Chereads / BUKU SIHIR SANG RAJA ELF / Chapter 12 - Lembah Gigi Gergaji

Chapter 12 - Lembah Gigi Gergaji

Keenam pria itu telah melanjutkan perjalanan mereka beberapa jam sebelum matahari terbit, suasana hutan yang menjadi semakin menakutkan merupakan alasan mereka tidak ingin berlama-lama di dalam hutan tua ini. Semak belukar dan akar-akar pohon yang besar dan kuat berjejer di setiap langkah keenam pria itu. Mereka harus sangat berhati-berhati dan terus saling menjaga demi keselamatan mereka.

Kegelapan hutan yang masih lekat membuat penglihatan pasukan kecil ini terganggu dan tidak dapat melihat dengan jelas lebih dari lima meter di depan mereka. Raseel dengan beraninya memimpin pasukan dengan berjalan dibagian paling depan dan memanfaatkan ketajaman penglihatannya.

Sementara pangeran Soutra berada di barisan paling belakang dengan ketajaman pendengarannya dan berjaga-jaga atas apapun yang berada di belakang ataupun disekitar mereka. Tiba-tiba Ren mendengar sesuatu, dan dia segera menyuruh pasukan untuk berhenti berjalan dan meminta Raseel untuk melihat situasi di sekitar mereka.

Lambat tapi pasti, di sekitar pasukan kecil ini terlihatlah ribuan mata yang menyala dan tampak sedang memperhatikan langkah mereka. Setiap orang segera menyiapkan senjata mereka masing-masing untuk penjagaan diri atas apa yang sedang mengintai mereka itu.

Tanpa sengaja, Hatt bersin karena salah satu benang jubahnya mengganggu hidung perinya. Karena suara keras yang mengagetkan itu, ribuan mata yang menyala di balik semak-semak berterbangan dan berhamburan tak keruan.

"Itu hanya kunang-kunang," suara lembut seorang wanita terdengar dingin di telinga para petualang dan langsung membuat mereka bersiap untuk menyerang sosok putih wanita berambut panjang yang berdiri di hadapan mereka.

"Refleks kalian sangat bagus, kalian pasti prajurit pilihan," ujar wanita yang tampak tipis itu seraya tersenyum manis.

Keenam pria itu berusaha tenang dan berani meskipun bulu kuduk mereka telah berdiri dan insting penakut mereka sudah memberi kode untuk melakukan gerakan sejuta langkah, yaitu melarikan diri.

"Siapa kau?" tanya Ren, satu-satunya pria yang tidak tegang dengan apa yang sedang dia hadapi.

Sosok wanita cantik itu kembali tersenyum dan melayang mendekati pasukan kecil yang membawa senjata itu, "Maaf karena membuat kalian takut," ujarnya. "Aku adalah penjaga hutan ini, aku tidak akan menyerang kalian," sambungnya lembut membuat para pengelana sedikit tenang meskipun masih dalam posisi siap bertarung.

"Aku dapat membantu kalian jika kalian mau?" kata wanita itu lagi dengan sikapnya yang sangat sopan, tetapi itu membuat Wedden bertambah takut dengan sosok melayang itu.

Hatt sedikit melirik kearah leher wanita itu dan dia sedikit merasa aneh ketika melihat bekas luka yang tampak baru di bagian tenggoroknya dan itu seperti bekas luka akibat serangan anak panah. Dia masih mengamati bekas luka yang masih merah itu lalu sedikit melirik kearah busur dan anak panahnya dengan perasaan ngeri.

"Kami tidak membutuhkan bantuanmu," sahut Ley dengan cepat dan masih berdekatan dengan sang adik yang telah menghunuskan pedangnya.

"Kami membutuhkan bantuanmu!" sahut si keriting Wedden yang langsung menghampiri sosok yang melayang dengan gaun putihnya yang melayang-layang diterpa angin dini hari.

"Nona, dapatkah kau menunjukkan kami jalan keluar dari hutan ini?" ujar pria Vitran itu dengan paras ramahnya yang tidak biasa dan itu membuat anggota pasukan lainnya bergidik ngeri dengan sikap pria keriting yang bodoh itu.

"Dengan senang hati," sahut wanita itu dengan tutur bahasa yang manis. Dia segera melayang dan berbalik arah menjadi pemimpin di depan pasukan kecil pengelana.

"Kau gila? Bagaimana jika dia adalah anak buah Kimanh dan ingin mencelakakanmu!" sentak Ren seraya mencengkeram lengan Wedden dengan kuat.

"Wanita cantik sepertinya dapat dipercaya," ujar Wedden dengan polosnya dan menambah tingkatan emosi si pangeran Soutra.

"Mari, sebelum matahari terbit kalian sudah harus keluar dari hutan ini," suara lembut si penjaga hutan kembali membuat bulu kuduk pasukan pengelana itu kembali meremang.

Dan dengan berat hati, kelima pasukan lainnya mengikuti langkah Wedden yang tampak percaya diri berjalan dibelakang si penjaga hutan yang tidak menapak itu. Ley sedikit bergumam dengan sikap Wedden ini, Hatt bahkan telah menyiapkan sebuah anak panah untuk pria Vitran ini jika sampai mereka semua celaka akibat ulahnya.

Wanita penjaga hutan itu meninggalkan serbuk bercahaya disetiap tanaman ataupun rumput yang baru dilaluinya. Cahaya putih yang sangat cantik dan belum pernah dilihat oleh keenam pria itu, bahkan para peri yang memiliki serbuk peri kuno belum pernah melihat serbuk cahaya yang seperti ini. Halus bercahaya dan menghilang dalam kegelapan. Cahaya yang indah dan menarik hati.

Karena mereka mengikuti arah yang ditunjukkan oleh si penjaga hutan yang cantik, keenam pria pengelana telah berada di tepi hutan bagian yang lain dan dapat melihat cahaya matahari yang samar di langit timur Persei yang indah. Ren sedikit melirik Wedden masih tak yakin dengan sikap bodohnya yang membuat mereka semua keluar dari hutan tua itu dengan keadaan sehat tanpa ada lecet sedikitpun. Hatt juga merasa bahwa dia telah bersalah besar dengan mengancam si keriting dengan sebuah anak panah.

Kerikil hitam yang berjumlah jutaan menyambut kehadiran keenam pengelana itu di tepi sungai Sief di lembah pegunungan Gigi Gergaji yang menjulang tinggi dihadapan mereka. Tinggi, gagah dan nampak perkasa puluhan gunung runcing yang berjajar beraturan dengan warna coklat bebatuannya. Semuanya tampak begitu menakjubkan ketika seberkas cahaya matahari pagi mulai menembus celah-celah dedauan di sebrang sungai dan memantulkan cahaya keemasan di dasar sungai yang bening dan luas itu.

"Maaf karena telah tidak mempercayaimu, Nona. Tetapi, kami mengucapkan banyak terimakasih ...," ucap si gagah dengan rambut merah marunnya yang pendek, kalimatnya terputus ketika dia menyadari bahwa wanita melayang yang tadi mengiringi langkah mereka telah menghilang dari hadapan.

"Dimana dia?" tanyanya bingung membuat pria lainnya ikut menoleh kearah wanita tadi berdiri.

Wanita itu menghilang, dan keenam pria itu dapat mengetahui arah perginya dengan melihat jejak wanita cantik yang meninggalkan serbuk cahaya di rerumputan di belakang mereka. Jejak itu mengarah kembali kedalam hutan tua dengan kegelapannya yang pekat dan menakutkan.

Semuanya saling memandang, dan akhirnya mereka hanya saling mengangkat bahu dan bersiap untuk melintasi sungai Sief yang berarus deras.

Keenam pria pengelana tidak mungkin menyebranginya dengan berenang ataupun berjalan. Selain arusnya yang lumayan mematikan, lebar sungai ini pun akan cukup untuk membuat seorang dewasa lemah di tengah perjalanan karena kelelahan. Ley mengatakan bahwa mereka tidak perlu menyebrangi sungai ini untuk mencapai negeri Timur Persei, mereka hanya perlu mengapung mengikuti arah arus sungai yang akan membawa mereka ke perkampungan di Timur. Dan jika mereka menyebrangi sungai dan melewati lembah di pegunungan gigi gergaji, mereka hanya akan memperlambat dan mungkin akan ditangkap oleh anak buah Kimanh sebelum berhasil menemukan jalan keluarnya, karena lembah yang menurut kabar sepi itu kini telah menjadi benar-benar sepi dan mulai berubah menjadi hutan yang menakutkan dan tidak ada lagi terdengar kabar adanya orang yang berani melaluinya sejak kejadian beberapa tahun yang lalu.

Pernah suatu ketika, sekelompok prajurit Timur sedang melakukan patroli di daerah perbatasan mereka. Ketika mereka melewati lembah gigi gergaji itu mereka diserang oleh sesosok makhluk pemakan daging yang mengerikan dan berukuran raksasa dengan tinggi yang mencapai dua puluh meter dengan taring tajamnya yang mirip seperti pedang ksatria yang selalu tajam dan siap menebas apapun yang ada dihadapan. Makhluk itu membunuh lebih dari setengah pasukan, dan beberapa yang selamat langsung mengadu kepada raja mereka dan mulai saat itu lembah ini bukan lagi menjadi wilayah Timur.

***