"Sebentar?" Pak Cagur juga terkejut mendengar ucapan Davina. Ia segera berdiri. "Ikut bapak ke ruang Tata Usaha," ucap Pak Catur.
Davina pun mengikuti kemana langkah Pak Catur. Ia penasaran kenapa Pak Catur berkata ijazahnya sudah diambil. Padahal ia tak pernah ke sekolah.
Memasuki ruang Tata Usaha, Pak Catur menuju ke lemari besar penyimpanan arsip alumni.
"Ada apa, Pak Catur?" tanya seorang wanita berkerudung.
"Oh, Bu Heni. Ini lho. Anak murid saya ada yang mau ambil Ijazah," ucap Pak Catur.
Bu Heni segera mengambil catatan yang ada di laci mejanya karena ia yang bertugas menyimpan dan mencatat data alumni.
"Tahun berapa, Pak Catur?" tanya Bu Heni.
"Dua ribu sembilan, Bu," ucap Pak Catur.
"Oh, yang satu itu. Itu udah diambil, kan? Bukannya bapak kemarin yang ngasih? Tahun angkatan itu, kan Cuma satu ijazah itu aja yang belum diambil."
Davina semakin tak mengerti. Ia tak merasa pernah mengambil ijazahnya. Lima tahun ini saja ia tak berani melihat sekolah ini.