Mereka sudah mulai melakuan tease pada publik mengenai sebuah gebrakan besar-besaran yang akan dilakukan oleh lembaga parlemen. Masyarakat umum, para media, pengamat politik tentu saja bertanya-tanya mengenai hal itu, tapi keluarga bangsawan inti, kolega terdekat dan para tetua tentu saja bisa menebak maksud dari hal itu.
"Jadi semuanya sungguh belum membuahkan hasil sampai sekarang?" tanyanya.
"Maaf your grace, tapi kelihatannya begitu. Tak ada tanda-tanda bahwa serangan kita berhasil," jawabnya.
"Sial! Diriku sungguh tak ingin menggunakan cara kotor dalam menyerang, tapi sepertinya mereka tak memberiku pilihan sama sekali. Demi melindungi nilai esentrik dan peran mahkota maka kita harus menang, tak peduli bagaimanapun caranya. Aku pikir rencana ini dapat berhasil. Kita tak memiliki waktu yang banyak untuk terus di ulur lagi. Tidak setelah mereka mengumumkan rencana itu ke publik," sahut Yang Mulia ratu.
"Maaf, tapi your royal highness, hal itu sungguh beresiko. Tidakkah kau ingin membahasnya dan mempertimbangkan kembali dengan para anggota bangsawan lainnya?" ujar penasihat kerajaan itu.
"Tidak, aku percayakan rencana ini pada kalian bertiga. Mereka akan aku beritahukan sendiri nantinya," Tegas Camila.
"Baiklah kalau kau mengatakan seperti itu. Saat kau memutuskan untuk melangkah ke sana, kami hanya ingin mengingatkan bahwa pandangan masyarakat terhadapmu takkan pernah sama lagi," paparnya.
Ini adalah pilihan yang berat namun sepertinya sang ratu tak gentar lagi untuk melakukannya. Tom, asisten yang juga merupakan pengawal pribadinya dan satu penasihat khusus itu di minta untuk merahasiakan hal ini untuk sementara waktu. Sulit untuk mempercayai siapa pun pada saat ini, keadaan juga terus mendesak.
Tak ada opsi lain yang tersisa, selain harus melucuti sang perdana menteri termuda kedua itu dengan paksa. Albert terlalu jenius dan berbahaya bagi keutuhan monarki. Pria itu juga adalah sebuah ancaman bagi masa depan Keluarga Veliz dan legacy mereka.
Tapi walau mereka tahu langkah yang akan diambil oleh Camila sebagai seorang ratu, sebenarnya mereka tak benar-benar jelas mengerti pola dan rencana khusus wanita itu karena dia sendiri tak mengutarakannya dengan detail atau pun mendiskusikannya dengan mereka.
Camila harus menguatkan diri dan mempercayakan segalanya pada dirinya sendiri saat ini. Apa pun langkah yang diambilnya, semua murni berasal darinya tanpa campur tangan orang lain. Albert mungkin jadi salah satu perdana menteri termuda yang pernah ada, tapi dia akan menjadi perdana menteri dengan karir yang singkat dalam sejarah.
Dua hari lagi merupakan jadwal pertemuan sang ratu dengan perdana menteri. Mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir bagi keduanya, tapi Camila tak berniat untuk kalah dari Albert sama sekali. Ia takkan mungkin bisa menerima kemenangan pria itu.
Rencana miliknya memang berkemungkinan besar untuk ikut juga menyerangnya secara langsung, tapi hal yang dilakukan oleh wanita itu adalah upaya dari serangan terakhir miliknya. Selama pada akhirnya dia menang, maka takkan masalah untuk melakukan segala cara yang tersisa.
Di tambah salah satu dari proyek Pangeran Edward juga akan resmi di buka pada hari yang sama. Sang ratu ingin memanfaatkan momen itu, sehingga tuduhan yang nanti mengarah pada kelurganya bisa terelelakkan.
Wanita itu tentu takkan bisa hadir di sana karena ia harus menjalankan rencananya di sini, tapi tentu saja dia akan mengirim anggota keluarganya ke sana sebagai pengamanan diri. Dan juga lebih baik dia membuat publik berpikir bahwa dia juga akan datang di sana, sehingga mereka semua akan punya alibi yang kuat nantinya.
Camila juga sengaja memindahkan lokasi pertemuan antara dirinya dengan Albert demi untuk mewujudkan rencananya khusus miliknya itu. Semuanya segera dipersiapkan oleh orang-orangnya untuk melakukan serangan akhir darinya secara matang.
Ia akan menggunakan situasi yang ada untuk membuat pria yang menjabat sebagai seorang perdana menteri itu tak memiliki pilihan selain harus menyetujuinya. Dengan begini, semuanya akan sempurna. Camila hanya berharap bahwa akhirnya nanti akan sesuai dengan harapannya. Karena jika tidak, maka rencana miliknya ini malah bisa menjadi sebuah malapetaka bagi dirinya sendiri.
***
Hari yang di tunggu-tunggu itu akhirnya telah datang. Pertemuan mingguan antara sang ratu dengan perdana menterinya berlangsung di sebuah tempat yang sebenarnya masih tak terlalu jauh dari kastil ratu.
Dengan dalih agar Yang Mulia bisa turut ikut hadir dalam beberapa acara penting secara bersamaan, maka pria itu tak memiliki pilihan selain harus setuju dan menerimanya.
Mereka semua bersyukur karena pasalnya, Albert sebagai perdana menteri bahkan tak menyadari langkah besar yang tengah di ambil ini. Pria itu mungkin berpikir bahwa mereka telah memengangkan perlawanan panjang ini dengan pihak istana, maka tak masalah untuk tetap sedikit berpura-pura menunjukkan itikad baik yang nyatanya tak ada.
Dirinya juga pasti berpikir bahwa kelompoknya sudah berada pada langkah terakhir di atas pihak kerajaan. Tapi sebenarnya pihak kerajaan atau yang di sini Camila sebagai seorang ratu sudah mempersiapkan jebakan untuk dirinya yang akan menjadi serangan terakhir.
Dalam kondisi yang tak sepenuhnya stabil sang ratu menjalin sebuah pertemuan dengan sang perdana menteri di tempat yang cukup tertutup itu. Kondisi keamanan sengaja dibuat longgar dan tidak ketat, mereka memanfaatkan lokasi area yang ada. Pria itu dulu menyerang di dalam wilayah bangsawan, di Kastil Windsor.
Kali ini, Camila juga akan membalasnya. Lokasi pertemuan mereka senagaja diatur agar berlangsung di area distrik pemerintahan. Albert memulai peperangan di saat sang ratu bahkan menginginkan gencatan senjata. Pria itu yang duluan menembakkan pelatuknya, kini waktunya sang ratu untuk memberikan balasan yang setimpal.
***
Pintu yang berada dalam ruang khusus tersebut terbuka dengan lebar seiring sosok wanita yang paling berpengaruh itu memasukinya, sebelum akhirnya pintu tersebut tertutup kembali. Dengan pakaiaan yang sedikit terbuka dan juga cukup ketat, sang ratu menyapa sosok Albert yang dari tadi tengah berada dalam ruangan ini, "Maafkan diriku karena datang cukup terlambat. Kau pasti telah menunggu cukup lama."
Sosok pria dengan jas biru dongker itu perlahan-lahan berdiri dari kursi yang didudukinya. Ia membalas, "Tak masalah Yang Mulia, diriku memahami bahwa orang sepertimu pasti memiliki banyak agenda yang menyibukkan."
Sejak tiga puluh menit yang lalu Albert sudah mulai merasa sedikit gerah. Rasanya ada sesuatu yang mempengaruhi kondisi fisik tubuhnya. Tapi, demi terlihat professional dirinya berusaha bersikap untuk tenang dan melanjutkan pertemuan rutin ini dengan sang ratu.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa saat ini sosok pria muda tersebut sedang merasa sangat bergairah entah mengapa. Gerak-gerik sang ratu juga semakin mengalihkan perhatian dirinya. Camila yang menyadari hal tersebut semakin gempar dan aktif untuk menggoda-goda sang perdana menterinya itu.
**To Be Continued**