Sudah 4 bulan sejak aku berpacaran dengan Lucas, semuanya berjalan lancar. Tak ada masalah, tak seperti yang selama ini aku tajutkan. Terkadang Lucas menginap di rumahku, dia hanya menginap. Kami tidak melakukan apa-apa, iya terkadang kami hanya bermesraan dan juga mengobrol tentang hari yang kami lalui. Tapi terkadang aku merasa Lucas tetap menjadi orang asing, dia selalu mempunyai pintu yang terkunci. Dia mengetahui hampir semua tentangku tapi aku tak tahu bagaimana sebenarnya Lucas. Dia hanya menampakan semua yang manis, aku hanya mengetahui semua hal hebat tentangnya. Lucas yang tampan, baik hati, ramah, dan juga mapan. Tapi apa dia tidak punya kisah hidup yang ingin di bagi denganku ? dia tak pernah berbagi pahit hidupnya. Tidak mungkin orang akan selalu senangkan ? Mengapa dia tidak memberitahu aku? Apa aku masih orang asing baginya ? Tapi ini sudah 4 bulan sejak kami bersama, apa 4 bulan baginya masih terlalu awal untuk memberitahukan tentangnya ? Aku sangat penasaran, aku tak ingin tahu dari orang lain. Aku ingin tahu dari bibirnya langsung, tapi saat aku menanyakan itu padanya dia langsung mengunci pintu yang bahkan tak terbuka untukku. Haruskah aku menunggunya saja sampai dia mau memberitahukannya ?
----------
Sekarang sudah musim panas, iya seharusnya musim panas tapi mungkin karena pemanasan global walau memasuki musim panas terkadang turun hujan lebat. Dulu aku tidak suka saat turun hujan tapi sekarang aku tidak perduli. Bagiku mau hujan atau cerah semua tampak baik. Kantor saat ini sedang sangat tenang, istirahat makan siang terasa menyenangkan. Padahal biasanya walau istirahat makan kami para staf jarang keluar makan. Kadang terpakasa hanya makan mie dalam cup. Memang melelahkan tapi rekan kerja di tempatku kerja terlalu baik, aku terlanjur nyaman dengan mereka. Dan aku enggan untuk pindah ke kantor lain, aku takut tak menemukan teman seperti mereka.
"Akhirnya kita benar-benar istirahat makan siang"
"Iya Mel bener biasanya kita cuman sempet makan mie instan dalam cup doang"
"Tapi sekarang Liss kita udah makan nasi dan masih sempet minum buble tea"
"Mel, Liss kok kalian masih betah aja di tempat kerja yang bahkan istirahatnya juga susah" mendengar pertanyaan itu dari salah satu teman kantorku, mataku dan Lisa saling bertukar memberi isyarat
"Karena duitnya gede!!" Jawaban ku dan Lisa membuat semua tertawa tapi juga setuju dengan jawabanku selain karena teman sekantor yang teramat baik gaji kami juga di atas rata-rata.
"Mel kamu akhir-akhir ini keliatan cerah gitu"
"Emang aku biasanya gimana? Suram maksud kamu"
"Nggak gitu cuman gimana iya bilangnya, kamu tuh sering senyum terus juga walau kerja lembur nggak keliatan kesel"
"Iya cuman lagi menikmati hidup aja"
"Haa, lembur termasuk menikmati hidup ?"
"Udah stress si Mela jangan di ajak ngobrol, dia senyum-senyum kayak gitu karena udah terlanjur pusing makannya gitu"
"Kayaknya bener kata kamu Liss, aku salah mentafsirkan si Mela"
"Emang kamu pikir si Mela kenapa?"
"Aku kira si Mela...., nggak jadi deh"
"Apa sih kalian, kamu juga Liss aku tuh nggak stress. Aku cuman menikmati hidup kerja iya kerja aja nanti juga di rumah bisa istirahat terus tidur enak"
"Tidur enak ?"
"Iya maksud aku tidurnya nyenyak gitu".
Perkataan ku tadi sempat menimbulakan kesalah pahaman bagi aku dan Lisa. Walau teman-teman kantor mengerti maksud penjelasanku, tapi Lisa tidak. Iya mungkin karena dia satu-satunya orang yang tahu kalau aku mempunyai pacar. Dia pasti berpikir kalau setiap malam melakukannya dengan Lucas. Padahal aku sudah sering jelaskan tapi Lisa sepertinya tidak percaya. Pernah Lisa tiba-tiba saja ingin menginap di rumahku, padahal dulu tidak pernah. Walau kecemasan Lisa terkadang merepotkanku, tapi aku senang dengan dia yang seperti ini. Membuatku berpikir dia benar-benar memperdulikanku. Seperti biasa aku berusaha menyempatkan waktu untuk pergi ke kafe saat pulang dari kantor. Aku sengaja tidak memberi tahu Lucas kalau hari ini aku tidak lembur dan pulang sore, aku ingin memberinya kejutan. Aku pulang menggunakan bis kota, pulang sore hari menaiki bis kota tak terlalu menyenangkan karena pasti berdempet-dempetan. Aku lupa akan hal itu, harusnya aku pesan taxi online saja walau agak mahal tapi kan lebih nyaman. Walau agak kesal karena harus berdempet-dempetan di dalam bis ku coba untuk tetap berpikir positif. Aku memikirkan bagaimana reaksi Lucas saat aku mengunjunginya tanpa memberitahukannya terlebih dahulu. Dia pasti senang melihat pacarnya memberikan dia kejutan begitulah pikirku. 15 menit berlalu akhirnya aku samapi juga di tempat tujuan, ku lihat dari kaca seperti biasa kafe milik Lucas sangat ramai. Begitu datang aku langsung di sambut oleh pelayan yang sudah akrab sekarang denganku.
"Wahh tumben kak udah pulang jam segini, biasanya nanti pas kafe mau tutup baru deh kak Mela nongol"
"Iya sekarang kerjaanya lagi sedikit jadi bisa pulang cepet"
"Oh gitu, kalo di sini nggak pernah kerjaannya sedikit pasti banyak terus"
"Iya bener kafe ini nggak pernah sepi pengunjung"
"Kak Mela mau pesan yang baru ? Atau mau yang biasa aja?"
"Aku pengen Latte sama tiramisu cake. Ngomong-ngomong kok Lucas nggak keliatan iya?"
"Oh si bos kan lagi nengok toko baru di luar kota, paling besok atau lusa pulangnya"
"Haa ke luar kota ?"
"Iya bos Lucas lagi keluar kota, ini udah hampir 30 kali aku ngasih tahu pelanggan kalo si bos lagi pergi ke luar kota" mendengar ucapan pelayan itu membuatku benar-benar terkejut. Padahal aku yang berniat memberi kejutan padanya, tapi rupanya Lucas yang memberi kejutan. Dia bahkan tak memberi tahu soal akan pergi ke luar kota. Apa aku benar-benar tak penting baginya hingga tak memberi tahuku. Mustahil bila itu rencana dadakan, aku akan mengerti bila itu hal mendesak tapi ini bukan hal yang mendadak. Membuka toko baru pasti tanggalnya sudah di rencanakan. Kenapa dia tak memberi tahuku? Aku berusaha menghubunginya tapi dia tidak menjawab, apa dia sibuk ?
"Ini kak pesanannya, masih sama enak kok sama buatan si bos"
"Iya makasih, kamu tahu nggak kira-kira lokasi kafe barunya dimana iya?"
"Iya tahu dong, tapi kenapa kak. Kalo mau kesana sekarang lebih baik jangan"
"Kenapa jangan?"
"Kata si bos baru ada dia sama temennya aja yang jaga kafe belum ada pegawai lain"
"Apa ? Terus Lucas bakal lama donh disana ?"
"Iya kemungkinan gitu tapi kayaknya besok atau lusa pulang dulu kesini deh"
"Jadi maksud kamu dia kesini tuh untuk pulang atau cuman ngambil barang-barang yang mau dia angkut kesana ?"
"Saya kurang tahu kak, itu juga belum pasti katanya" mendengar penjelasan pelayan ini membuatku tak habis pikir. Lucas benar-benar taj menganggapku ada, kalau dia menganggap aku setidaknya dia akan memberitahukan aku kalau dia akan keluar kota tapi dia tidak memberitahukan apa-apa padaku. Kecewa sekali rasanya, terlebih panggilanku terus saja di abaikan olehnya.
*******