Ali tersenyum kecut ke arah penjaga perpustakaan.
"Iya, Pak. Tenang aja," jawab Ali.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Ini pintunya saya tutup aja, ya, Pak?"
"Iya, Pak."
Penjaga perpustakaan pergi meninggalkan perpustakaan. Sementara Ali seorang diri di tempat itu.
Ali berdiam diri menatap ruangan ini. Meski bukan tempat yang sama, tapi perpustakaan adalah tempat yang begitu berarti untuknya.
Ali melihat bayangan dirinya dan Davina saat pertama kali bertemu di perpustakaan.
Terlihat di matanya, Davina begitu ketus saat berebut sebuah buku di perpustakaan.
Ali tersenyum lirih. Davina, gadis itu. Wanita yang tersimpan di dalam hatinya yang begitu dalam.
"Davina," gumam Ali lirih.
Hanya saja entah kenapa Ali terlihat begitu frustrasi saat mengingat gadis itu. Padahal dulu ia begitu mencintai sang kekasih hati.
"Huuf!" Ali mengacak-acak rambutnya. Ia begitu kacau. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Namun, Ali berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.