"Enggak apa-apa," sahut Davina sambil berganti posisi membelakangi ibunya. Davina tak ingin menatap ibunya. Ia takut jika ketahuan berbohong.
"Kamu dipukul bapak lagi?" tanya snag ibu.
"Enggak, aku jarang ketemu bapak akhir-akhir ini. Palingan dia sama selingkuhannya," sahut Davina.
"Hus, jangan ngomong sembarangan. Nanti kalau kedengaran bapak kamu bisa kena marah. Udah sekarang bapakmu mau apa aja enggak usah kamu pusingin. Biarin aja dia sesuka hatinya," sahut Ati.
"Sesuka hatinya mukulin ibu? Sesuka hatinya ngga nafkahi kita? Sesuka hatinya selingkuh terang-terangan di depan Ibu? Sampai kapan, Bu? Ibu apa enggak capek? Kenapa sih Ibu diem aja? Hidup kita sengsara begini gara-gara dia! Kalau saja dia nggak begitu. Aku sama Ali enggak harus kayak begini! Kasihan Ali, Bu. Kasihan!" ucap Davina dengan emosional.
"Makanya enggak usah deket-deket lagi sama Ali. Kamu enggak seharusnya bikin orang lain terlibat dengan kehidupan kita yang seperti ini," sahut Ati tak kalah emosional.