Sebutlah Andi Nugraha, tetangga masa kecil Wilma Herdian. Sebelum sang ayah, Bagas Herdian di-PHK. Mereka masih berhubungan dekat. Bahkan, hingga hari ini. Andi Nugraha selalu ingin menjaga hubungan mereka tetap baik. Meski kini, Wilma Herdian dan keluarganya telah pindah dari rumah lamanya.
Rumah yang memiliki banyak kenangan indah selama tujuh belas tahun kehidupannya. Rumah itu dijual, dan kemudian mereka mengontrak rumah yang lebih kecil dari rumah lamanya.
Setelah Bagas Herdian di-PHK, tanpa diberi pesangon yang layak, dikarenakan pabrik tempat Bagas Herdian bekerja mengalami pailit hingga bangkrut. Beberapa barang berharga milik mereka satu per satu harus direlakan untuk dijual, demi kelangsungan hidup anak dan istrinya. Hidup secara sederhana. Menyelesaikan hutang piutang dari kredit kendaraan bermotornya. Yang kemudian turut direlakan untuk dijual kembali.
Andi Nugraha, anak laki-laki yang terlahir sebagai anak satu-satunya di dalam keluarganya, sudah menganggap Wilma Herdian sebagai adiknya sendiri. Selalu berada di sisinya, setiap kali anak perempuan itu membutuhkan bantuan.
Kemudian, saat adik-adik Wilma Herdian lahir, mereka pun dianggap sebagai adik sendiri bagi Andi Nugraha.
Hubungan kedua orang tua mereka pun sangat baik. Bertetangga hampir dua puluh tahun, tidak serta merta terputus begitu saja, saat mereka tidak lagi menjadi tetangga.
Saat Andi Nugraha mengetahui ayah Wilma Herdian di-PHK, hingga menyebabkan mereka harus meninggalkan rumah lamanya, ia pun turut membantu kepindahannya. Bahkan, membantunya mencari pekerjaan bagi Wilma Herdian.
Pada awalnya, Wilma Herdian tidak memberitahukan alasan mengapa ia berhenti kuliah yang baru saja dimulai beberapa bulan. Hingga Andi Nugraha mendesaknya untuk bercerita tentang masalahnya.
Setelahnya, Wilma Herdian didaftarkan untuk mengikuti kursus kilat berkaitan dengan ticketing. Setelah lulus, ia pun diterima kerja di maskapai penerbangan Majapahit Air, TTO Bogoria.
Sebetulnya bisa saja Wilma Herdian bekerja di travel agent miliknya–yang telah dirintis sekitar tiga tahun lalu, akan tetapi dengan bekerja di maskapai penerbangan Majapahit Air, Wilma Herdian bakal mendapatkan tunjangan lebih baik, ketimbang bekerja di tempatnya. Salah satunya bea siswa untuk kedua adiknya, yang merupakan program khusus dari Majapahit Air untuk para karyawan yang memiliki kesulitan seperti Wilma Herdian.
*
"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Wilma Herdian setengah berteriak, agar suaranya bisa mengalahkan suara motor milik Andi Nugraha.
Wilma Herdian, selepas sang ayah mengijinkannya pergi bersama Andi Nugraha, lekas berganti pakaian, sebelum sang ayah berubah pikiran.
Memilih pakaian casual. Celana jeans, kemeja lavender polos dengan panjang lengan tiga perempat, ditambah jaket jeans agar tidak kedinginan saat mengendarai motor. Dilengkapi sepatu kets warna senada kemejanya.
Rambut Wilma Herdian diikat kuncir kuda, agar tidak berantakan saat mengenakan helm. Pelengkap yang tidak boleh tertinggal, tas selempang kecilnya, yang muat untuk dompet dan ponsel.
"Taman bunga deket sini aja." Andi Nugraha ikut setengah berteriak, menjawab pertanyaan Wilma Herdian.
Mendapat jawaban seperti itu dari Andi Nugraha, tiba-tiba muncul perasaan tidak biasa di hatinya. Menduga-duga rencana pria yang tengah memboncengnya, dan berkali-kali meminta Wilma Herdian memeluk pinggangnya erat, kala Andi Nugraha mempercepat laju sepeda motornya.
Apakah ini bisa disebut kencan? Andi Nugraha mengajaknya kencan?
Lebih kurang dua puluh lima menit, akhirnya mereka tiba di Taman Bunga Cisama. Membeli tiket masuk untuk dua orang. Dan mereka kembali mengendarai motor, masuk ke daerah wisata, yang masih tampak lengang.
Andi Nugraha membawa sepeda motor bebeknya menuju sebuah gazebo besar yang berada di tengah-tengah tempat wisata. Di sana telah berkumpul beberapa orang yang tampaknya Wilma Herdian kenal dengan baik.
Rekan-rekannya di TTO Bogoria, yang pada hari Sabtu itu bersama-sama mendapat jatah libur pekanan. Serta beberapa rekan dari travel agent yang bekerjasama dengan TTO Bogoria.
Seketika Wilma Herdian merasa konyol, karena mengira, Andi Herdian mengajaknya kencan pada hari ini.
Beberapa rekan yang telah melihat kedatangan Wilma Herdian dan Andi Nugraha, secara bersamaan menyambut mereka berdua.
Entah acara apa yang mereka hadiri pada hari ini. Wilma Herdian sama sekali tidak mendapat petunjuk apa pun. Andi Nugraha bahkan tanpa rencana, mengajaknya pergi keluar begitu saja. Mengantongi ijin dari Bagas Herdian, untuk membawa putri sulungnya pergi bersamanya–hal yang langka terjadi selama delapan belas tahun hidup Wilma Herdian.
Wilma Herdian dan Andi Nugraha dipersilakan duduk di meja yang telah disediakan. Menikmati makanan dan minuman ringan.
Mulai terdengar iring-iringan musik melatarbelakangi acara entah apa itu.
Wilma Herdian memilih mengambil dua buah pastel isi sayuran dan minuman teh manis hangat.
Tadi pagi sebetulnya, sebelum Andi Nugraha tiba-tiba datang, ia sudah sarapan nasi goreng, pisang goreng, Donat Jecki, serta minum segelas kopi susu instan, dan hingga pukul sepuluh sekarang, perutnya masih terasa kenyang.
Andi Nugraha duduk tepat di sampingnya. Memperhatikan cemilan yang berada di piring milik Wilma Herdian.
"Cuma dua pastel, Wil? Kamu gak lagi diet, kan?" Andi Nugraha mulai menggoda.
"Masih kenyang, Kak. Tadi pagi sarapan banyak." Andi Nugraha mengangguk, kemudian menyeruput secangkir kopi panas.
Mereka pun terdiam beberapa saat, sambil menikmati lagu yang terus berganti. Sesekali para rekan mereka ikut bernyanyi, berkaraoke.
Wilma Herdian dan Andi Nugraha sempat ditawari untuk ikut menyumbangkan lagu. Namun, Wilma Herdian enggan mengeluarkan suaranya. Dirinya yang baru saja dua bulan bekerja, masih sedikit malu-malu untuk unjuk kebolehan. Meski, Andi Nugraha tahu pasti, Wilma Herdian memiliki suara yang indah ketika bernyanyi.
Di masa lalu, jaman Wilma Herdian masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia dan Andi Nugraha kerap kali berduet dengan diiringi petikan gitar Andi Nugraha.
Dan Andi Nugraha baru kali ini menyadari betapa ia rindu saat-saat bernyanyi bersama. Hampir satu tahun lamanya mereka berpisah, tidak lagi menjadi tetangga dekat.
Dahulu mereka tinggal berseberangan. Andi Nugraha sering kali memperhatikan Wilma Herdian melalui kaca jendela kamarnya di lantai dua. Begitu pun sebaliknya. Jika kebetulan sama-sama bertemu pandang, mereka akan saling menyapa satu sama lain.
Wilma Herdian yang selalu tersenyum kepadanya. Kini senyum itu jarang Andi Nugraha lihat. Bukan karena jarak yang memisahkan, namun juga karena ada beban–mantan tetangga depan rumahnya–, yang harus ditanggungnya.
Hari ini, Andi Nugraha ingin melihat senyum Wilma Herdian kembali. Senyum yang selalu dirindukannya selama hampir setahun ini.
"Ngomong-ngomong, Kak. Sebetulnya ada acara apa, ya?" Wilma Herdian akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi ditahannya.
Andi Nugraha terdiam.
***
Dalam dunia bisnis, istilah pailit adalah adalah kondisi pada perusahaan yang terkadang berujung pada kebangkrutan alias gulung tikar. Lalu apa itu pailit?
Masih banyak orang yang beranggapan kalau bangkrut dan arti pailit adalah dua hal yang sama. Padahal keduanya berbeda.
Perbedaan pailit dan bangkrut.
Pailit diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau biasa disebut dengan UU Kepailitan.
Dalam aturan tersebut, perusahaan dinyatakan pailit artinya ketika debitur (pemilik utang) mempunyai dua atau lebih kreditur (pemberi utang) tidak membayar utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih (arti pailit).
Berdasarkan KBBI, bangkrut adalah kondisi saat perusahaan menderita kerugian besar yang membuat kondisi keuangan tidak sehat dan memaksa perusahaan berhenti beroperasi.