Di depan gedung tempat kantorku bekerja terlihat mobil sport yang sengaja di parkirkan terlihat seorang pria juga yang duduk di depan mobil itu. Pria itu kemudian tersenyum ke arah kami bagiku senyumannya itu membuatku ingin menangis. Dia berjalan ke arah kami membuat ku semakin berdebar, pipi ku mulai panas air mataku mungkin takan tertahan dan keluar
"Maaf karena membuatmu menungguku" suara lembut dan mengahangatkan hati itu, suara yang selalu ku rindukan. Aku berusaha sekat tenaga agar tidak menangis, ku langkahkan kaki dan mendekat ke arahnya. Ku ucapkan salam perpisahan kepada teman sekator ku selagi masih sempat sebelum air mata ini tak terbendung lagi. Aku terus berjalan ke arah mobil milik pria itu
"Nggak akan di buka?" Tanyaku pada pria itu, pria itu tersenyum melihat tingkahku. Dia kemudian berjalan mendekatiku dan membukakan pintu mobilnya, aku tahu pasti teman-teman sekantorku kaget. Mereka pasti tidak menyangka pria ini mengenalku atau mungkin sebaliknya mereka tidak tahu kalau aku mempunyai kenalan pria super ganteng seperti dia. Pria itu kemudian masuk ke mobil, dia kemudian melihat ke arahku dan mendekatkan wajahnya padaku.
"Jangan aneh-aneh" aku memalingkan pandanganku darinya
"Aneh-aneh apa ? Aku cuman mau pasang sabuk pengaman, kamu belum pake nih" jawabannya membuatku sedikit malu karena telah salah paham padanya
"Kamu mau pulang? Atau mau pergi ke suatu tempat dulu?" Tanyanya padaku sambil menjalankan mobilnya, pertanyaannya membuatku tak habis pikir bagaimana dia bisa setenang ini sekarang?
"Lucas, apa kamu emang kayak gini? Aku.... bahkan nggak tahu harus ngomong apa kalo ketemu sama kamu, tapi kamu santai banget gini" air mataku sudah tak tertahankan mereka mengalir sangat deras rasa sesak di dada semakin menjadi rasanya aku akan meledak karenanya. Iya pria yang bersamaku sekarang itu Lucas, pria yang selalu ku rindukan dan membatku kesal setengah mati. Aku benci tapi juga sangat mencintainya rasa nya aku menjadi gila karena perasaan ini.
"Kamu marah sama aku?" Lucas menepikan mobilnya
"Jelas aku marah ! Kamu nggak ngasih kabar apa-apa sama aku. Aku telpon kamu nggak angkat, aku ngirim pesan juga kamu nggak bales. Aku kira kamu udah nggak mau liat aku lagi..." aku berteriak dan menangis seperti gadis gila padanya. Ini pertama kalinya aku seperti ini, pertama kalinya mencintai seseorang dengan cara segila ini.
"Aku takut..." jawaban Lucas sedikit membuatku penasaran walau marah aku mencoba mendengarkan penjelasan darinya. Perlahan aku mengatur nafas yang tak beraturan ini dan mulai mendengarkannya
"Takut apa?" Tanyaku masih dengan suara yang tersedu-sedu
"Takut jatuh cinta sama kamu. Aku takut bakal terluka dan aku nggak suka menjadi pihak yang lemah. Itu sebabnya aku nggak bisa sembuh dari penyakit yang aku derita, bukan karena salah pengobatan atau gagal pengobatan. Tapi aku yang nggak mau sembuh, aku cuman ingin bermain dengan mereka yang menyukaiku" jawaban Lucas membuat hatiku sakit rasanya seperti ada mencabik-cabik dada ini. Kemudian dia menatap ke arahku lalu mengusap air mata yang mengalir di pipiku
"Tapi kemudian aku lihat kamu, gadis yang suka gonta-ganti pacar. Tapi pacar kamu nggak pernah nganterin kamu sampai depan rumah. Jangan kan depan rumah ke depan apartemen kamu juga nggak. Mereka cuman bisa nganterin kamu sampe depan minimarket dekat kafe aku aja, aku penasaran kenapa dia kayak gitu?"
"Kamu penasaran sama aku?" Tanyaku pada Lucas
"Iya aku penasaran sama kamu, kamu itu cewek yang kayak gimana? Apa kamu juga sama kayak aku terkena genophobia ? Itu hal yang pertama aku ingin tahu. Karena kamu terlihat seperti ku sering berganti pasangan tapi enggan mempunyai hubungan" perkataan Lucas membuatku terdiam tak bisa berkata apa-apa, tatapan mata Lucas membuatku semakin ingin mengetahui tentangnya
"Terus takdir mengantarkan aku untuk bisa bicara sama kamu. Di hari pertama kita bertemu aku memberanikan diri bicara sama kamu, awalnya aku pikir kamu nggak bakal ngerespon aku karena kamu terus-terusan menghidari aku" sejujurnya aku cukup tersentuh dengan perkataan Lucas yang terdengar tulus
"Terus gara-gara tukang ojek online yang nganterin barangnya buru-buru terus kamu kebasahan. Aku ngerasa nggak enak sama kamu jadi aku ajak aja kamu masuk rumah" jawabku bernostalgia, Lucas tersenyum mendengarnya
"Saat itu aku pikir sudah berhasil meruntuhkan pertahananmu, tapi bukan cuman pertahananmu. Tapi pertahananku yang runtuh duluan, kamu bikin aku susah lupa. Untuk pertama kalinya aku berdebar cuman karena dia bales pesan chat aku, untuk pertama kalinya aku kangen setiap hari sama orang yang bahkan nggak begitu mengenalku. Itu sebabnya aku lari dari kamu, kamu buat aku jadi kayak orang bego yang terus-terusan mikirin kamu tanpa berpikir akibatnya apa buat aku" ini pertama kalinya aku mendapat pernyataan cinta dengan cara yang berbelit-belit, Lucas benar-benar tak terduga
"Padahal aku dari dulu nggak pernah kayak gini Mel. Orang-orang pada bilang aku brengsek, aku nggak masalah karena emang iya aku kayak gitu. Kadang aku juga di hajar sama orang yang nggak di kenal di tengah jalan. Atau kadang ada cewek atau cowok nangis minta balikan sama aku. Aku ini bukan orang baik-baik, kalo kamu mau nanya soal ketertarikan aku sama gender apa? Aku bakal jawab nggak ada. Tapi kalo kamu mau nanya aku suka sama kamu ? Aku bakal jawab iya." Lucas benar-benar membuatku jadi bingung dengan setiap perkataannya
"Aku sering jalan sama cewek dan nggak ngerasain apa-apa. Jadi aku pikir kalo jalan sama cowok aku bakal ngerasain sesuatu ,tapi ternyata aku juga nggak ngerasain apa-apa. Semua biasa aja, jadi aku cuman ngikutin arus. Tapi kalo sama kamu, nggak tahu kenapa kamu berbeda. Kamu buat aku selalu tertarik dengan setiap tingkah kamu" entah aku harus menjawab apa pada Lucas. Aku sebagian mengerti tentanhnya tapi juga takut padanya. Aku takut dia berbohong atau juga hanya memanfaatkan aku. Tapi aku juga tidak bisa bohong kalau aku senang mendengarnya, aku suka saat Lucas bilang aku berbeda dari kekasihnya yang dulu. Aku merasa sangat special dimatanya, karena bagiku Lucas juga special. Bagiku dulu semua pria tidak menarik walau dia tampan,kaya dan baik hati semua terlihat biasa. Tapi berbeda dengan Lucas hal kecil saja yang dia lakukan membuatku senang bukan main. Ku pikir aku dan Lucas memang saling mengerti, apakah ini yang sering orang-orang katakan jodoh. Apakah aku dan Lucas berjodoh? Apakah itu sebabnya aku begitu tertarik padanya begitupun sebaliknya. Padahal sejak kemarin malam aku memutuskan akan mengakhiri hubunganku dengan Lucas. Tapi mendengarnya bicara begitu terbuka padaku, membuatku luluh. Aku merasa menjadi orang penting baginya. Setelah mendengar pernyataan dari Adwin dan Lucas aku jadi bingung haruskah aku mengambil resiko untuk tetap bersama Lucas ? Ataukah aku pergi saja meninggalkannya karena bisa jadi Lucas hanya berbohong.
*********