Warna mata Aqil hari ini adalah, merah, warna yang bisa dibilang sangat jarang muncul sebenarnya, dan dia juga tidak terlalu menyukainya, karena bocah kurus itu selalu merasa kepanasan setiap kali itu terjadi. Panas yang seperti terbakar.
Kala itu, bocah berambut gondrong itu sedang berjalan-jalan sendirian di sawah di lorongnya untuk menikmati senja. Angin lembut bertiup tanpa henti, sementara matanya yang sayu terpaku pada matahari terbenam di ufuk barat.
Aneh sekali, pikirnya. Dunia ini seakan makin terlihat lebih berwarna semenjak ia mengenal keajaiban. Tepatnya sejak enam hari yang lalu. Atau itu cuma perasaannya saja? Semuanya terlalu ajaib sampai-sampai tak bisa dijelaskan oleh kata-kata.
Akan tetapi, di tengah-tengah suasana yang sendu nan damai kala itu, mata Aqil tiba-tiba terbuka sangat lebar dan nafasnya tertahan, karena saat ini, ada suatu pemandangan yang amat ganjil yang terjadi tepat di depan matanya.
Di kejauhan, Aqil bisa melihat siluet bayangan aneh yang terbang di angkasa. Sosok reptil bersisik merah, dan memiliki sepasang sayap yang lebar nan megah, juga bertubuh raksasa layaknya sebuah gunung.
Seekor naga.
Naga itu tampaknya terbang menuju ke arah Aqil—tidak, makhluk itu tidak tertarik dengan Aqil.
Naga itu turun dari langit dengan perlahan dan mendarat di suatu daerah lapang yang di dekat sebuah pondok kecil di tengah sawah yang tak jauh dari tempat Aqil.
COMING SOON.