"Gue mau ngomong sebentar, boleh?"
Bima tersenyum tipis dan menatap Luna dengan tulus, berharap kalau gadis di hadapannya mau berbincang sebentar dengannya.
Ragu-ragu Luna mengangguk. "Boleh, Bang. Eh, Kak, anu ... Bang. Eh, Kak Bima!"
Gadis itu bingung harus memanggil Bima dengan sebutan apa, namun ia juga terlanjur memanggil dengan sebutan 'abang'.
'Sok akrab banget gue, njir!' batin Luna kesal pada dirinya sendiri.
"Panggil senyaman lo aja."
Setelahnya, Bima berkata kalau ia ingin mengobrol di perpustakaan dekat koperasi. Awalnya Luna takut obrolannya lama, jadi ia berkata kalau mungkin bisa nanti seusai sekolah mengobrolnya.
"Nggak apa-apa, bentaran doang, kok." Bima masih kukuh pada pendiriannya.
Akhirnya Luna pun mengangguk pelan dan mulai berjalan kembali menuju koperasi, hendak membeli bolpen terlebih dahulu. Bima mengikutinya dari belakang, membuat beberapa pandangan mata terpaku pada mereka.