Chereads / Yakin Karena Istikharah / Chapter 1 - Kamar Tamu

Yakin Karena Istikharah

Ririnby
  • 162
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 105.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kamar Tamu

Malam yang dingin disertai hujan dan angin, di sana di dalam kamar, ada pemuda yang tidur terlelap.

Mendengar suara azan subuh berkumandang dan segera mengangkat badan, di kakinya terasa berat, ia kembali duduk dan menyadarkan diri. Ia beranjak sambil mengucek mata yang masih lengket. Matanya terbuka lebar dan terkejut. Dia kembali memastikan apa yang dilihatnya.

Plakkk!

Dia menampar pipinya setelah yakin, ada gadis yang tidur di sampingnya. Dengan kaos oblong berwarna putih dan celana sedengkul, kulit putih dengan rambut yang hitam.

"Astagfirullah!!!" teriak pemuda itu dengan syok, seketika membangunkan gadis itu.

"A ...." teriakan super mengguncangkan. Ia segera memukul sang pemuda, pemuda terbebas dan turun dari ranjang, sambil memegang dadanya yang terguncang dengan hebatnya, sungguh kejadian tidak terduga.

"Nga" Gadis itu menutup semua badanya dengan selimut.

"Ada apa?" Datang laki-laki paruh baya, dengan ngos-ngosan, tiba-tiba matanya membulat. Ia terkejut. "Danisa ..." panggil pria paruh baya yang ternyata ayah dari sang gadis, betapa syok seorang ayah yang melihat putrinya tidur bersama tamunya.

"Rahasiakan ini aku tidak ngapa-ngapain Ayah ..." ujar gadis itu yang masih sembunyi dan hanya terdengar suaranya. "Maaf Bang aku ngigo, ini tidak di sengaja," imbuhnya bangun dengan membawa selimut tebal, dan pergi begitu saja sambil membawa selimut.

"Aku malu ... apakah ini dosa, ini tanpa kesadaran. Apa ini dosa besar? A ..." teriak lagi gadis itu, yang bernama Danisa.

Sementara di dalam kamar, terlihat pemuda itu masih terguncang. Ia memijat keningnya. "Astagfirullah ..." gumamnya gelisah penuh ketakutan.

"Farhan. Kita bahas nanti sekarang solat dulu," ujar ayah sang gadis. Pemuda bernama Farhan mengangguk.

Farhan terpaksa mandi besar karena dia yakin mengeluarkan cairan cinta, ia merasa berdosa. Setelah itu ia solat namun tetap dalam kegelisahan. Ia tidak tenang dan terus beristigfar sampai terbit mentari pagi.

"Ya Allah apa yang aku lakukan, mungkin saja tanpa sadar aku sudah menyentuhnya, walaupun aku tidak melakukan, namun tadi malam aku begitu pulas, dan aku ingat memeluk sangat erat dan hangat." Farhan bangun dan memastikan bantal guling.

"Hah ... bukan begini, rasanya berbeda, ini terlalu empuk, kenapa tadi malam aku sangat lelap, hingga tidak sadar akan kehadirannya, apa aku memeluknya, mencumbunya. Ha .... Estt gadis itu. Astagfirullah ... niat nginap agar besok pulang, malah mendapat masalah. Aku harus bagaimana?" gumam Farhan merasa frustasi dengan semua pertanyaan yang mengganggu otaknya. Dalam kegelisahan dan kebingungan.

"Aku bingung begini, aku begini karna aku takut akan dosa kepada Engkau." Pemuda itu melakukan istikharah lewat Al Quran. Dia merasa dirinya najis, namun karena ketidaksenggajaan dia meyakinkan dirinya.

Setelah membaca hadiah surat Fatihah, untuk baginda Nabi Muhammad SAW, ia juga mengirim hadiah Fatihah kepada waliyullah Syekh Abdul Qodil Al-Jailani. Dan yang terakhir nama Danisa. Setelah itu ia membuka Al Quran secara acak. Membalik 7 lembar lalu dihitung

"Maka wanita-wanita yang salehah, ialah yang taat (kepada Allah dan kepada suami) lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." [An-Nisa: 34].

"Aku mengambil keputusan. Bismillahirrohmanirrohkim." setelah mendapat jawaban dari istikharah Al Qurannya. Farhan memutuskan. Ia melipat sajadahnya, dengan baju kebesaran milik ayah sang gadis.

Farhan menghela napas, terlihat sangat tampan. Pemuda ini memang sangat tampan dan keren, apalagi dengan tatapan yang mempesona dari kedua indra lihatnya.

"Dokter Ayub," panggil pemuda itu dengan merunduk malu.

"Iya. Sini duduk, lupakan saja kejadian tadi," titahnya, Farhan duduk di sofa panjang.

"Maaf, tidak bisa seperti itu. Saya merasa berdosa, jika di izinkan." Farhan diam sejenak rasa deg-degan diperangi olehnya. Mengatur kata-kata dalam hati.

"Bismillah saya berniat meminang putri Dokter." Dengan keberanian dan berbicara sangat cepat Farhan meminta itu. Betapa terkejut dokter itu, terbelalak lalu Ia tertawa karena dikira hanya bercanda.

"Ha haha. Kamu ini adiknya temanku, Anak muda, santai semua itu tidak sengaja. Tidak terjadi apa-apa. Aku yakin, kau juga temanku. Jadi tenang."

"Saya bersungguh-sungguh, saya tidak bisa diam ketika tau saya sudah seranjang dengan gadis, saya harus menjaga kehormatannya. Kami memang masih sangat muda, banyak alasan saya dengan memberanikan diri untuk meminang putri dokter. Kejadian tadi malam sangat hening dan dingin, saya tidak tau apa yang sudah saya lakukan. Walau tanpa sengaja, mungkin ini jalan dari Allah juga. Saya sangat gelisah dan takut akan dosa. Saya sudah bertafakur dan meminta petunjuk Allah. Jawaban dari isyarah Al Quran adalah kebaikan. Maka saya memutuskan untuk meminang putri Dokter." dengan keyakinan penuh Farhan melontarkan niat baiknya.

"Walau tanpa cinta?" tanya Dokter.

"Menurut saya cinta akan datang dengan terbiasa. Namun semua atas izin dari Dokter," tutur Farhan berbicara sangat sopan dan tegas.

"Bagaimana dengan cita-cita kamu?" tanya Dokter Ayub menatap Farhan yang masih menekuk leher memandang kebawah.

"Jika di izinkan dan setelah menikahi Danisa, saya bisa menyusun rencana. Menjadi pilot, atau menjadi arsitek, atau yang lainnya. Namun semua juga saya kembalikan ke Danisa. Jujur saja saya memang belum ada rasa untuk Nisa," ujar Farhan mengakui perasaannya. Dokter Ayub menatapnya tidak menduga jika pemuda yang usianya baru sembilan belas tahun berani mengambil komitmen.

"Namun saya sangat-sangat takut akan dosa. Izinkan saya menebus tanggung jawab. Karna bisa saja tadi malam tanpa kesadaran saya sudah menodai putri Dokter," ucap Farhan yang kemudian memberanikan diri melihat Dokter Ayub. Dokter Ayub dalam kebimbangan.

'Melepas Farhan pasti saya akan kehilangan. Sosok teman dan pemuda yang cermat. Dengan ini siapa tau Allah SWT. Memberi kebahagiaan untuk Danisa. Dia pemuda yang cerdas dan takut akan sedikit saja kesalahan. Aku percaya kepadanya.' pikir Dokter Ayub sambil memainkan jari-jemarinya.

"Tindakan saya memang sangat mengejutkan. Dan saya tau, saya masih harus belajar banyak hal Dok. Menikah muda menurut saya bukan kesalahan besar, malah bisa mencegah dari nafsu dan sahwat dari berpacaran yang belum pasti. Jika ada ikatan saya yakin dan berusaha agar dapat melindungi diri dengan landasan janji suci. Dan sama-sama belajar saling menyayangi. Semua butuh proses, maaf jika saya lancang,"

"Pernikahan bukanlah hal untuk coba-coba Han," ujar Dokter Ayub berniat agar Farhan berfikir lagi. Farhan terdiam dan memantapkan hati. "Bagaimana jika Nisa tidak bisa jatuh cinta. Kini usianya masih 17. Dia menginginkan banyak hal, yang belum aku kabulkan. Ingin mondok dan travelling ke Mesir dan Palestin. Aku berjanji akan mengabulkan di usia 18 tahun. Tolong difikirkan lagi. Dan aku akan bertanya kepada Nisa. Banyak kekhuwatiran yang bergejolak. Karena aku adalah ayah, aku percaya kamu pemuda yang memiliki amanah penuh. Namun, aku tidak bisa membiarkan putriku menikah dengan pilihanku. Aku dulu terjebak pernikahan karena diperjodohkan. Jodoh tidak pernah salah, namun biduk rumah tangga tanpa cinta hanya akan saling menyakiti. Aku akan bertanya pada Nisa," jelas dokter Ayub.

"Saya mengerti Dok. Kalau begitu saya pamit, saya harus pulang ke Desa. Jika Dokter sudah mendapat jawaban dan Nisa juga setuju. Lalu mendapat petunjuk baik dari Sang Ilahi mohon hubungi saya, karna saya yakin tidak ada kesalahan dari petunjukNya. Namun jika pentunjuk istikharah Dokter dan Nisa tidak baik tentang saya, tidak perlu mengabari saya. Assalamualaikum." Farhan pergi dengan bersalaman dengan rasa hormat ia mencium punggung tangan Dokter Ayub.

'Pemuda yang memikat hati, penuh dengan ketaqwaan. Tanpa rasa takut akan salah. Dia percaya akan kekuasaan Engkau ya Rob. Aku akan sangat bahagia jika Nisa berkenan menikah dengannya. Namun semua butuh isyarah dariMu ya Rob.' batinya yang terkesima dengan pemuda berparas tampan itu.

Bersambung