Chereads / Lisa's Secret / Chapter 4 - Kehidupan Baru

Chapter 4 - Kehidupan Baru

"Terkadang kado terindah datang dari sebuah kesakitan yang menjalar dalam"

"BELLA ....!!"

Suara pekikan seorang wanita paruh baya membuat Lisa yang sedang menyiapkan sarapan terlonjak kaget.

"Mama, tolongin Bella. Eyang mau marahin Bella."

Belum juga kekagetan Lisa menghilang, seorang gadis kecil menghampirinya dan langsung memeluk pinggangnya erat.

Lalu dengan lembut Lisa melepaskan pelukan gadis kecil itu dan duduk bersimpuh agar sejajar dengan gadis kecil di depannya.

"Bella nakal, ya? Makanya Eyang mau marahin Bella?" tanya Lisa lembut.

"Enggak kok,"balas gadis kecil itu dengan senyum lucu.

"Sa, ini loh bunganya Ibu di petik anakmu. Padahal baru mekar." ucap Ibu Lisa sambil membawa bunga mawar di tangannya.

"Tuh kan, Bella nakal. Sana minta maaf ke Eyang !" Perintah Lhanum pada gadis kecil yang ternyata adalah anaknya.

Bella pun menghampiri eyangnya yang sedang berdiri di sebelah meja makan.

"Eyang, maafin Bella, ya," ucap Bella dengan wajah memelas.

Eyangnya pun langsung mencubit lembut pipi gembul Bella dan langsung memeluknya.

Melihat itu Lisa hanya tersenyum dan melanjutkan aktifitasnya menyiapkan sarapan.

*****

Lisa berlari setelah turun dari mobil. Hari ini salah satu klien terbesar dari bosnya akan datang ke perusahaan untuk membicarakan tentang pembangunan mall di kawasan Kelapa Gading.

Dikarenakan Lisa adalah sekretaris pribadi sang CEO, jadi dialah yang mengatur schedulenya. Tidak lucu jika dia yang mengatur justru terlambat dalam rapat penting itu.

"Selamat pagi Mbak Lisa," sapTono satpam kantor yang memang ramah.

Lisa hanya membalasnya dengan senyuman dan melanjutkan langkahnya menuju ruang rapat.

*****

Lisa terlihat lega saat melihat rapat belum di mulai. Jadi dia bisa rilex sembari menunggu Pak Dion, bosnya datang.

Setelah hampir setengah jam, semua orang yang dilibatkan dalam rapat sudah hadir kecuali klien bosnya.

"Sa, Pak Johan kok belum datang, ya? Kamu ngatur jadwalnya bener kan?" tanya Pak Dion dengan nada tidak sabar.

"Bener kok, Pak. Saya akan coba menelfon pihak klien dulu, Pak," balas Lisa tidak enak.

Lisa meminta izin keluar untuk menghubungi pihak klien. Ternyata Pak Johan berhalangan hadir dan digantikan dengan anaknya.

Lisa pun langsung ingin memberitahukan pada Pak Dion, tapi ruang rapat sudah tertutup. Tidak enak rasanya jika Lisa masuk dan menganggu jalannya rapat.

"Sepertinya anak Pak Johan sudah datang," batin Lisa.

*****

Setelah rapat selesai, Lisa masih menunggu di depan ruangan. Tampak seorang laki-laki bertubuh tinggi keluar dari ruang rapat.

Lisa tidak bisa melihatnya karena laki-laki itu jalan dengan menunduk melihat jam tangannya.

Setelah laki-laki itu keluar, Pak Dion pun keluar ruangan dengan wajah sumringah. Sepertinya rapatnya berhasil.

Namun hari ini ada kehebohan di kantor. Para karyawan wanita bergosip ria tentang ketampanan anak Pak Johan.

"Sumpah mukanya ngingetin gue sama Edward Cullen. Dingin tapi mempesona," ucap Elena, teman dekat Lisa di kantor.

Bukan hanya Elena, bahkan penjual di katin kantor menggosipi ketampanan anak pak Johan.

"Memangnya setampan itu, El? Sampai kamu halu begitu?" tanya Lisa sembari menyesap kopinya.

"Lo emang nggak liat, Sa? Kan lo rapat sama Pak Dion tadi."

"Aku nggak masuk karna terlambat" balas Lisa seadanya.

"Lo nglewatin moment berharga buat ketemu pangeran tampan," ungkap Elena semakin halu.

Melihat sahabatnya yang sepertinya tergila-gila pada klien bosnya itu membuat Lisa hanya senyum-senyum.

Dulu dia juga seperti itu saat melihat laki-laki jahat dan kurang ajar di masa lalunya. Laki-laki yang mati-matian ingin dia lupakan dan buang dalam hidupnya.

Mengingat laki-laki itu membuat mood Lisa menjadi jelek.

*****

Lisa duduk diam di depan monitor, memikirkan hal yang harusnya dia lupakan. Tapi hal kecil saja mampu membuatnya mengingat kejadian tujuh tahun lalu.

Saat dia datang pada Alvaro untuk meminta pertanggung jawabannya tapi yang dia lakukan justru membuat Lisa sakit hati.

Lalu bayangan saat Lisa pulang ke kampung untuk memberi tahu kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya sangat marah saat itu.

"Masa depanmu masih panjang, gugurkan saja janin itu! Lagi pula apa kata tetangga nanti jika tahu kamu hamil tanpa suami?!!" Ayah Lisa berkata tanpa melihat wajahnya.

"Tidak! Anak ini tidak salah, Yah. Lisa tidak mau menggugurkannya. Anak ini berhak hidup!!"

"Jika kamu memepertahankan bayi itu, mau kamu kasih makan apa dia nanti?!"

"Lisa akan bekerja keras dan akan membesarkan anak ini tanpa bantuan siapapun!!" balas Lisa keras.

Untuk pertama kalinya selama hidupnya Lisa, gadis yang terkenal sopan dan manis itu berkata dengan nada tinggi pada kedua orang tuanya.

"Jika kamu mempertahankan anak haram itu lebih baik kamu pergi dari rumah ini!!!" Bentak ayahnya kala itu.

Tanpa berkata lagi, tanpa memikirkan hal lain selain bayi yang ada dikandungannya. Lisa melangkah pergi.

Selama satu minggu Lisa hidup di kos yang dia sewa dengan uang sisa di tabungannya. Seminggu penuh air mata, karena setiap hari Lisa menangis meratapi nasibnya yang harus bertahan hidup sendirian tanpa seorang pun yang bisa dia ajak bercerita.

Akan tetapi, bayi yang ada dikandungannya membuatnya bertahan. Bahkan dengan ijazah SMA nya, Lisa mendaftar menjadi pelayan toko baju.

Namun, setelah satu minggu, ibu Lisa datang menjemput putrinya, karena apapun yang terjadi, Lisa tetaplah anaknya.

*****

Nakun kini, Kisa merasa bahagia karena seputusannya untuk mempertahankan bayinya adalah keputusan terbaik. Karena bayi perempuan yang lahir dari rahimnya kini tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat manis.

Bella, salah satu anugerah paling luar biasa yang Tuhan berikan padanya meskipun untuk mendapatkan itu, Lisa harus melalui banyak penderitaan.

Setelah melahirkan, Lisa memilih melanjutkan kuliahnya. Ayah dan ibunya juga sayang sekali pada Bella bahkan mereka lebih memanjakan putrinya itu dibanding dirinya. Tapi sampai sekarang Lisa tetap merahasiakan siapa ayah kandung Bella.

Lisa dulu mengaku pada kedua orangtuanya bahwa dia hamil karena mendatangi pesta ulang tahun temannya, perkenalan dengan laki-laki yang menjadi ayah Bella hanyalah one night stand. Lisa juga berkata bahwa dia bahkan lupa pada wajah laki-laki itu.

Awalnya pengakuan Lisa membuat orang tuanya semakin shok, bagaimana mungkin putri yang dididik dengan amat sangat baik dan rutin diajak misa ke gereja bisa berperilaku seperti itu?

Akan tetapi itu hanyalah masa lalu, terlebih sejak kematian ayahnya setahun lalu. Lisa bertekad untuk memberikan hidup yang lebih baik untuk Bella dan ibunya.

Dia akan berusaha untuk melupakan Alvaro dan masa lalunya yang pahit, lebih baik memikirkan masa depan untuk keluarga kecilnya.

Lisa tidak akan membiarkan Bella merasakan kerasnya hidup seperti yang pernah dia alami. Dia akan membahagiakan putri semata wayangnya itu dengan penuh kasih meskipun tidak ada seorang laki-laki yang mendampinginya.

******