Chereads / KYRA : THE BEGINNING / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Ruang Putih. Begitulah penyebutan untuk tempat yang digunakan keluarga Sein selama sepuluh tahun terakhir ini. Sesuai dengan namanya, ruangan ini di dominasi dengan dinding berwarna putih yang kedap suara, perabotan seperti kursi yang di bagian kepalanya terdapat sebuah mesin yang difungsikan untuk pencucian otak yang selalu keluarga Sein lakukan untuk mendapatkan informasi dari semua musuhnya.

Namun untuk kali ini beda tujuan dari fungsi yang biasa mereka lakukan. Hari ini ruangan itu dikhususkan untuk Kyra seorang. Itu perintah Cedrick Sein, pria yang menculik Kyra dari kediaman Ronan.

"Nona harus duduk manis diatas kursi ini."

Pria tua yang diketahui sebagai penanggung dalam ruang putih menggangkat Kyra duduk. Kursi yang dilengkapi mesin canggih itu hanya ada satu di dalam ruangan ini. Dan Kyra dipaksa untuk duduk di atasnya.

"Nona dapat menarik napas perlahan dan memejamkan mata Anda," katanya pada Kyra.

Pria tua itu sibuk mengikat tangan dan kaki Kyra di sisi yang tersedia di kursi. Mendekatkan mesin berbentuk setengah lingkaran ke bagian kepala Kyra. Tampak anak itu masih berusaha meronta dengan tenaga kecilnya.

Sesaat kemudian, pria tua itu munduk dan berdiri di balik meja yang berada di sebelah kanan Kyra. Menekan berbagai tombol untuk mengaktifkan mesin yang ada di kursi tempat Kyra duduk. Bunyi aneh masuk ke dalam telingan anak kecil itu.

Seketika Kyra terdiam selagi mesin mengerjakan fungsinya. Matanya menjadi tampak kosong menatap ke depan.

"Nona, saat ini dengarkan perkataan saya," ucap pria tua itu santai.

"Pertama, saya akan mengenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya Peter, mulai saat ini hingga seterusnya yang akan menjadi penanggung jawab Anda di ruang putih ini."

Kyra masih terdiam mendengarkan Peter. Kemudian Peter melanjutkan, "Anggukkan kepala Andasetiap kali saya bertanya dan memberikan informasi lainnya. Apakah Anda menngerti?".

Kyra menganggukkan kepalanya pelan masih dengan tatapan kosong ke arah depan.

"Baiklah, saya mulai dalam hitungan satu … dua … tiga. Siapa nama anda?" Peter memulai pencucian otak setelah menjentikkan dua jari di depan mata Kyra.

"Kyra. Kyra Ronan," jawabnya.

"Berapa usia Anda?"

"Lima tahun,"

"Siapa nama ayah dan ibu Anda?" lanjut peter.

"Ayahku Ronan dan Ibuku Arin,"

"Apakah Anda punya saudara kandung?" tanya Peter.

Kyra menganggukkan kepala pelan.

"Siapa mereka?"

"Kakakku Remo, Rey dan Rie," jawab Kyra.

"Baiklah. Mulai pada hitungan ketiga semua orang yang Anda sebutkan tadi harus Anda lupakan, satu … dua … tiga."

Clap!

Jentikkan jari peter di depan mata Kyra, sesaat Kyra terdiam membisu.

"Saya bertanya sekali lagi. Apakah Anda ingat nama ayah dan ibu Anda sebelumnya?" tanya Peter.

Kyra diam tak menjawab. "Gelengkan kepala jika Anda tidak ingat," ujar peter melanjutkan.

Kyra menggelengkan kepala pelant Anda pencucian otak berjalan lancar.

"Dan apakah Anda punya tiga saudara kandung seperti sebelumnya?"

Jawaban yang sama dikeluarkan Kyra dengan menggelengkan kepalanya.

Kemudian peter menekan sebuah tombol berwana hijau di sudut meja tempat dia berdiri.

Bip! Bunyi yang keluar saat tombol di tekan.

"Kita mulai kembali nona. Apa yang saya katakan setelah ini adalah kenyataan yang sesungguhnya. Dan Anda harus menganggukkan kepala dan menyebutkan apa yang saya katakan."

Kyra mengangguk sesuai perkataan Peter. Lalu peter berjalan tepat disamping Kyra duduk.

"Nama Anda adalah Fury Sein. Anda adalah satu-satunya nona di keluarga Sein. Anda memiliki ayah dan ibu bernama Cedrick Sein dan Roana Mill. Dan Anda punya satu kakak laki-laki yang usianya tiga belas tahun bernama Cester Sein. Andamemiliki sifat tertutup namun selalu mengikuti perkataan ayah anda, Cedrick Sein. Semua yang diperintahkan kepada Anda nantinya akan menjadi mutlak dilakukan oleh anda. Jika Anda mengerti angukkan kepala anda."

Peter melangkah pelan memutari Kyra sembari mengatakan hal-hal yang telah diperintahkan oleh tuannya kepadanya. Kyra menganggukkan kepalanya.

"Baik, ulangi garis besar yang telah saya katakan sebelumnya."

"Aku Fury. Fury Sein. Ayahku Cedrick dan ibuku Roana. Kakakku Cester dan aku nona satu-satunya keluarga Sein. Semua perkataan ayah akan menjadi mutlak untukku."

Kyra mengulangi perkataan peter masih dengan tatapan kosongnya. Peter yang memutari Kyra berhenti tepat didepan anak kecil itu. Dia membisikkan sesuatu ditelinga Kyra.

"Ingatan ini hanya akan bertahan hingga kamu berusia dua puluh satu tahun. Jika berhasil, maka kamu akan mengingat semua kenangan masa lalu mu." Peter membisikkan kata-kata yang tidak pernah diperintahkan tuannya kepadanya.

Tujuan pria tua itu memberi tambahan penanaman ingatan semata-mata hanya merasa kasihan terhadap anak kecil yang pastinya akan menyesali perbuatannya setelah mengingat keluarga masa lalunya.

Pria tua yang baik. Namun siapa sangka, di dalam ruang putih, sudah di pasang kamera tersembunyi.

Semua kegiatan dan aktifitas yang dilakukan Peter terekam jelas, kota suara yang mengeluarkan suara dari dalam ruang putih terdengar jelas di telinga Cedric Sein.

Seringai panjang tertaup dibibir pria tersebut.

Berani-beraninya kau merencanakan pemberontakan, batin Cedric bersedekap.

"Carmen!" panggil Cedric. Tampak Carmen masuk dengan beberapa berkas ditangannya.

"Ada apa, Tuan?" tanya Carmen bingung sambil membenarkan ganggang kacamatanya.

"Bunuh Peter. Dia sudah menanamkan pengaruh lain dalam pencucian otak Fury." Carmen terkejut melihat rekaman cctv dari ruang putih.

"Segera saya laksanakan, Tuan. Tapi bagaimana selanjutnya, apakah saya perlu mencari psikiater pengganti Peter nantinya, Tuan?" tanya Carmen.

"Hmm ... tidak usah. Biarkan anak itu. Aku juga penasaran. Apakah dia akan mampu mengingat keluarga aslinya bahkan setelah aku memberikan beberapa misi berdarah untuknya nanti." Cedric bersedekap menutup matanya, mendongakkan tengkuk di penyandar kursi kerjanya.

"Sesuai perintah Anda, Tuan." Carmen beranjak keluar ruangan.

***

Brakk!

Pintu ruang putih terbuka paksa oleh beberapa pengawal yang di bawa Carmen.

"Tangkap dia dan bunuh." Pengawal sigap menangkap buruannya.

"Tuan, ada apa ini! Saya tidak bersalah, Tuan!" Peter meronta minta dilepaskan.

Carmen berjalan pelan ke depan mendorong wajahnya berhadapan langsung dengan wajah tua Peter.

"Semua yang kau katakan sudah terekam jelas di balik kamera itu," Carmen menunjuk ke arah kamera tersembunyi berada di balik sisi AC ruangan.

Peter dengan bodohnya menampakkan raut wajah pucat pasi.

"Tuan, maafkan saya. Itu hanya tindakan rasa kasihan saya pada anak ini, Tuan." Peter memohon minta diselamatkan.

"Tuan besar telah menurunkan perintah. Titahnya adalah mutlak. Kau berani melakukan hal yang tidak di suruh oleh Tuan besar. Itu menunjukkan sikap kurang ajar dan akan menjadi bibit pemberontakan dalam keluarga Sein di masa depan," ucap Carmen lantang agar semua orang di sana mendengarkan juga.

"Cepat bawa dia ke ruang bawah tanah. Siksa dia sampai mati." Pengawal dengan tegap menyeret Peter yang meronta-ronta ampunan dari Carmen.