Hujan rintik-rintik di bulan April, menyambut kedatangan mobil yang baru saja terparkir, di sebuah tempat terbuka, di lahan yang luas itu. Keluar dari mobil, tiga orang wanita. Berlari-lari kecil dan segera mencari tempat bernaung, agar hujan tak membasahi pakaian mereka. Hujan yang datang tiba-tiba, namun tidak menghalangi niat ketiganya untuk terus melangkah hingga tiba di tempat tujuan.
"Jadi, ini yang namanya Alisha, ya? Cantik," komentar seorang wanita paruh baya, saat melihat wanita muda yang baru saja tiba. Berdiri di hadapannya, ditemani wanita paruh baya lainnya dan wanita muda–hampir seumuran wanita yang disebut dengan nama Alisha, yang sudah dikenalnya.
Wanita muda yang bernama Alisha itu, setelah bersalaman dengannya, kemudian menjulurkan tangannya untuk menjabat pria muda yang duduk tepat di sebelah wanita paruh baya itu.
"Hilman," ujar pria muda itu. Wajahnya terlihat tegas, tetapi ketika tersenyum, tercetak lesung pipit di kedua pipinya. Kumisnya yang tipis menambah nilai plus wajah rupawannya. Tingginya sekitar 187 cm. Lebih tinggi dari Alisha yang hanya 162 cm, karena itu saat mereka berjabat tangan dan pria bernama Hilman tersebut berdiri, Alisha harus mendongakkan kepalanya.
"Nah, sambil kenalan, kita pesen makanan dulu aja, ya. Alisha mau pesen apa?" tanya wanita paruh baya yang datang bersamanya itu, istri dari kakak ayahnya Alisha, tante Laras. Wanita muda yang turut bersamanya, adalah sepupunya, Sari, anak sulung tantenya.
"Siomay aja, deh, Tan, sama es jeruk," jawab Alisha.
Tante Laras kemudian berlanjut memesankan yang lainnya untuk anaknya, dan dua orang 'tamu'-nya, ibu-anak tersebut.
Perkenalan pun berlanjut. Alisha akhirnya mengetahui bahwa wanita paruh baya yang bernama tante Regina itu, ternyata tidak jadi mengajak anak sulungnya pada pertemuan itu. Alih-alih mengajak anak ke duanya, untuk menemani dan berkenalan dengan Alisha terlebih dahulu. Penasaran dengan calon menantunya.
Seketika Alisha merasa malu dan canggung, pasalnya, kala pertama melihat pria bernama Hilman itu—mengira dia adalah pria yang akan dijodohkan dengannya, teman semasa sekolah dari sepupunya. Alisha sudah jatuh hati pada pandangan pertama.
Memang, Alisha yang kini sudah berusia seperempat abad, belum juga menikah, dan beberapa kerabatnya sangat antusias membantu, mencarikan jodoh untuknya, selepas kepulangannya dari umrah beberapa waktu lalu. Alisha menerima saja rencana ini, karena ada suatu misi juga yang harus dijalaninya.
Setelah beberapa waktu mereka mengobrol, Alisha, memohon undur diri untuk pergi ke toilet sebentar. Tas selempangnya sengaja ia bawa serta. Disampirnya tas itu di bahunya.
Hilman, demi kesopanan menghormati wanita, ikut berdiri, dan menawarkan untuk menemaninya mencari toilet, yang letaknya di luar area tempat makan. Dirinya sudah hafal seluk beluk Paris Van Java Mall, yang ada di Bandung itu. Namun, Alisha menolak demi privasinya.
'Nemenin ke toilet? Dia, 'kan laki-laki. Yang bener aja!' batin Alisha.
Sepupunya sendiri pun ia tolak kala menawarkan diri untuk menemaninya ke toilet, dan memintanya menemani ibunya saja.
Alisha mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya ketika sudah selesai dengan hajatnya, dan masih tetap berada di dalam bilik toilet. Mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.
[Alisha: "Target tidak datang."]
Alisha mengirimkan pesan lewat ponselnya kepada seseorang.
[Mia 108: "Ada apakah?"]
[Alisha: "Entahlah. Tapi adiknya yang datang. You know what?"]
Tak berapa lama ponsel Alisha berdering. Dilihatnya nama Mia 108 tertera pada layar. Spontan dirinya mengintip dari balik bilik toilet. Memastikan tidak ada siapa-siapa di sana, selain dirinya.
["Ada apa dengan adiknya?"] sambar Mia, rasa ingin tahunya sangat tinggi, tentang lelaki incaran Alisha. Kalimat 'you know what?' telah menjadi semacam kode rahasia bagi mereka, ketika akan bergosip ria tentang pria berkualitas, yakni tampan, pintar, kaya raya, cool, maskulin, manly, perut roti sobek, dan tipe-tipe lain dari pria dewasa idaman para wanita lajang. Meski, yang lajang di sini hanya Alisha. Mia sendiri sudah menikah dan sedang mengandung anak pertamanya.
"Tidak ada," jawab Alisha datar seraya menahan tawa.
["Please, deh, Beib. Gue penasaran,"] todong Mia, gemas dengan jawaban Alisha.
"Saluran aman gak, nih," tanya Alisha memastikan.
["Aman. Gue matiin micnya. Buruan cerita."]
"OMG! Ganteng! Sumpah! Kumisnya yang tipis bikin gemes!" seru Alisha semangat, namun dengan suara rendah, agar tidak sampai terdengar keluar toilet. Senyum terkembang saat ia menyebutkan kelebihan ciptaan Tuhannya itu.
["Please, deh Al! Lo, 'kan mau dijodohin sama kakaknya. Jangan sampai misi lo gagal, ya!"] Mia mengingatkan tujuan utama Alisha datang ke Paris Van Java Mall itu.
"Siap, Bos!"
["By the way, lo dah beres kenalannya? Cepet bener,"] tanya Mia.
Alisha tertawa kecil, "Gue kebelet pip*s, jadi ijin dulu," jawab Alisha enteng.
["Jadi, lo masih di toilet?"] tanya Mia tidak percaya.
"Yeah," jawab Alisha membenarkan dengan nada malas.
["Gila lo! Ngasih info dari toilet. Trus pake ngebahas laki inceran lo, di toilet juga! Bener-bener lo, ya, Al!!"] seru Mia protes.
"Lha, yang nyuruh ngebahas siapa? Gue, 'kan tadi cuma kasih laporan, orang yang ditunggu gak ada," tutur Alisha tidak terima.
["Ya, udah lo .... Sial!"] ucap Mia terpotong. Terdengar ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya di seberang telepon sana.
"Mia, kenapa?" tanya Alisha penasaran.
***
Mia sedang memeriksa file-file dan dokumen penting yang baru diterimanya di meja kerjanya, saat ada satu pesan masuk ke ponselnya. Pesan dari Alisha, laporan yang harus diberikannya selama bertugas.
Mendapat kode rahasia tentang pria idaman, Mia mengabaikan protokol untuk merekam setiap pembicaraan yang masuk, sambil melanjutkan memeriksa berkas di hadapannya. Tiba-tiba dirinya tercengang, karena menemukan sesuatu yang sangat penting, tetapi terlewat olehnya.
".... Sial!" umpat Mia.
["Mia, kenapa?"] tanya Alisha penasaran di seberang telepon sana. Menunggu jawaban dari Mia. ["Mia? Kenapa, sih?"] tanyanya lagi, karena Mia masih belum merespon pertanyaannya.
Mia meneliti ulang berkas-berkas di tangannya. Berkas pertama, berisi sebuah foto dan juga keterangan lengkap target di sana. Berkas berikutnya adalah surat pemberitahuan tentang supervisor Alisha yang baru. Berkas itu baru tiba kemarin, dan Mia belum sempat membacanya, apalagi melaporkannya pada Alisha, sebelum dirinya pergi tugas. Satu lagi berkas rahasia yang masih tersegel. Dibukanya berkas tersegel tersebut, untuk menghemat waktu, Mia membacanya dengan skimming dan scanning, namun netranya tiba-tiba teralihkan pada bunyi bip yang nyaring dan tampak lampu sinyal yang berkedip, tanda bahwa ada rekannya yang tersadap. Dan itu adalah Alisha.
"Halo, Al?" panggil Mia, baru teringat akan rekannya dan telah mengabaikannya sesaat tadi. Berharap Alisha masih terhubung di seberang telepon sana.
["Kirain gue lo pingsan, Mia! Dari tadi dipanggil gak yautin gue—"] ucapan Alisha terpotong oleh peringatan Mia tiba-tiba.
"Al, lo gak aman! Lo disadap orang. Lo gak nyadarkah?"
["Apa?! Sial!"] umpat Alisha.
***