Chereads / Istri Di Atas Kertas / Chapter 8 - Andre's Heartbreak

Chapter 8 - Andre's Heartbreak

Pov Author

Kini Andre dan Sofyan sudah ada di tempat tongkrongan mereka. Sebelum bicara panjang lebar, mereka memesan minuman terlebih dulu. Mereka sengaja mencari tempat yang agak menyudut agar tak menjadi perhatian pengunjung yang lain.

Setelah minuman datang, mereka pun meminumnya namun tak sampai habis, masih ada sisa banyak. Setelah cukup lama berdiam diri, barulah mereka membuka suara.

"Dre, kamu mau nikah ya?" tanya Sofyan.

"Kamu tau dari mana?" tanya balik Andre. Sejujurnya ia sedikit kaget, pasalnya ia tidak memberitahu sahabatnya lalu bagaimana ia bisa tau kalau dirinya mau nikah.

"Calon istrimu, sahabat adikku bahkan mereka sudah seperti saudara. Aku juga sudah bertemu dengan Zahra kemarin saat mengantarkan undangan ke rumahku," jawab Sofyan jujur.

"Oh, syukurlah kalau kamu tau," ucapnya santai.

"Kog kamu gitu? Biasanya juga kan kalau ada apa-apa  kamu bilang sama aku, bahkan ini kamu mau nikah, kamu gak ngasih tau aku atau kamu juga gak berniat buat ngundang aku ke pernikahanmu nantinya?" tanya Sofyan lagi.

"Buat apa cerita sama kamu, emang kamu bisa bantu aku? Lagian juga kamu pasti sudah tau bukan dari Zahra kalau aku dan dia di jodohkan, bukan nikah karena cinta. Kamu juga tau aku punya pacar. Terus buat apa aku ngundang kamu, pernikahannya ini hanya sebuah paksaan bukan karena aku mencintainya, aku rasa aku tak perlu mengundangmu karena aku sendiri bahkan sebenarnya tak niat untuk menikahinya," sahut Andre sok acuh tak acuh.

"Kenapa kamu tak menolaknya Dre, kalau kamu memang tak mencintainya?" tanya Sofyan luluh, ia tau bahwa Andre pasti berada dalam kesulitan saat ini, terlihat dari raut wajahnya yang tak bersahabat.

"Apa aku bisa untuk menolaknya, sedangkan papa mengancamku, jika aku menolak perjodohan ini, maka aku tidak akan pernah di anggap sebagai putranya lagi bahkan papa dan mama juga mengatakan aku ini anak durhaka karena tak mau menuruti keinginan mereka. Terlebih semua harta yang mereka punya yang seharusnya jatuh ke tanganku malah akan mereka wariskan buat panti asuhan, padahal aku juga ikut andil dalam membesarkan Perusahaan MI. Aku berharap bahwa Zahra lah yang menolak perjodohan ini, hanya dia harapan terbesarku. Tapi apa? Dia malah menerima perjodohan ini, harapanku langsung musnah seketika. Dan mau gak mau pernikahan ini akan tetap di lanjutkan walau aku sangat tak menginginkan perjodohan ini," balas Andre mengungkapkan perasaannya.

"Zahra pun juga sebenarnya tak setuju dengan perjodohan ini, Dre. Ia masih sangat muda, ia masih ingin mengejar karirnya. Tapi ia pun sama seperti kamu, tak bisa menolak permintaan kedua orangtuanya. Sebenarnya kalian berdua adalah korban keegoisan orang tua kalian," ungkap Sofyan.

"Entahlah aku bingung. Andai Alana mau aku ajak kawin lari, sayangnya dia tak mau. Aku benci, benci dengan takdirku yang seperti ini. Kenapa bukan Alana yang menjadi jodohku, kenapa harus wanita yang bahkan tak ku kenal. Padahal aku dan Alana sudah menjalin hubungan cukup lama, kenapa harus berakhir seperti ini," keluh Andre.

"Ya, andai aku ada di posisimu pun aku juga bingung. Tapi kamu juga tak bisa menyalahkan Zahra Dre karena dia juga melakukan ini demi orangtuanya, bukan karena keinginannya," nasihat Sofyan karena bagaimanapun adiknya sudah mewanti-wanti dirinya untuk menasehati sahabatnya agar tak menyakiti Zahra.

"Aku tak tau, aku benar-benar tak tau. Bahkan aku bingung bagaimana cara memperlakukan Zahra setelah aku menikah dengannya," tukas Andre

"Mungkin kamu harus mencoba untuk berdamai dengan takdirmu Dre, kadang kan apa yang menurutmu baik, belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya, apa yang menurutmu tidak baik, bisa jadi itu yang terbaik menurut Allah. Mungkin memang Zahralah jodoh yang terbaik untuk kamu," tutur Sofyan.

"Entahlah Yan, untuk saat ini aku hanya bisa diam dan memikirkan ke depannya harus bagaimana," balas Andre.

"Terus hubungan kamu dengan Alana gimana?" tanya Sofyan.

"Ya hancur. Tapi aku masih tetap menjalani hubungan dengannya, awalnya sih dia ingin mengalah dan membiarkan aku bersama Zahra bersatu. Tapi aku mengancamnya, aku akan bunuh diri jika dia terus mengatakan ingin mengakhiri hubungan ini. Kamu tau sendiri Yan, aku cinta banget sama Alana lalu bagaimana mungkin aku bisa berpisah dengannya sedangkan bagiku, dia adalah separuh hidupku. Kehilangan dia sama seperti aku kehilangan separuh hidupku," curhat Andre.

"Tapi apa kamu gak kasihan sama Alana Dre, jika kamu menikah dengan Zahra, maka Alana akan di anggap sebagai pelakor, dia akan di anggap sebagai orang ketiga dalam hubungan kalian. Mereka tak akan mau tau kalau kamu dan Alana adalah sepasang kekasih yang bahkan sudah menjalin hubungan bertahun-tahun. Yang mereka tau, Alana adalah perusak rumah tangga kamu dan Zahra. Selamanya Alana akan di cap sebagai pelakor orang semua orang. Sedangkan Zahra, dia juga akan merasa di khianati. Bagaimanapun setelah kamu dan Zahra menikah, baginya kamu adalah miliknya, suaminya, imam bagi dia. Dan tak ada seorang istri yang rela melihat suaminya masih menjalin hubungan dengan pacarnya, apapun alasannya," ucap Sofyan yang terus menasehati sahabatnya agar tak salah langkah dan nantinya akan berakhir menyakiti dua orang wanita sekaligus.

"Terus aku harus bagaimana, melepaskan Alana begitu saja, sedangkan hati dan cintaku sepenuhnya jadi milik dia. Jika aku kehilangan dia dan membiarkan dia bersama laki-laki lain, itu sama halnya dengan membunuhku secara perlahan. Kamu gak akan tau apa itu cinta, karena kamu belum menemukan wanita yang kamu cintai. Jika kamu menemukannya, mungkin kamu bisa mengerti apa yang aku rasakan saat ini," ujar Andre frustasi karena sahabatnya seperti ingin mengingatkan bahwa mempertahankan Alana adalah sebuah kesalahan.

"Terus apa kamu tega jika nantinya, wanita yang kamu cintai di hujat habis-habisan oleh semua orang karena menjadi seorang pelakor? Apa kamu tega membiarkan itu terjadi Dre? Belum lagi perasaan Zahra yang harus kamu jaga, karena tak mungkin bukan, kamu terus melukai hatinya dengan mempertahankan wanita lain untuk tetap berada di sisimu?" tanya Sofyan dan itu benar-benar membuat Ande kesal.

"Sudahlah jangan membahas ini, biar ini jadi urusanku. Jangan buat kepalaku seperti mau pecah karena memikirkan masalah ini terus-menerus," balas Andre yang merasa kepalanya mulai kening. Sofyan yang mengerti akhirnya tak lagi membahas masalah Alana dan juga Zahra.

Sofyan mencoba untuk membicarakan hal lain yang membuat Andre lupa akan masalahnya. Sofyan tau, sebagai orang luar dirinya hanya bisa menasehati saja. Andai ia ada di posisinya Andre pun, belum tentu ia bisa dan mampu menjalani semua ini.

Andre dan Sofyan pun membicara tentang kebersamaan mereka dulu, tentang masa-masa saat mereka masih kuliah dan tak memikirkan hal-hal yang berat seperti ini, hingga tak terasa mereka sudah hampir dua jam di kafe.

Lalu Sofyan pun pamit pulang karena Anna sudah chat dari tadi dan memintanya untuk segera pulang. Sedangkan Andre masih bertahan di kafe tersebut karena mau pulang pun rasanya sangat malas.