"Dia yang kau pikir pusat bahagiamu, justru berbalik menjadi pusat kesakitanmu."
"Berhenti, Al!"
Akal sehat Lisa seakan kembali, saat Alvaro mencoba membuka kancing bajunya. Alvaro yang sudah berada pada puncak gairahnya pun berhenti.
Lalu di tatapnya wajah sendu Lisa, yang justru membuat kejantanannya menjadi menggeliat di bawah sana. Dengan rakus, Alvaro kembali mencium bibir Lisa. Melumatnya hingga membuat Lisa akhirnya mengikuti hasrat Alvaro.
Lisa pun akhirnya menyerah pada gejolaknya sendiri, dia benar-benar sudah di mabuk asmara. Meskipun dia sadar, dia sudah melanggar janji pada kedua orang tuanya untuk menjaga diri.
****
Alvaro masih saja melumat bibir Lisa, lalu tangannya mulai membuka kancing baju Lisa dengan kasar. Setelah kancing itu terbuka, terpampanglah keranuman Lisa di depan matanya. Membuatnya bertambah menelan ludah.
Tanpa menunggu lama, di cecapnya keranuman itu, membuat Lisa mendesah dan menggeliat.
"Al....." Lirih Lisa yang membuat Alvaro semakin liar.
Kini baju Lisa sudah ditanggalkannya, tubuh polos tanpa sehelai benang di depannya seakan mengundang Alvaro untuk segera menuntaskan hasratnya.
Sekarang Alvaro juga menanggalkan seluruh pakaiannya, dan langsung menindih tubuh kecil Lisa yang duduk di sofa. Leher Lisa tak luput dari keliaran Alvaro, meninggalkan bekas merah di sana.
Setelah puas mengerjai leher dan dada Lisa, Alvaro langsung membopong tubuh Lisa dan membawanya ke ranjang.
*****
Bibir dan lidah Alvaro seakan tak berhenti mencium setiap inci tubuh Lisa , sampai lidah itu berhenti di titik kenikmatan Lisa.
Di sapunya titik sensitif itu dengan lidahnya, membuat Lisa menjerit tertahan. Jeritan tertahan Lisa yang seakan menjadi penyemangat untuk Alvaro dalam menapaki gejolak bersama.
Sampai di titik, badan Lisa menegang. Tangannya mencengkram seprei dan mulutnya meracau tidak jelas. Alvaro tahu, Lisa akan mencampai puncaknya.
*****
Setelah Lisa mencapai puncaknya, Alvaro dengan tidak sabar langsung kembali memagut bibir Lisa dan memposisikan dirinya di atas tubuh gadisnya.
"Sakitt ... Al" isak Lisa.
"Tenang sayang, sebentar lagi akan nikmat," balas Alvaro sembari mencecap puncuk keranuman Lisa .
Sampai akhirnya kesucian Lisa terenggut, diiringi oleh pekikan tertahan darinya.
Alvaro tahu, ini pengalaman pertama Lisa jadi dia akan melakukannya dengan hati-hati.
Sedangkan Lisa, setelah beberapa menit. Perih yang dia rasakan tadi kini berubah jadi rasa nikmat yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Alvaro berusaha menahan gejolak yang benar-benar menguasainya, dia sengaja menahan diri untuk tidak bermain terlalu keras. Meskipun dalam hatinya tidak sabar.
Namun, Alvaro juga tidak ingin cepat-cepat mengakhiri kenikmatan bersama Lisa. Meskipun sekarang rasanya dia hampir meledak.
Setelah beberapa menit lamanya, dengan satu hentakan, Alvaro mengakhirinya dengan klimaks yang diiringi oleh lenguhan mereke berdua.
****
Setelah selesai, Alvaro tidak langsung melepaskan miliknya dari Lisa. Dia masih menikmati denyutan yang ada di sana. Sampai akhirnya miliknya terlepas dengan sendirinya.
Lalu Alvaro pun beranjak ke kamar mandi, untuk membersihkan diri. Setelah Alvaro keluar, giliran Lisa.
Sesaat Alvaro melihat seprai yang terdapat noda merah. Membuktikan bahwa Lisa masih suci. Entah kenapa di hati Alvaro muncul rasa iba.
Sedangkan Lisa, setelah membersihkan diri. Memilih untuk duduk di closet. Dia terisak mengingat kedua orang tuanya yang sudah percaya padanya untuk menjaga diri.
"Maafkan, Lisa. Bu," isak Shanum lirih.
Rasa menyesal mulai menjalari hati Lisa. Wajah kedua orang tuanya berkelebat dalam pikirannya. Membuatnya kembali terisak.
"Lisa, kamu baik-baik saja kan?" Suara Alvaro membuyarkan kesedihan Lisa.
Lalu Lisa pun membuka pintu kamar mandi perlahan setelah dia sudah selesai membersihkan diri.
Sebenarnya Lisa masih merasakan perih dibawah sana, tapi dia mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
Didepan pintu kamar mandi terlihat Alvaro masih memakai handuk putih, sama seperti dirinya. Sedangkan Alvaro, justru merasa bergejolak lagi melihat Lisa yang hanya memakai handuk.
Ditariknya Lisa ke dalam kamar mandi, dan di bawah guyuran shower mereka kembali menapaki gejolak berdua.
Entah berapa kali Lisa mencapai puncak dan berapa kali juga Alvaro klimaks. Malam itu mereka melakukannya berkali-kali hingga matahari hampir menyingsing.
*****
Semenjak kejadian di apartemen, hubungan Lisa dan Alvaro berubah menjadi hubungan romantis. Meskipun Alvaro melarang Lisa untuk memberi tahu siapapun dengan alasan privasi.
Akan tetapi selama ini Alvaro, memperlakukannya dengan baik. Mereka pun seperti pengantin baru.
Dimana pun dan kapanpun Alvaro menginginkan Lisa, mereka selalu melakukannya. Bahkan mereka pernah melakukannya di dalam mobil saat mobil Alvaro parkir di basement apartemennya.
Bagi Lisa, Alvaro adalah laki-laki yang mencintainya tapi bagi Alvaro, Lisa hanyalah pelampiasan hasratnya.
Meskipun banyak wanita yang rela tidur dengannya dan sudah banyak yang dia tiduri. Tapi bagi Alvaro, Lisa berbeda. Rasa Lisa membuatnya lupa untuk memakai pengaman.
*****
"Muka kamu pucet banget, Sa," ujar Kiki saat mereka sedang berada di kantin kampus.
"Iya, Ki. Sudah beberapa hari ini aku mual dan badan rasanya nggak enak," balas Lisa.
"Yaudah, kamu periksa aja, Lis. Takutnya kenapa-kenapa kan?"
"Iya, Ki. Nanti aku coba periksa ke dokter."
Sebenarnya Lisa takut untuk ke dokter, takut jika yang sedang dia alamai karena kehamilan. Karena dia sudah mencari tahu tentang ciri-ciri kehamilan awal. Dan semua yang dia rasakan sekarang masuk ke dalam ciri-cirinya. Akhirnya Lisa memutuskan untuk coba bicara pada Alvaro tengang kekuatirannya.
****
Seperti biasa, Alvaro langsung menerkam tubuh Lisa dengan rakus. Padahal baru beberapa hari lalu dia bergumul dengan Lisa.
"Al, berhenti! Aku mau ngomong," pinta Lisa yang baju atasnya sudah berantakan.
"Ngomong apa Babe?" tanya Alvaro sembari mengecupi leher jenjang Lisa.
"Sepertinya aku hamil."
Ucapan Lisa otomatis membuat Alvaro berhenti dari aktifitasnya, lalu ditatapnya wajah Lisa.
"Sudah tes?" tanya Alvaro serius.
"Belum, tapi aku merasakan ciri-ciri hamil yang aku baca di internet," jawab Lisa polos.
"Ya Ampun, kamu cuma masuk angin. Karena kamu jarang pakai baju sekarang" balas Alvaro sambil terkekeh.
Tanpa menunggu jawaban Lisa, Alvaro kembali melanjutkan kegiatannya. Dia merasa tidak pernah merasa puas mencicipi keranuman Lisa.
*****
Lisa pulang ke kosannya sendiri, sebenarnya Alvaro mau mengantar, tapi dia menolaknya karena dia ingin mampir ke apotek untuk membeli tespek.
Sebenarnya Lisa malu harus membeli alat tes kehamilan. Tapi karena niatnya sudah bulat, Lisa memberanikan diri untuk menanyakan pada pegawai apotek tentang merk tespek yang bagus.
Lisa bukan hanya membeli satu merk tapi tiga merk sekaligus.
Setelah membelinya dengan malu-malu, Lisa pun kembali ke kosan dan langsung masuk ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kosnya.
Dibacanya petunjuk pemakaian karena ini kali pertama Lisa mencoba alat seperti itu. Setelah mengikuti intruksi, Lisa melihat hasil dari tes itu.
Di sana terlihat jelas,dua garis merah tegas. Membuktikan bahwa dia benar benar positif hamil.
*****