak sedikit pun terbesit dalam hati Rico kalau Hannah adalah anak tirinya. Ia selalu menganggap Hannah adalah anaknya sendiri.
"Tunggu, Sayang. Mungkin masih di jalan," jawab Davina.
"Sebel, Ayah pergi sendiri enggak ngajak-ngajak Hannah!" gerutu remaja itu.
"Hannah, enggak boleh begitu! Ayah ada urusan. Lagian kamu ini sudah besar kan? Jangan suka manja begitu sama ayah! Ayah itu selalu nurutin apa maunya kamu terus."
"Iya, Ma." Hannah menunduk. Ya, memang dibandingkan dengan ibunya sendiri yang lebih tegas kepada Hannah, Rico memang lebih lembut dan juga humoris. Mungkin itu adalah peran dari kedua orangtua. Atau mungkin sudah bawaan Rico dan Hannah seperti itu.