Hari ini Aqil terbangun di pagi buta karena rasa gelisah yang melandanya secara tiba-tiba. Ia bangkit dan memandang dirinya di cermin. Hari ini, di detik ini pula, warna matanya berubah menjadi, emas.
Warna itu pernah muncul sekali, tepat pada hari di mana Aqil kehilangan jari kelingkingnya.
Akan tetapi, sesuatu yang aneh terjadi.
"Loh?"
Mata emas bocah kurus itu tiba-tiba berpendar cerah, dan tak lama kemudian, ada semacam kabut cahaya keemasan yang muncul dan berkumpul di telapak tangan kanannya, dan dalam waktu singkat cahaya itu mulai memanjang dan berubah bentuk menjadi seperti sebuah tombak emas yang bersinar terang.
Meskipun tombak itu tercipta dari cahaya, tapi Aqil benar-benar merasa seperti sedang memegang suatu tongkat yang amat ringan di tangannya, dan parahnya lagi, ia sama sekali tak bisa melepaskan tombak itu dari genggamannya.
Bukannya tombak itu melengket atau apa, hanya saja ia memang tidak bisa melepaskannya. Ia sungguh tidak bisa melepasnya, seolah-olah tombak itu dan tangannya, adalah satu hal yang sama.