Sudah jam setengah sepuluh, Davina menutup tokonya seorang diri. Ia sudah terbiasa seperti ini karena rumah Virna cukup jauh berada di daerah Pedurungan. Ia tak tega gadis yang baru lulus SMA itu harus pulang terlalu malam.
Awalnya ia tak mau mempekerjakan Virna karena rumahnya yang amat jauh. Ia ingin mencari karyawan yang tempat tinggalnya ada di sekitar daerah Ngaliyan tempat ia membuka toko. Namun, karena Virna bersikeras tak mengapa, Davina pun akhirnya mau menerimanya.
Meskipun masih muda, Virna sangat jujur. Meskipun terkadang dia amat centil. Biasa, namanya juga remaja.
Davina sudah mematikan semua lampu toko. Ia tinggal keluar saja. Namun saat hendak keluar lewat pintu belakang, seseorang menutupi mata Davina.
"Euuh!" Davina terkejut bukan main.
"Siapa?" ucap seseorang.
Davina menghela napas. Ia melepaskan tangan itu lalu berbalik.
BUK! BUK! BUK!