Fury melajukan mobilnya ke sebuah area parkir mall. Target hari ini ada kegiatan sosial di salah satu stan dalam mall ini.
Biar diceritakan sekilas tentang target kali ini. Namanya Tobby Bolan, seorang pengusaha berlian dan terkenal di industri batu permata. Dia menjadi pengusaha yang merupakan kedok lain. Karena aslinya dia adalah mafia gelap yang sengaja mengambil kesempatan menguras tenaga pekerja. Kejadian yang membuatnya menjadi target keluarga Sein adalah karna di salah satu negara X dia mempekerjakan tenaga manusia dengan tidak berperikemanusiaan.
Pekerja yang diambilnya adalah penduduk sekitar. Dan orang-orang dari Tobby Bolan memerintahkan untuk mempekerjakan baik itu pria muda hingga pria renta untuk memasok batu permata di pertambangan dan hanya memberi makan satu kali dengan jam kerja hingga delapan belas jam kerja. Lebih brengseknya lagi, mereka mempekerjakan perempuan. Ya. Kebengisan Tobby Bolan ditutup rapat hingga salah seorang suruhan ayahnya menyelidiki tentang pertambangan pria tua itu.
Ayahnya sangat marah mengetahui hal itu dan menyuruh orang-orangnya untuk mengusut tuntas daerah tersebut. Namun dari laporan terakhir, salah seorang pekerja memberi petunjuk baru dengan menyebutkan ada batu permata langka yang didapat di pertambangan. Nilai batu permata itu sangat fantastis dan Tobby Bolan memanfaatkan celah itu untuk memasuki dunia bawah pasar gelap.
Mereka mengusut tuntas kemana batu itu dikirim dan sampai pada titik bahwa batu itu akan dilelangkan di pelelangan rahasia. Yang mana sumber rumah lelang ini adalah orang dari tujuh keluarga.
Sampai di sini ceritanya. Dari arah barat tempat Fury berdiri tampak pria tua itu berjalan dengan tongkatnya gagah dengan setelan jas berwarna coklat di kawal oleh para body guard dan pengawal rahasia. Ya, karena ditempatnya berdiri Fury mampu melihat mana saja pengawal rahasia Tobby Bolan. Mereka memakai pakaian serba hitam dengan pistol dibalik kaos hitam mereka. Memegang satu alat ditelinga mereka yang pastinya itu adalah headchip untuk menyambungkan suara antar anggota.
Tanpa banyak kata Fury bergegas ke area tangga darurat untuk turun ke lantai yang sama dengan target. Lalu menyelipkan sebuah peledak skala kecil di salah satu tempat sampah.
Satu … dua … tiga …
Duar!
Ledakan kecil itu tepat meledak setengah meter dari rombongan Tobby Bolan. Fury menyusup ke dalam keramaian yang hiruk pikuk dengan insiden tersebut. Sontak orang-orangnya melindungi sang empu namun karena shock para pengunjung saling bertubrukan membuat para pengawal kewalahan. Pengawal rahasia bergegas turun dengan menggunakan eskalator namun sama juga dengan lantai bawah, orang-orang dari lantai atas juga berbondong-bondong turun. Salah satunya turun berdesakan melalui eskalator.
Fury menyusup ke arah berlawanan pintu masuk menuju target berdiri. Melewati lingkaran pengawal Tobby Bolan dan mengarahkan senjata api dari balik jaketnya secara sembunyi-sembunyi.
"Hai, salam kenal," ucap Fury ke arah Tobby. Dan Tobby terlihat bingung tak menjawab.
Clipp!
Melepaskan tembakan dengan peredam dimoncong magnum revolvernya. Suaranya tidak terdengar kencang. Jadi tidak ada yang menyadari gadis itu menembak.
Fury langsung meringsut kembali dalam keramaian pengunjung yang berdesakkan keluar.
Dilihatnya Tobby Bolan tumbang dan para pengawal beserta pengawal rahasianya berlari ke arah tumbangnya Tobby. Senyum licik tersungging dibibir Fury. Dan pergi dari tempat itu.
***
Setelah Tobby Bolan diamankan ke rumah sakit elit. Dengan ruangan yang mewah, Tobby Bolan terbaring lemah. Selang infus nya masih menurunkan cairan dari tabung.
Fury masuk ke dalam ruangan tersebut. Mengendap-endap dan melihat sekeliling Tobby Bolan. Pria itu belum menyadari kehadiran pemangsa di sekitarnya.
Terlihat jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Fury melempar bolongnya ke atas sofa empuk.
Bagaimana bisa rumah sakit ini memiliki kursi empuk seperti ini, pikir Fury.
"Ekmm ...." Tobby Bolan mulai mengerjap.
"Lama sekali kau bangun," ucap Fury bersedekap santai di sofa melihat tajam ke arah Tobby.
Tampak sang empu yang dilirik tajam merasakan hawa mencekam. Raut wajahnya tampak menegang. Dengan tenang dia coba menarik badannya untuk berbaring setengah duduk.
"Siapa kau?" tanya Tobby santai. Ini bukan kali pertama dan selalu menjadi makanan sehari-hari pria tua itu. Resiko menjadi bagian dari dunia gelap adalah menerima tamu tak diundang setiap saat.
"Aku orang yang mengirim mu kesini." Fury menjawab dengan tenang juga.
"Lalu apa mau mu?" tanya pria itu.
"Berikan aku permata luxxy yang akan kau lelangkan," jawab Fury tanpa basa basi.
"Kau pikir aku akan memberikannya semudah itu?" remeh Tobby Bolan.
"Baiklah, jika tidak dapat kau berikan. Aku mau otoritas penuh untuk masuk ke pelelangan tersebut." Fury memberi negosiasi.
"Apa yang aku dapat dari permintaanmu, anak muda?" tanya santai pria tua itu di ikuti kekehan ringannya meremehkan.
"Kau tidak dapat apa-apa. Negosiasi ini mau tidak mau kau harus menyetujuinya. Atau tidak berikan saja permata itu," Fury berkata cukup lantang.
"Jika aku tetap tidak mau memberikannya, memang kau mau apa, anak muda?" Tobby mulai meremehkan Fury.
Fury berdiri dari sikap maskulinnya tadi. Beranjak ke samping Tobby Bolan dan duduk di ujung ranjang pria tua itu. Mengeluarkan kertas berisi nomor loker.
"Aku hanya ingin kau memberi permata itu saja. Ada tujuan untuk apa aku menginginkannya. Tapi itu tidak berhubungan denganmu, tenang saja," Fury masih mode negosiasi satu pihak.
"Oh ya, cucu pertama mu yang masih balita itu lumayan cantik ya. Jika aku menekan tombol telepon ini, sayang sekali dia hanya dapat hidup diusia balita," ucap Fury mulai menekan.
"Beraninya kau!" Tobby mulai murka.
"Ssstttt, Jangan berisik. Sebentar, aku akan suruh orangku untuk memotret cucumu," ucap Fury terkekeh.
Rahang Tobby Bolan mulai mengeras.
"Jangan coba-coba bermain dengan orang dewasa, Nak," kata Tobby memperingatkan.
"Harusnya, jangan meremehkan anak muda, pak tua," sanggah Fury dingin.
Fury melemparkan sebuah android berisikan potret cucunya yang sedang bermain riang di dalam rumah singgah keluarga.
"Jika kau berani, aku akan membunuhmu," ancam Tobby.
"Hah, jangan main-main denganku pak tua," Fury menekan tombol di tangan kirinya.
Tobby masih tenang melihat anak muda didepannya menekan tombol. Rasa khawatir ada di dalam pikirkan nya. Namun tetap ditutupi pria tua itu.
"Nah, ini potret terbaru cucumu." Tobby meraih ponsel tersebut melihat gambar yang masuk ke dalam layar ponsel tersebut.
Tangannya bergetar hebat, amarah pria itu membuncah, iris matanya bergetar melihat Fury dengan santai nya mengayunkan kaki.
"Besok pagi, aku tunggu pukul sepuluh. Letak permata itu dalam loker yang aku tulis di kertas tadi. Jika tidak, aku akan menghabisi semua keturunanmu besok. Aku telah memasukkan orang-orang ku dalam keluargamu, jadi jangan bermain denganku."
Fury beranjak dari sisi tempat tidur Tobby Bolan. Dan keluar dari pintu masuk kamar tersebut.
Kurang ajar! Siapa dia sampai punya kekuasaan besar seperti itu. Intimidasinya membuatku bergidik ngeri, batin Tobby.