"Duduk dulu," ucap Pak Erwin seraya berdiri dan berjalan menuju sofa. Ia lantas duduk.
Meskipun sedikit ragu, Davina segera duduk di sofa, tepat di depan Pak Candra.
"Mau ngobrol apa, ya, Pak?" tanya Davina.
"Eh, enggak. Cuma pengen tahu tentang kamu. Kamu katanya kam temen sekolah Rico. Emang sedekat apa kamu sama Rico?" tanya Pak Erwin.
"Euh, itu ... Kalau dulu saya tak terlalu dekat, Pak. Kami dekat justru setelah Mas Rico lulus. Dia kan sempat satu tahun di Semarang setelah lulus," ucap Davina.
"Oh, iya. Kamu benar. Dulu Rico punya pacar ngga sih waktu SMK?"
"Mas Rico, Emh dia saya pernah lihat sama cewek sih, Pak, tapi entah pacarnya atau bukan."
"Bukannya kamu cewek itu?"
"Bukan, Pak. Bukan. Saya sama Mas Rico berteman aja. Lagipula saat punya pacar waktu itu."
"Lalu sekarang pacar kamu?"
Davina enggan menjelaskan, tapi ia tidak bisa berbohong. "Emh, dua sudah enggak ada," jawab Davina.
"Maksudnya enggak ada?"
"Dia sudah meninggal, Pak," sahut Davina lirih.