"Aku mau menanyakan sesuatu sama kamu."
"Apaan?"
"Kamu tahu siapa nama orang yang sudah berhasil memecahkan setengah dari kasus ini?"
"Iya. Aku tahu. Karena aku yang sudah bantuin dia mecahin kasus itu hingga setengahnya."
"Siapa namnya?"
"Namanya Kim Jiwon. Dia salah satu siswi di sini yang pernah memecahkan setengah kasusnya. Ketika bukti itu mau dibawa ke kantor kepolisian agar diselidiki lebih lanjut, satu minggu sebelumnya dia berteriak histeris seperti orang gila lalu setelahnya keluarganya menemukannya mati bunuh diri di kamarnya."
"Apa kamu tahu kronologi awal dia menjadi gila?"
"Aku tidak tahu. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Tapi pernah satu kali dia mendatangiku dan itu sehari sebelum dia bunuh diri. Waktu itu dia bilang kalau dia sedang di teror."
"Siapa yang meneror dia?"
Hantu itu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Setelah mengatakan hal itu dia langsung berlari ketakutan."
"Apa kamu tahu dimana keluarganya?"
"Keluarganya pindah ke Amerika setelah kematian putri mereka."
"Apa kamu tahu dimana rumah yang dulu pernah di tinggali oleh Jiwon itu?"
"Iya."
"Dimana?"
*****
Dua belas pemuda itu pergi menyusuri setiap koridor berdarah untuk sampai ke ujung lorong. Seperti malam-malam sebelumnya, suara musik terdengar dan saat ini mereka sedang berbicara random agar menghindari pengaruh dari musik itu.
Semakin mereka ke ujung lorong, suara musik itu semakin terdengar. Ketika mereka sampai di ujung lorong dan tepat di sebelah kanan mereka ada lorong kecil yang di sampingnya terdapat tulisan Dilarang Masuk.
"Sepertinya suara musiknya bersumber dari sini." Ucap In Seok
"Iya. Soalnya suara musiknya semakin terdengar jelas." Sahut Jin Gu
"Ayo kita masuk." Sahut Jung In
"Tunggu dulu." Ucap Min Gi
"Apa kalian semua yakin mau masuk ke dalam?" Tanya Min Gi
"Kenapa? Kamu takut?" Tanya Jung In
"Iya. Aku takut. Apalagi sudah ada peringatan dilarang masuk. Kalau sudah ada peringatan itu biasanya ada bahaya." Sahut Min Gi jujur
"Tapi kita tidak bisa hanya berdiri di sini menunggu anak kecilnya keluar. Kita harus masuk ke dalam. Apapun bahaya yang akan kita hadapi, kita harus saling menjaga dan melindungi." Ucap Joon Oh
"Baiklah. Ayo, kita masuk ke dalam." Sahut Min Gi
Mereka perlahan mulai memasuki lorong sempit yang penuh dengan tanah yang becek itu. Mereka masuk satu persatu, karena lorong itu hanya muat satu orang. Mereka juga berjalan sambil berpegangan tangan.
Dari ujung lorong sempit ini mereka dapat mendengar suara tawa anak-anak. Hal itu membuat mereka semakin penasaran dan terus memasuki lorong sempit itu. Namun tiba-tiba musik yang biasa mereka dengar hilang seketika dan hanya terdengar suara piano.
Mereka semakin mengeratkan pegangan tangan mereka. Min Gi yang sebenarnya di barisan paling belakang tidak sadar hal itu, dia mengira Tae Oh lah yang paling belakang, padahal nyatanya Tae Oh berada di barisan keempat. Maka dari itu dia terus menggenggam tangan orang yang di belakangnya.
"Tae, kok tanganmu dingin banget sih?" Tanya Min Gi
"Hah? Apaan?" Tanya Tae Oh bingung
"Tangan Tae Oh nggak dingin kok." Sahut Jung In
"Hooh. Tangan Tae Oh nggak dingin sama sekali." Sahut In Seok
"Tapi aku megang tangannya Tae Oh dingin banget." Sahut Min Gi
Mereka semua langsung menoleh kearah belakang dan mata mereka melotot sempurna dengan mulut terbuka. Min Gi yang melihat mereka melotot seperti itu makin di baut bingung.
"Kalian kenapa?" Tanya Min Gi
"Mi-Min Gi. Di-dibelakangmu." Tunjuk Jin Gu
Min Gi langsung menoleh ke belakang dan melihat seorang perempuan dengan rambut panjang sepinggang yang acak-acakan, gaun putih yang penuh dengan darah juga muka yang menyeramkan. Jimin juga menoleh kearah tangannya yang dia kira tangan Taehyung tapi ternyata bukan. Jimin langsung melepaskan pegangan tangannya dan mundur kebelakang.
"Ka-kabur. Ayo kita kabur!" Seru In Seok
Mereka semua langsung berlari secepatnya menyusuri lorong itu. Suara tawa seorang perempuan menggema di lorong itu bercampur dengan suara tawa anak-anak.
Ketika mereka sampai di ujung lorong, mereka melihat sebuah cahaya. Di sana mereka melihat sebuah halaman yang cukup luas dengan lampu yang menerangi tempat itu. Mereka berhenti berlari dan melihat seorang perempuan sedang memainkan sebuah piano. Perempuan itu mengenakan baju dengan motif bunga-bunga dan rok putih polos juga muka yang pucat pasih tengah tersenyum pada anak-anak kecil yang sedang main kejar-kejaran di sampingnya.
"S-siapa perempuan itu?" Tanya Joon Oh
"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya dia baik. Apa kita tanya dia aja?" Sahut Yoon Jae
"Kamu jangan gila, Yoon. Masa setan kita tanya. Mending kita tangkap aja sekalian." Sahut Jin Gu
"Aku setuju sama kak Jin Gu. Kalau kita tanya dan dia marah, kita yang dalam bahaya." Sahut Beom Gi
"Ya udah kalau begitu. Kita langsung tangkap aja hantu anak-anak kecil itu." Sahut Yoon Jae
Hwang Bin dan Daniel segera menyiapkan pistolnya. Sementara Hyun Gi memegang sebuah kamera infra merah untuk melihat keberadaan hantu anak kecilnya. Beomg Gi dan Andrew menyiapkan botol satunya untuk anak-anak kecil itu.
"Siap?" Tanya Joon Oh ke Yoon Jae
"Siap." Sahut Yoon Jae
Yoon Jae dan Jung In segera menembak lima hantu kecil yang pernah mereka lihat tempo hari. Setelah semuanya terikat, Beom Gi segera membuka tutup botolnya dan hantu anak-anak kecil itu langsung tersedot masuk. Beom Gi langsung menutup botolnya.
"Ayo kita pergi dari sini!" Seru Yoon Jae
Mereka segera berlari kembali. Namun tiba-tiba saja ada hembusan angin yang cukup kuat dan sebuah suara yang membuat mereka semua merinding.
"Lepaskan anak-anakku."
"Ayo cepetan kabur!" Seru In Seok
Mereka terus berlari. Tapi langkah mereka langsung terhenti saat melihat perempuan yang main piano tadi berdiri tepat di depan mereka dengan mata yang merah menyala tengah menatap marah pada dua belas pemuda itu.
"Lepaskan anak-anakku."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Min Gi
"Kita balik arah dan lari!" Sahut Joon Oh dan mereka langsung memutar arah dan berlari
Tapi hantu perempuan itu tiba-tiba saja sudah berada di depan mereka lagi.
"Lepaskan anak-anakku."
"Sekarang kita harus bagaimana?" Tanya Tae Oh
"Hei Jeon! Buka tutup botolnya. Aku mau keluar!" Teriak Hyuna dari dalam botol
Jung In langsung membuka tutup botolnya dan menutupnya kembali. Kini Hyuna sudah berdiri di depan.
"Tolong jangan marah sama mereka."
"Tapi mereka sudah menculik anak-anakku."
"Kita tidak menculik anak-anak anda. Kita hanya mau membawa mereka bermain bersama kami. Maaf jika cara mengajak kami bermain dengan anak-anak anda kurang tepat. Tolong jangan marah."
Hantu perempuan itu langsung menyerang Hyuna hingga membuatnya jatuh kebelakang.
"Lepaskan anak-anakku!"
Mata Hyuna berubah menjadi merah. Hyuna yang semula mengenakan baju kaos warna biru dengan lengan pendek dan juga mengenakan celana panjang warna putih berubah menjadi hantu yang mengenakan gaun putih panjang juga rambut yang panjang sebahu dan kuku-kukunya juga memanjang.
Hyuna menatap hantu itu dari atas. "Saya sudah berbicara baik-baik dengan anda. Tapi anda malah menyerang saya. Saya juga yakin kalau mereka bukan anak-anak anda." Ucapnya
Hantu perempuan itu kembali menyerang Hyuna tapi dengan cepat Hyuna menghindar dan menyerang balik hantu perempuan itu. Perkelahian antara Hyuna dan hantu perempuan itu terjadi. Hyuna sudah berulang kali terjatuh akibat serangan hantu perempuan itu.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Yoon Jae
Hyuna tersenyum. "Apa kamu tidak takut melihatku dalam wujud seperti ini?" Tanyanya
"Ngapain aku takut. Dalam wujud apapun juga kamu tetep menyeramkan." Sahutnya cuek
Hyuna langsung cemberut mendengarnya. "Kamu jahat sama aku pangeran hiks." Ucapnya dengan wajah yang di buat sedih
"Aku tidak peduli." Sahut Yoon Jae datar
"Aku tanya sekali lagi, kamu baik-baik saja, kan?" Tanya Yoon Jae
"Aku baik-baik aja. Mendingan kamu dan yang lainnya segera tinggalkan tempat ini. Cepat! Sebelum terjadi sesuatu sama kalian semua!" Perintah Hyuna
"Tapi gimana dengan kak Hyuna?" Tanya Beom Gi
"Kamu tenang saja, aku pasti akan baik-baik saja. Cepat kalian pergi!" Ucapnya lagi
"Kamu harus balik dengan keadaan baik-baik aja. Kita pergi dulu." Sahut Jung In
Hyuna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mereka semua langsung memutar arah dan berlari secepat mungkin. Hyuna langsung bangun dan kembali menyerang hantu perempuan itu.
Sementara dua belas pemuda itu masih terus berlari. Tapi seakan tak berujung, mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti sebentar.
"Ini kita kok nggak sampai-sampai yah?" Tanya Joon Oh
"Hooh. Seharusnya kita sudah sampai sejak tadi." Sahut Jin Gu
Tiba-tiba saja mereka mendengar sebuah suara.
"Kalian sudah memasuki lorong terlarang ini, maka selamanya kalian tidak akan pernah bisa kembali."
Mendengar ucapan itu, langsung membuat mereka ketakutan dan saling berpegangan tangan.
*****
"Kamu yakin melihat mereka memasuki lorong ini?"
"Aku yakin."
"Darimana kamu tahu mereka masuk ke dalam lorong ini?"
"Aku mengikuti mereka."
"Ngapain kamu ngikutin mereka?"
"Karena aku penasaran, ngapain mereka malem-malem memasuki gang sempit dan berakhir di sekolah Kyunghee Junior High School. Jadi aku mengikuti mereka sampai ke sini."
"Terus apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Ya selametin mereka lah! Kok kamu bodoh banget sih jadi orang!"
"Ya nggak usah marah-marah juga kali. Sakit nih telingaku mendengar kamu berteriak."
"Bodo amat."
"Udah. Jangan berantem dulu. Mendingan kita mikir gimana caranya membuat mereka keluar dari lorong gaib ini."
"Lorong gaib?"
"Iya. Mereka memasuki lorong gaib. Lorong yang menghubungkan antara dunia manusia dan dunia gaib. Konon, siapapun yang berani memasuki lorong gaib ini tidak akan pernah bisa keluar. Maka dari itu di sini diberi peringatan agar tidak ada seseorang pun yang masuk ke dalam."
"Mereka bodoh apa gimana sih. Udah tahu ada peringatan, malah main masuk aja. Kalau seperti ini kan barabe urusannya."
"Dari pada kalian banyak bicara. Mending kalian bantuin aku mikir, gimana caranya mengeluarkan mereka dari lorong gaib ini."
Mereka semua terdiam. Mereka tengah memikirkan cara untuk mengeluarkan teman-teman mereka dari lorong gaib ini. Karena jika tidak segera dikeluarkan mereka akan menghilang.
bersambung...