Namira berjalan sedikit cepat ke pinggir jalan raya. Ia telah ditunggu oleh taksi yang ditumpangi oleh Davina.
"Kamu tinggal di daerah sini ternyata?" ucap Davina.
Tentu saja Davina ingat dengan daerah yang menjadi tempat kenangannya dengan Ali. Hanya saja ia tak tahu Kaka Namira adalah istrinya Ali.
Mereka sepakat bertemu di dekat jalan raya. Sehingga Davina tak sampai masuk ke desa tempat tinggal Namira.
"Kenapa, Mbak?" tanya Namira.
"Enggak," sahut Namira datar. Napasnya sedikit sesak saat harus memutar kenangan bersama Ali lagi. Ia memutuskan untuk tak membicarakan itu dengan Namira.
"Maaf, ya, Mbak. Saya bawa Zahra. Suami saya enggak mau dititipin," ucap Namira.
"Engga apa-apa lah. Cowok emang begitu. Enggak mau mereka ngasuh anak," jawab Davina santai. "Pak jalan , Pak. Kita ke Ciputra."
"Iya, Mbak," jawab sopir taksi.
Davina menatap Zahra, bayi yang baru beberapa bulan hadir di dunia ini.
"Umurnya berapa?" tanya Davina.
"jalan tujuh bulan, Mbak," jawab Namira.