Chereads / ISTRI TUAN MUDA NIELS / Chapter 2 - BAB 2

Chapter 2 - BAB 2

ISTRI TUAN MUDA NIELS  BAB 2.

"Suami? Barusan Calista menyebutku suaminya?"

Rasa tak percaya menyelimuti diri Keandre. Hatinya seperti dimekarkan oleh bunga-bunga yang indah.

"Asisten Leon ! Apa yang kau lakukan sebenarnya? Bagaimana bisa kau membiarkan Keandre melewatkan waktu sarapannya?!" marah Calista.

Calista menyalahkan Leon sang asisten pribadi Keandre yang sedari tadi berdiri di samping tuannya itu.

"Ha, saya…" Leon terdiam tak dapat menjawab apapun.

"Keandre, kelak kau tidak boleh melewatkan jam makanmu," kata Calista mencemaskan suaminya itu.

"Ada apa dengan dirinya saat ini? Apa ini rencananya untuk melarikan diri lagi?" batin Keandre.

Jika membayangkannya, hati Keandre begitu merasa sangat sakit. Sebelumnya, entah sudah tak terhitung berapa kali Calista melarikan diri dari perjodohan mereka.

Calista sangat menentang perjodohan kedua keluarga ini. Wanita ini selalu saja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan ini.

"Calista!" teriak Keandre.

Dia menarik tangan kanan Calista untuk mendekat padanya.

"Apa kau berencana untuk melarikan diri lagi?!" ujar Keandre dengan tatapan nanar.

"Jangan berharap kau bisa lari dariku lagi!"

Tatapan mata tajam Keandre begitu menakutkan. Siapapun yang menatapnya, tentu pasti akan memohon ampun padanya.

"Tidak, tentu saja tidak." Calista langsung membantah.

"Aku sekarang sadar, aku seharusnya tidak melarikan diri dari perjodohan ini. Aku sangat menyesal, dan sekarang aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi," ujar Calista dengan penuh ketulusan.

Wanita berbaju biru langit itu begitu sangat menyesal dengan kehidupan lampau. Kini Calista mendapat kesempatan kedua, dia pasti akan memanfaatkannya dengan sangat baik.

"Keandre… maaf. Sebelumnya aku bersikap kekanak-kanakan. Tapi sekarang aku tidak akan lari lagi dengan tanggung jawabku. Aku ingin berusaha menjadi istri yang baik untukmu," sambung Calista.

Dia menyentuh lembut pipi suaminya itu. Calista memandang Keandre dengan penuh cinta dan ketulusan.

"Benarkah?" Keandre masih tidak percaya.

"Iya." Calista mengangguk.

Wanita itu membungkuk dan mendekatkan wajahnya kepada suaminya itu. Sebuah kecupan manis di pipi mendarat di wajah Keandre.

"Calista…."

Keandre membulatkan kedua matanya. Apa yang sebenarnya tengah ia rasakan sekarang.

"Aku harap ini bisa membuatmu percaya padaku," kat Calista dengan manis.

Eh…

Keandre menarik pinggang Calista dan langsung duduk di pangkuannya.

"Berjanjilah, jangan pernah meninggalkanku lagi," ucap Keandre.

"Aku berjanji," jawab Calista sepenuh hati.

Sekarang dalam dirinya sangat yakin dengan pilihannya itu. Kehidupannya yang dulu, telah banyak memberikan ia pelajaran yang sangat berharga.

Pria yang dulu pernah Calista cintai, ternyata dialah yang membawa kematian bagi dirinya sendiri.

Sementara itu, tunangannya sedari kecil Calista benci, pria itulah yang rela berkorban nyawa demi dirinya.

"Jadi sekarang… bisakah kau lepaskan aku. Kapan kita akan sarapan jika seperti ini?" gugup Calista.

"Tidak!" tolak Keandre.

Pria itu malah semakin menggenggam erat pinggang Calista. Keandre tidak mengizinkan istrinya itu untuk menjauh.

"Berikan aku kompensasi karena telah menunggumu dari tadi," ujar Keandre.

Sepertinya dia mengharapkan sesuatu dari Calista. Entah Calista mengerti atau tidak maksud dari suaminya itu.

"Apa seperti ini?" tanya Calista.

Hmmm….

Calista mencium bibir Keandre dengan lembut. Ini pertama kalinya ia mengambil inisiatif terlebih dulu.

Kedua mata Keandre semakin membulat saja. Lagi-lagi ia masih tak percaya dengan perubahan sikap dari istrinya itu.

"Baiklah, aku ingin sarapan sekarang." Calista berdiri setelah genggaman tangan Keandre akhirnya mengendur.

Dia langsung duduk di kursi meja makan dan menyiapkan makanan untuk sarapannya sendiri.

"Calista… dia baru saja menciumku?" pikiran Keandre begitu kacau campur aduk. Itu semua karena perbuatan istri cantiknya itu.

"Aku harap nona Calista tidak melanggar janjinya itu. Sangat berbahaya jika bagi tuan muda jika nona Calista meninggalkannya lagi," harapan dalam batin Leon.

"Tidak masalah niatmu tulus atau tidak. Aku tetap tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari hidupku," dalam hati Keandre.

Setelah selesai sarapan.

"Keandre, bisakah kau mengizinkan aku keluar sebentar? Aku ingin pergi ke perusahaan Ayahku," ungkap Calista.

Dia ingin meminta izin suaminya untuk pergi keluar. Karena biasanya Keandre selalu melarang Calista untuk keluar setelah memasuki kastil megahnya itu.

"Tidak!"

Inilah jawaban mutlak yang terdengar di telinga Calista. Sebuah penolakan keras.

"Kau pasti akan melarikan diri lagi! Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari kastil ini!" tegas Keandre.

Tidak ada alasan yang bisa membuat Keandre mengizinkan Calista untuk keluar rumah. Sekali masuk, tidak akan ada jalan keluar lagi.

"Keandre, ku mohon. Aku hanya pergi ke perusahaan Kay group. Itu tidak akan lama. Tolong izinkan aku untuk pergi…" mohon Calista.

Dia sangat berharap mendapatkan izin dari Keandre untuk pergi keluar. Calista ingin memastikan sesuatu di perusahaan Ayahnya itu.

"Tidak!" jawab tegas Keandre.

Keputusan pria ini tidak bisa diganggu gugat.

"Dulu jika aku menghadapi sikap dingin Keandre, aku pasti marah besar dan berusaha untuk kabur darinya," batin Calista.

"Tapi sekarang…"

Calista langsung duduk memohon di depan Keandre.

"Aku janji tidak akan lama. Kau bisa menyuruh orang untuk mengantarku kesana," kata Calista dengan memohon.

"Aku tahu kau tidak akan percaya denganku, tapi bisakah kau percaya denganku kali ini?"

Raut wajah Calista penuh dengan ketulusan. Wanita ini benar-benar serius dengan janjinya itu.

"Aku percaya padamu. Tapi aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi keluar dari kastil ini," ujar Keandre.

Keandre begitu kekeh dengan pendiriannya. Dia sangat takut jika istrinya itu akan pergi meninggalkannya lagi.

"Membujuk pria ini benar-benar sulit. Sifat posesifnya ini harus diubah dari sekarang," gerutu dalam hati Calista.

"Baiklah. Kau bisa menemaniku jika kau tidak percaya," kata Calista sambil bangkit dari duduknya.

Memang sangat sulit membujuk pria yang duduk di kursi roda itu.

"Keandre, aku tahu sebelumnya aku selalu kabur darimu. Aku membuat banyak kesalahan, tapi kali ini tidak lagi." Calista berharap sangat besar untuk bisa keluar kali ini.

"Wanita ini! Apa dia membujukku agar bisa melarikan diri?" hati yang tak yakin dalam diri Keandre.

"Baiklah, kau bisa pergi keluar. Tapi biarkan Gino menemanimu."

Akhirnya Keandre memberikan izin. Dengan syarat, Calista harus pergi dengan salah satu pengawal kepercayaannya.

"Benarkah?! Terima kasih Keandre!" Calista begitu bersemangat.

"Aku akan ke kamar untuk bersiap."

Calista langsung pergi dengan perasaan gembira. Akhirnya ia diizinkan keluar oleh suaminya itu.

"Tuan muda, sebenarnya anda tidak mengizinkan nona untuk pergi, kan?" tanya Leon si asisten.

"Ini pertama kalinya ia terlihat begitu tulus, jawab Keandre.

"Tapi jika dia memang berniat untuk melarikan diri lagi, aku tidak akan pernah membiarkannya! Walau hanya selangkah!"

Tatapan mata yang begitu menyeramkan dari Keandre.

"Perintahkan Gino untuk mengawasi Calista. Jangan biarkan wanita itu untuk kabur lagi!" perintah Keandre.

"Baik tuan muda." Leon menerima perintah.

"Calista, di kehidupan ini kau adalah milikku! Tidak akan ku biarkan kau pergi lagi!"

Penasaran kelanjutannya?

Baca juga bab selanjutnya ya.