Chereads / Scandalous Kingdom / Chapter 5 - Sorry Not Sorry

Chapter 5 - Sorry Not Sorry

Air mata yang tak terbendung lagi turun bercucurah, baik itu dari kedua mata Isabelle yang tengah memberikan pidato terbaiknya ataupun bagi masyarakat yang ikut terisak sebagai pendengar setia. Turunnya sang princess dari podium dimeriahkan oleh sorakan dan juga tepuk tangan tanpa henti. Dan aksi beraninya tersebut juga tak sedikit mendapatkan dukungan dari pemebesar keluar bangsawan lain yang tengah duduk di area section kehormatan itu.

Adam berada di sana karena memang mereka datang bersama. Namun hal yang terjadi saat ini, membuatnya benar-benar terkejut. 'Damn Isabelle, kau mengeluarkan semuanya dengan sempurna.'

Dia masih tak percaya bahwa saudarinya itu akan bertindak begitu nekad, tapi siapa yang menduga bahwa hal itu menjadi salah satu penampilan terbaiknya. Tepuk tangan tentu saja dilayangkan oleh semua orang, tapi Adam lah yang memulai itu semua.

Hari berakhir dengan sangat baik, kini masyarakat juga sedikit kembali memberikan kepercayaan pada sang ratu dan keluarga besar bangsawan kerajaanya. So it's a win win. Dari arah dirinya berdiri saat ini, sang ratu memberikan senyuman lebar dan kode mata kepada putranya yang berada pada posisinya saat ini. Camila yang menyaksikan semuanya, tentu tak bisa menahan rasa bangga pada putra-putrinya itu.

Sementara di sisi lain sang paman yang merupakan adik dari sang raja malah justru bersikap gerutu menyaksikan semua drama yang terjadi di hadapannya. Dia bahkan tak tahan mendengar keluarga bangsawan lain yang turut ikut berbisik dan mencibir keluarganya secara langsung dari belakang. Istilah-istilah yang mereka berikan pada keluarganya membuatnya muak.

Pria itu mulai berpikir bagaimana media akan merepresentasikan hal yang terjadi hari ini di layar kaca ataupun artikel cetak lainnya. Keluarga Veliz begitu terdesak selama dua tahun terakhir, hampir tak ada pemberitaan yang baik mengenai mereka selama waktu belakangan ini. para jurnalis pasti akan memanfaatkan momen ini dengan sangat baik.

***

Di malam hari dirinya memutuskan untuk datang dan menyampari sang ratu di ruang singgah sananya itu seraya berkata, "Aku tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga ini? Apa yang sedang kau rencanakan Camila? Seberapa jauh kau akan menyeret keluarga ini?"

Dengan satu tarikan nafas, Camila segera menguncir rambutnya lalu membalas perkataan Morgan, "Apa yang kau ucapkan ini? Aku sama sekali tak bisa mengerti maksud dari kedataganmu yang begitu tiba-tiba kemari? Diriku sudah tak mempermasalahkan menganai dirimu yang sepertinya sudah lupa tata krama dalam bersikap ketika menemui bangsawan besar, pemimpin negeri ini."

Pria itu terkekeh mendengar hal tersebut. Morgan kembali berbicara, "Ayolah Camila, dirimu sungguh tidak memaksudkan hal itu, bukan? Lagipula kau tak perlu berpura-pura bodoh didepanku, aku sungguh tahu kau pasti merencanakan semua ini, segala yang terjadi hari ini. Menyuruh Isabelle untuk menciptakan drama konyol saat perayaan tadi."

Suara cekikan halus tak dapat tertahan dari mulut sang ratu tersebut. Beliau juga berkata, "Morgan… morgan... Aku kadang tak paham ke mana arah jalan pikiranmu. Lagipula apa masalahmu jika memang seandainya aku adalah dalang di balik semuanya? Isabelle mempersembahkan sesuatu yang fenomenal, dirinya bahkan pantas untuk diberi hal lebih dari sekedar tepuk tangan yang meriah."

"Ah biar aku jujur sedikit." Camila kini mendekat ke arah Morgan lalu membisikkan sesuatu di kuping kirinya, "Sorry not sorry tapi, kalau kau ingin sebuah kebenaran, maka yang dapat aku katakan adalah bahwa diriku sungguh tak tahu menahu soal hal ini, semuanya terjadi begitu saja dihadapanku."

Pria itu justru tertawa kecil mendengar hal itu. "Apa kau pikir diriku percaya hal yang baru saja kau katakan? Asal kau tahu, aksi putri kecilmu yang nakal itu membuat reputasi kita di kalangan bangsawan lainnya menjadi semakin tercemar," balas Morgan sembari berusaha menjauh dari dekapan maut Camila.

"Terus? Apa diriku terlihat peduli akan hal itu? Setidaknya aksinya itu berhasil menjadikan elemen masyarakat yang sebelumnya terpecah bela kini mendukung kita sepenuhnya. Kau harusnya bersyukur keponakanmu membantu meringankan sedikit beban yang ada di pundak kita," ujar Yang Mulia ratu.

"Terserah berbuatlah sesukamu! Aku hanya sekedar mengingatkan dirimu bahwa ini kesempatan terakhir yang kau miliki. The deadline is here Your Highness! Satu kesalahan saja akan membuat dirimu terlempar dari singgah sana yang indah ini," balas Morgan dengan seringai tajam miliknya.

Mendengar kalimat itu, tentu saja membuat Camila mendengus dengan kesal. "Apa maksud dari ucapanmu barusan itu? Apa kau berniat untuk berbalik dan menyerangku? Apa ini sebuah ancaman untuk diriku? Karena sekarang, bahkan aku bisa mencium niat terselubung milikmu itu dari jarak sedekat ini."

"Oh jangan menganggap salah maksud dan niatku Yang Mulia Ratu Camila Smith. Aku tak mungkin bersikap selancang itu pada pemimpin negeri ini. Aku hanya sekedar mengingatkan dirimu, anggap saja bahwa aku perhatian terhadap kondisimu saat ini. Berhati-hatilah dalam memilih kawan Yang Mulia, karena kata pepatah, 'The Good Ones Never Wait.' Kau tentu paham akan perkataanku," balas Morgan dan langsung segera pergi setelahnya dari ruangan ini.

Ucapan dari Morgan tadi tentu saja menyulut bara emosi di dalam diri sang ratu. Beliau tak berhenti mengutuk si pria yang juga merupakan kakak iparnya tersebut. "Bastard, aku tau dengan jelas maksud dari ucapanmu itu. Walau pun sudah tak memiliki suami, diriku jelas masih bagian dari keluarga ini. Nama Veliz akan terus bersanding di belakang namaku."

Setiap gerakan yang akan diambil olehnya sangat sulit saat ini. Tak pernah terpikir oleh Camila bahwa akan sesulit ini untuk memimpin kerajaan dan negara yang luar biasa seperti Inggris.

***

Adam sebagai seorang pangeran, memiliki peran yang juga sangat penting dalam semua kegiatan ini. Pria itu bersyukur bahwa pemberitaan yang disiarkan pada hari ini ternyata jauh lebih positif dari yang ia kira.

Setelah hal yang terjadi pada keluarganya selama dua tahun terakhir, rasanya setiap orang berubah sisi dan memutuskan untuk menyerang keutuhan monarki yang ada. Setiap celah yang ada pasti akan selalu dimanfaatkan oleh para jurnalis dan aktivis yang ada untuk terus mneyerang dan memporak-porandakkan keluarganya.

Rasanya setiap tatapan yang mereka keluarkan begitu palsu. Baik mereka yang sudah lama berkerabat dengan Keluarga Veliz, maupun masyarakat biasa. Semua orang sepertinya menantikan kesempatan untuk menggulingkan peran mahkota yang ada dalam keluarganya itu, dan juga pastinya tahta yang mereka pijaki.

Adam kini tengah berada dikamarnya, memandangi langit-langit yang memiliki sebuah corak ornamen yang sungguh indah. Berbaring di atas kasurnya, bahkan tanpa melepas jas hingga sepatu hitam yang ia kenakan. Kedua tangannya dari tadi ia gunakan untuk terus mengelus rambut miliknya.

**To Be Continued**