Saat sesampainya di asrama yang telah disediakan oleh pihak manajemen, Bobby tidak melihat Joon. Ia mencari di sekeliling asarama namun ia tidak menemukan kan ke beradaan Joon.
"Jean, lu nggak lihat Joon?" tanya Bobby.
"Nggak," jawab Jean seraya melepas jaket dan sepatunya.
Saat Bobby dan Jean ngobrol, Coky dan jocky datang dan bergabung dengan mereka.
"Kalian lihat sikap anehnya Joon akhir-akhir ini ngga?" tanya Bobby pada ke tiga temannya.
"Emm..." Mereka saling beradu pandangan sebelum menjawab pertanyaan Bobby.
"Paling juga perkara pacarnya," cetus Coky dengan santai.
"Emang dia punya pacar?" tanya Jean dengan serius. Bahkan ia mendekatkan wajahnya ke arah Coky.
"Maksudku teman wanitanya. Apa kalian lupa kebiasaan Joon?" Cooky dengan santai berbicara dengan mengunyah makanannya.
"Kapan dia tobat," sahut jocky sembari mengambil Snack milik Coky.
"Kalau sudah bertemu pawangnya," sahut Coky.
"Sudahlah, dia sudah besar tahu batas-batasnya." Jean berdiri dan meninggalkan ketiga temannya yang masih berada di ruang tengah.
***
Disisi lain, Joon sedang membeli makanan untuk ke empat temannya, ia bersama asistennya membeli beberapa makanan. Ia bahkan membeli bahan makanan yang biasa mereka makan di rumah.
"Apa kau lelah?" tanya Joon pada asistennya yang membawa beberapa kantong berisi makanan dan minuman.
"Tidak, tapi kenapa anda membeli Inis sendiri? Bukankah bisa anda menyuruh salah satu dari kami?" tanya asisten Joon.
"Aku ada keperluan pribadi yang tidak mungkin kalian beli. Dan sekalian saya membeli makanan untuk para member."
"Heem," sahut Asisten Joon dengan patuh.
Joon memasuki sebuah toko coklat, ia pun membeli sekotak coklat. Namun ia tidak memberikannya pada asistennya. Setelah membeli coklat itu ia memilih pulang karena merasa sudah cukup semua.
"Apa barang pribadimu telah anda beli?" tanya Asisten Joon.
"Sudah, masuklah ke mobil," jawab Joon dengan santai.
Mobil melaju dengan kencang menuju asrama, dan tak butuh waktu lama untuk Joon sampai di Asrama. Sesampainya di halaman Asrama, Joon melihat Bobby sedang duduk di balkon lantai dua. Bobby pun melihat kedatangan Joon. Joon memasuki asrama dan menaiki tangga menuju tempat Bobby berada.
"Lu ngapain?" tanya Joon seraya menunjukkan sebuah kantong.
"Wah.... Lo tau aja kalau kita lapar," seru Bobby yang senang melihat kantong makanan.
"Mana yang lain?" Pandangan joon mencari keseliling ruangan.
"Pada mandi mungkin," sahut Bobby. Dengan semangat ia mengambil kantong berisi makanan yang di bawa Joon.
"Ya udah gue mandi dulu," ucap Joon seraya melangkah meninggalkan Booby yang sibuk membuka satu persatu kantong belanjaan Joon.
Sedangkan Joon membersihkan diri. Saat ia mandi sayup-sayup ia dengar usara Coky, Jean dan jocky mmbergabung dengan Bobby.
***
Di sisi lain, Yerin sedang melakukan telepon dengan Lusi, ibunya. Namun saat pembicaraan mereka sedang asik tiba-tiba,
"Tok.. tok.." suara ketukan pintu rumah Yerin.
"Bu, bentar ya kayaknya ada tamu," ucap Yerin pada ibunya.
"Oh iya, kalau begitu ibu matikan dulu telepon nya." Yerinpun mengangguk setuju.
'tok.. tok..." lagi-lagi suara ketukan pintu terdengar lagi.
"Ya... Sebentar," sahut Yerin seraya berlari kecil dan sedikit terpincang-pincang menuju pintu.
'jeglek' Yerin membuka pintu dan melihat sosok wanita berdiri membawa bunga dan sebuah kantong godiebag.
"Shima...," seru Yerin saat melihat sahabatnya berdiri di depan rumahnya.
"Kami ngapain malam-malam kesini?" tanya Yerin sambil menarik pelan Shima untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Maaf ya Rin, aku baru bisa jenguk kam," jawab Shima setalah ia berada di dalam rumah Yerin.
"Oalah, nggak apa-apa shim," sahut Yerin. Yerin mengajak Shima duduk di ruang tamu.
"Kamu sendirian?" tanya Yerin.
"Iya, aku baru pulang kerja terus kesini," jawab Shima.
"Ya udah kamu nginep sini aja, sudah lama juga kamu nggak nginep sini." Tiba-tiba Yerin memberi usul pada Shima yang telah lama jarang menghabiskan waktu bersama setalah pisah kantor.
"Tapi aku nggak bawa baju ganti Rin," ucap Shima.
"Udah sih, pakai baju gue aja," sahut Yerin dengan riang.
"Tapi..." Belum selesai Shima menjawab Yerin menarik Shima untuk ke kamarnya.
"Udah, Lo mau baju yang mana?" tanya Yerin setelah membuka lemari pakaiannya.
"Yang ini deh," Shima menujuk sebuah kaos yang di beli Yerin bersamanya.
"Oke, sekarang Lo mandi. Gue mau bikin makanan buat kita."
"Nggak usah, ntar gue aja yang bikin. Tadi gue bawa makanan juga kok."
"Oke." Yerin memberikan acungan jempol ya pada Shima.
Shima pergi membersihkan diri, sedangkan Yerin membuat minum untuk mereka berdua. Mereka bersahabat sejak pertama kali Yerin datang ke kota, mereka melamar pekerjaan di kantor yang sama. dan mereka di terima di bagian yang sama. Namun karena mereka berpisah karena Yerin harus pindah bagian di kantor berbeda. Namun mereka tetap berkomunikasi baik.
'trrrrt.... Trrtttt' ponsel Yerin bergetar saat Yerin membuat minum untuk Shima. Yerin menolak panggilan itu dengan menekan tombol merah pada layar ponselnya.
'ttrrrrrt... Trrrrt' lagi-lagi ponsel Yerin bergetar, panggilan dari nomor yang sama tertera pada layar ponsel Yerin. Dan untuk kedua kalinya Yerin menolak panggilan itu.
"Tu orang nggak ada kerjaan kali ya," gumam Yerin seraya mengaduk minuman di atas meja.
"Kalau saja gue nggak janji buat ketemu dia hari Minggu, bakal gue blokir sekarang. Ganggu banget." Yerin masih ngedumel kesal. Ia membawa kedua gelas itu kekamarnya. Dan saat bersamaan Shima keluar dari kamar mandi.
Mereka tertawa bersama saat melihat Shima memakai baju yang mereka beli bersama saat gaji pertama.
"Hahahha, Kok masih muat itu baju." Yerin menjinjing kaos yang di kenakan Shima.
"Emang nggak muat di badan Lo?" tanya Shima.
"Muat sih, tapi aja soalnya aku agak gemukan."
"Tapi bagus gitu, Lo tambah cantik badan juga makin bagus," puji Shima.
"Ah jadi malu," ucap Yerin sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
'trrrt.... Trrttt' saat sedanga Sik bercanda, ponsel Yerin bergetar lagi dan tertera nomor yang ia berikan nama "aneh" dan yerinpun menolak panggilan itu.
"Kenapa di tolak?" tanya Shima.
"Biasa orang iseng dari kemarin," jawab Yerin dengan santai dan meletakkan kembali ponselnya.
"Blok aja sih kalau ganggu," ucap Shima.
"Iya ntar aja." Yerin enggan memberi tahu Shima tentang rencananya hari Minggu
Mereka melewati malam itu dengan bahagia. Walaupun disela-sela pembicaraan mereka telepon dari nomor misterius itu tetap meneleponnya. Dan Yerin tetap menolak untuk kesekian kalinya. mereka berdua memiliki kesamaan dalam makanan dan hobi. Bahkan idola mereka sama hanya saja Shima lebih suka kepada Jean dan Bobby. Dan mereka selalu membeli pernak-pernik tentang mereka. Hal itu membuat mereka berdua selalu di anggap adik kakak oleh rekan kerja yang lain. Apa yang di pakai Yerin selalu di miliki oleh Shima.