"Ya, udah. Ayo keluar. Ngapain di rumah melulu. Ya di sekitar sini aja biar enggak ketahuan," ucap Rico.
Davina terlihat berpikir. Mungkin benar apa kata Rico, Davina harus keluar. Untuk apa merenungi nasib saja di rumah. Toh, Ali juga tak tahu bagaimana perasaan Davina.
Sedikit senyum tersungging di wajah Rico. Oh, sungguh manis. Astaga, pikiran macam apa ini. Sejak kapan Davina mengira Rico manis.
Rico itu tampan. Semua yang melihat pasti akan tahu. Kalaupun disandingkan dengan Ali dengan wajah timur tengahnya, Rico tak akan kalah.
Kegantengannya paripurna. Ia bahkan memiliki otot. Tangannya jelas jauh lebih kasar dari tangan Ali.
Hanya saja Rico adalah pria brengsek. Davina sudah tak heran lagi jika Rico bergonta-ganti wanita di depannya.
"Bengong aja. Ayo buruan!" ucap Rico sedikit nyaring.
"Ah, iya, iya. Aku ambil jaket dulu," ucap Davina.