"Maaf Yang Mulia, Nona Braveheart baru saja pergi bersama dengan Putri Shaerbeek, sekitar lima menit yang lalu," sahut manajer Anna tersebut.
"Diriku sudah mencoba untuk memberitahumu akan tetapi 'maaf' dirimu tak mendengarkan diriku Yang Mulia, tambahnya.
Karena merasa kesal saat mengetahui itu, Pangeran Veliz akhirnya segera bergegas untuk meninggalkan tempat kerja tersebut. Dirinya berkata, "Baiklah kalau begitu, sampaikan pada Anna kalau diriku sedang mencarinya, dan ingin bertemu dengannya nanti."
Setelah itu pria bangsawan yang sekarang menyandang gelar sebagai Putra Mahkota, kembali menaiki mobilnya yang masih bertengger di luar sana. Beberapa detik kemudian kendaraan roda empat itu bergerak, melaju meninggalkan kantor tersebut.
***
Hanya selang beberapa jam kemudian, dengan hembusan nafas yang masih tersendat-sendat, sosok pria ini tampak berlarian pada anak tangga, mengitari lorong yang begitu luas dengan koleksi lukisan antik yang menghiasi dindingnya. Para pengawal dan pelayan kerajaan juga tak mengerti apa yang sedang terjadi. Mereka mencoba menanyakan akan tetapi pria itu tidak mendengarkan.
Dia terus saja menyebut-nyebut bahwa ini adalah informasi penting dan dirinya harus segera menghadap kepada sang ratu. Saat tepat sampai pada pintu ruangan sang ratu, pria tersebut menyahut, "Apa Yang Mulia ratu tengah berada di dalam?"
Pengawal yang tengah berjaga di depan sana membalas, "Maaf sayang sekali ratu belum lama tadi, pergi ke luar karena ada urusan tertentu. Tunggu saja, jika ingin karena dari melihat jadwalnya beliau pasti akan segera kembali."
Orang yang kelihatan sedang mengejar nafasnya itu, kini berusaha menenangkan diri, lalu kemudian menjawab, "Baiklah aku akan menunggu beliau di sini."
Pria yang memang sudah tak terlihat asing itu, sekarang memutuskan untuk menunggu untuk menemui orang terpenting di negara ini. Dan betul saja selang lima belas menit kemudian, bunyi lonceng depan terdengar, pertanda sang ratu sudah kembali pada kastil miliknya ini.
Dengan cepat sosok pria tersebut segera menghampiri sang ratu. Sikap buru-buru dan rasa paniknya tampak begitu jelas terlihat, seolah aksinya dalam menenangkan diri gagal sama sekali. Bahkan dirinya sendiri sempat melupakan untuk menunjukan sikap hormat miliknya hingga pengawal harus menegur dan mengingatkannya.
"Apa yang membuatmu bersikap seperti orang kerasukan Tom?" singgung sang ratu.
"Maafkan diriku your royal highness karena sudah bersikap begitu lancang. Tapi percayalah aku melakukan semua ini karena ada alasan yang sangat penting. Ada sesuatu yang harus aku beritahukan kepadamu," Balas seorang Tom Furry.
"Baiklah kalau begitu, cobalah untuk bersikap tenang dan kita bicarakan semua ini di ruangan milikku," ujar Camila dengan tegas, tapi juga berusaha menerka-nerka hal tersebut.
Ratu mencoba bersiap menerima semua kemungkinan yang akan dikatakan oleh sosok yang sudah terkenal menjadi analisis tersebut. Tom juga dikenal sebagai salah satu orang yang menjadi informan untuk kerajaan yang berkecimpung dalam dunia politik dan pemerintahan.
Melihat aksinya tersebut hari ini, Yang Mulia ratu jelas tahu, pasti telah terjadi sesuatu yang mereka tak ketahui di sana. Dirinya berharap bahwa ia bisa mengahadapi segalanya. Namun jauh di dalam sana, dirinya sendiri tentu saja memiliki kekhawatiran akan komunitas anti monarki yang sekarang sedang naik daun itu dengan adanya Albert yang menjadi sosok yang menopang baris depan segalanya.
Sekitar lima menit kemudian, sang ratu akhirnya memerintahkan asistennya tersebut untuk memanggil Tom dan menyuruh sosok pria itu untuk masuk dan menghadapinya. Camila berusaha untuk bersiap menghadapi segalanya, dia tahu bahwa itu pasti adalah sebuah pemberitaan buruk yang pasti akan datang menyerangnya. 'Baru saja aku bisa tersenyum, sekarang rasa cemas kembali datang.'
Tom pun akhirnya melontarkan kata-katanya, "Maaf your majesty karena diriku harus datang dalam keadaan seperti ini –" potong ratu. "Tolong langsung saja pada intinya, basa-basinya nanti saja."
Berusaha untuk bersikap tenang, pria berusia tiga puluh tahunan awal itu kembali berbicara, "Diriku mendapatkan informasi, bahwa seluruh anggota parlemen merencanakan untuk melakukan kudeta untuk melawanmu."
Sang ratu yang masih berusaha mencerna semuanya itu melontarkan pertanyaanya, "Bagaimana bisa?" Yang Mulia itu kembali melanjutkan bicaranya, "Posisi kita tentu saja jauh lebih di atas mereka semua. Diriku masih berstatus sebagai pusat pemerintahan, seorang kepala negara."
Mendengar nada bicara Camila yang terus meninggi dihadapannya membuat Tom berusaha menggunakan kata-kata miliknya dengan bijak. Dirinya menjawab, "Aku tak begitu tahu bagaimana pastinya ratu, yang aku dengar mereka berencana menggunakan referendum untuk melawan dirimu. Dan sepertinya rencana mereka itu sudah memasuki tahap akhir."
Kata-kata Tom membuat sang ratu sempat merasa begetar untuk sesaat, namun keberanian dan semangat beliau jauh lebih menyulut keluar.
Dirinya berkata, "Maksudmu mereka ingin membubarkan kekuasaan monarki yang ada? Mustahil! Untuk melakukannya saja diperlukan pernyataan resmi dari kepala negara yang sedang menjabat, dan tentu saja tidak dalam kondisi sadar, diriku akan menyetujui hal tersebut."
Tom menjelaskan mengenai rumor yang sedang beredar di pemerintahan dan di antara anggota parlemen lainnya. Tak tahu hal ini benar atau pun tidak, tapi mereka mengatakan bahwa Albert, sang perdana menteri berhasil mengelabuhi dan mempermainkan sang ratu di dalam permainanya sendiri, kalah telak di dalam tempat yang begitu dia banggakan.
Maka mereka, kelompok anti monarki itu tidak membutuhkan lagi pernyataan tambahan karena mereka sudah memiliki segala hal yang mereka butuhkan. Mendengar semua hal itu, tentu saja darah milik sang ratu jelas naik menjadi mendidih, meletup-letup di udara. Dia tak bisa percaya, bahwa pria itu akan menggunakan cara licik untuk mengelabuhi dirinya demi mengejar keinginan kelompoknya.
"Buuuk, Buuuk."
Bunyi yang cukup keras berbunyi dari dalam ruangan ratu. Yang Mulia itu menghentakkan kedua telapak tangannya di atas meja. Tom yang melihat aksi geram sang ratu tentu saja dapat memahami apa Yang Mulia-nya itu sedang rasakan.
Dengan satu tarikan nafas yang dalam sang ratu mencoba menenangkan dirinya sendiri. Setelah itu beliau kembali bersuara, "Terima kasih atas informasinya. Aku ingin kau mengumpulkan semua informasi lainnya mengenai berita ini. Kita tidak boleh kecolongan satu informasi lainnya!"
Yang Mulia itu kemudian mempersilahkan Tom untuk segera pergi. Satu bunyi lonceng berhasil membuka pintu yang ada. Saat Tom akhirnya melangkah keluar, Camila lantas memberi kode pada asisten pribadinya itu untuk segera masuk.
Dengan kondisi yang jauh lebih tenang, Yang Mulia itu berkata, "Dengarkan aku baik-baik, perintahkan kepada seluruh orang yang menghuni kastil ini agar membatasi gerak mereka dengan orang-orang di luar sana."
Asisten pribadi yang berperawakan british itu termasuk orang yang begitu cakap. Ia membalas, "Ada lagi Yang Mulia?"
Sang ratu lalu menjawab, "Yah tentu saja."
**To Be Continued**