"Rin!" panggil Maya yang baru saja sampai di hotel.
"Ya kak!" sahut Yerin.
"Aku harus kembali ke kantor, ada urusan sedikit. Besok aku kesini lagi. Kebetulan hari ini pemotretan di batalkan di ganti besok."
"T-tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian, lagian hari ini udah free. Besok aku langsung ke lokasi," potong Maya.
Maya segera mengambil tas pribadinya dan meninggalkan Yerin di kamarnya. Saat keluar kamar Maya berpapasan dengan Bobby.
"Pak!" Panggil Maya.
"Saya harus kembali ke kantor. Ada urusan sebentar. jika perlu sesuatu ada Yerin dan Staf. Mereka ada di lantai bawah."
"Apa ada masalah?" tanya Bobby.
"Tidak," jawab Maya.
"Hati-hati." Bobby tersenyum ramah pada Maya. Maya segera pergi sebelum dirinya kehilangan kontrol. Walaupun terlihat profesional Maya sangat gugup saat berbicara dengan Bobby.
Bobby kembali ke kamarnya. namun dia teringat akan keadaan Yerin segera dia datang ke kamar Yerin. tanpa mengetuk pintu Bobby masuk begitu saja.
"Rin!" panggil Bobby.
"Ada yang bisa di bantu?" tanya Yerin saat melihat Bobby sudah ada di dalam kamarnya.
"Tidak, saya ingin melihat keadaan mu."
"Saya baik-baik saja," jawab Yerin sedikit canggung.
"Kenapa sikapmu berubah?" tanya Bobby.
"Ceritakan apa yang terjadi sampai kamu terluka?" tanya Bobby dengan tegas.
"Taxi yang saya tumpangi mengalami pecah ban." Yerin mulai menjelaskan kronologi nya dan membuat Bobby merasa bersalah.
"Maafkan aku telah merepotkan mu," ucap Bobby.
"Tidak, saya tidak merasa repot kok. Itu sudah menjadi tugas saya, dan tadi pagi hanya kecelakaan kecil." Yerin mencoba terlihat baik-baik saja. tapi tatapannya tidak bisa berbohong bahwa dia tidak nyaman dekat dengan Bobby karena sudah tahu bahwa Maya menyukai Bobby.
Bobby juga merasakan perubahan sikap dari Yerin.
"Apa ada Masalah lain?" tanya Bobby karena melihat sesuatu yang aneh pada Yerin.
"Tidak," jawab Yerin dengan singkat.
"Jawab!" desak Bobby.
"Tidak ada, saya hanya merasakan nyeri pada kaki saya." Yerin memalingkan wajahnya ke arah luar kamar.
"Apa Joon berulah?" tanya Bobby seraya menarik dagu Yerin.
"Tidak! Ini bukan tentang aku dan Joon. Tapi tentang kamu dan Maya."
"Aku dan Maya?" Bobby mengulang ucapan Yerin.
"Iya!"
"Ada apa?" tanya Bobby semakin penasaran.
"Aku sudah tahu kalau dia suka sama kamu, dan aku tidak ingin menghalangi Maya yang ingin berjuang demi kamu."
"Itu masa lalu, sekarang kami hanya rekan kerja."
"Tapi bagi dia kamu tetap orang yang dia cintai."
"Baiklah, jika kamu tetap ingin seperti itu. lakukan! tapi aku tidak bisa suka sama dia." Bobby berdiri dan hendak pergi dari kamar Yerin.
"Aku akan keluar dari perusahaan." ucapan yerin menghentikan langkah kaki Bobby.
"Hanya karena Masalah ini kamu berhenti?"
"Oke, fine aku tidak akan melakukan apapun untukmu. Karena kamu suka mengambil keputusan sendiri. Dan menyimpulkan apapun sesuai dengan pikiran mu." Bobby pergi begitu saja.
Bobby pergi ke kamarnya dengan hati yang kesal. Dia memilih tidur dan tidak jadi mengajak Yerin membeli makan. Sedangkan Yerin membeli makanan melalui delevery order. Diapun mengetuk pintu kamar Bobby namun tidak ada jawaban.
Hingga sore menjelang Bobby tidak ada datang ke kamar Yerin. Yerinpun berinisiatif mengetuk pintu kamar Bobby namun tidak ada jawaban.
Hingga malam tiba Yerin masih terjaga menunggu Bobby keluar kamar atau Bobby datang ke kamarnya. Yerin mencoba sekali lagi untuk mengetuk pintu kamar Bobby namun tidak ada jawaban. Yerin menyerah dan memilih menunggu di kamarnya. namun tak lama kemudian ada suara mengetuk pintu.
Bruk...
Pintu yang baru di buka oleh Yerin di dorong oleh pria tak di kenal dalam keadaan mabuk dan setengah sadar.
"Maaf anda salah kamar kak," ucap Yerin pada pria itu. namun pria itu tetap berjalan mendekati Yerin. Yerin semakin ketakutan. Yerin hendak berlari keluar namun di tahan oleh pria muda itu. pintu di tutup oleh pria itu. Dan yerin di giring mundur oleh pria itu.
Yerin berteriak namun...
Plaaakk...
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Yerin. seketika Yerin shock dan terjatuh di hadapan pria itu.
"Jangan coba-coba teriak. atau aku akan membunuhmu!" ancam pria itu dengan narik dagu Yerin. dengan keras Yerin menghempaskan tangan pria itu dari wajahnya dan itu membuat pria itu marah seketika pria itu mendorong Yerin hingga terbentur dinding kamar Yerin.
Pria itu mulai mendekati Yerin dan menarik nya ke atas kasur. Yerin meronta menolak namun tenaganya kalah kuat dengan pria itu. Terlebih dia mulai merasa pusing dengan benturan keras di kepalanya.
"Bersikaplah manis, semua akan baik-baik saja." tangan pria itu mulai menyentuh wajah Yerin yang sudah terkapar di atas kasur. dengan gesit Yerin menepis tangan itu sehingga membuat topi pria itu terlepas.
Yerin seketika ingat bahwa pria itu adalah penghuni kamar yang ada di samping kamar Bobby.
Menerima penolakan beberapa kali membuat pria itu murka ia menindih tubuh yerin dan menarik paksa baju Yerin sehingga membuat kancing baju milik Yerin terlepas Yerin menutupi tubuhnya dengan bantal namun pria itu mencoba menarik bantal itu.
Yerin mendorong keras tubuh pria itu dengan sekuat tenaga dan berhasil menjatuhkan pria itu. Dan Yerin mulai berlari menuju pintu tapi lagi-lagi kaki Yerin di pegang oleh pria itu dan membuat Yerin terjatuh ke lantai Yerin masih mempertahankan tubuhnya agar tidak terlihat oleh pria itu.
Pria itu menindih kembali tubuh yerin dan menampar nya berulang kali agar Yerin melepaskan bantal yang ia peluk erat.
"Sampai kapan kamu bertahan," ucap pria itu dengan nada mengejek.
"Apa masalah anda dengan saya! Saya tidak mengenal anda!" Yerin menangis di bawah tekanan yang di beri kan pria itu.
Krak....
Baju Yerin di tarik oleh pria itu dan sobek membuat tubuh bagian samping terlihat hak itu membuatnya Yerin menangis.
Pria itu menggunakan sobekan baju Yerin untuk menutup mulut Yerin. Yerin semakin lemas karena pria itu menampar Yerin dengan keras membuat ujung bibirnya berdarah. Dan tenaga nya mulai habis.
***
Bobby yang baru saja pulang dari sebuah cafe melewati kamar Yerin. Ia ingin melihat keadaan Yerin namun dia urungkan karena dia masih kecewa dengan keputusan Yerin yang ingin keluar dari perusahaan hanya alasan Maya menyukainya.
Brakk...
Suara benturan dan barang jatuh terdengar keras saat Bobby hendak membuka pintu kamarnya. Hal itu membuat Bobby khawatir dan memilih mengetuk pintu kamar Yerin. Namun tidak ada jawaban.
Yerin sudah lemas dan sudah setengah sadar akibat di dorong ke dinding dan terkena meja di kamarnya.
Bobby membuka pintu kamar Yerin karena sudah tidak sabar ingin tahu apa yang sedang terjadi.
Jeglekk...
Pintu kamar terbuka karena tidak di kunci oleh pria misterius tersebut. Bobby melihat kamar Yerin berantakan. Dan Bobby mendapati orang asing ada di kamar Yerin.