Pov Author
Andre pergi ke rumah sakit, ya saat ini Alana di rawat di rumah sakit, sebenarnya Andre berjanji akan menemuinya kemarin tapi apalah daya, ia tak bisa keluar karena terus di pantau oleh kedua orang tuanya. Jadi ia hanya bisa menemaninya lewat chat saja.
Sesampai di rumah sakit, ternyata disana ada kedua orangtuanya Alana.
"Assalamualaikum, Om, Tante," sapa Andre ramah.
"Waalaikumsalam. Kenapa baru datang?" tanya Pak Andi, Papanya Alana.
"Maaf, Om. Aku dari kemarin gak bisa pergi kemana-mana," jawab Andre gugup.
"Kalau bukan karena anakku sakit, sejujurnya aku tak sudi bertemu kamu lagi apalagi memintamu datang ke sini menemui Alana. Gara-gara kamu, hidup Alana hancur. Bahkan dia hampir kehilangan nyawanya karena kamu," cecar Pak Andi yang merasa kesal, ia merasa anaknya di permainkan. Di pacari bertahun-tahun tapi tak kunjung di nikahi, malah nikah sama orang lain.
"Sudah, Pa. Sabar. Kasih waktu mereka berdua untuk ngobrol, kita keluar dulu ya," tutur Bu Alia, Mamanya Alana. Ia berusaha menenangkan suaminya, agar tak terjadi keributan di rumah sakit.
"Dre, kamu bicara dulu sama Alana ya, selesaikan masalah kalian baik-baik. Dan kamu Alana, jika kamu gak bisa menjauh dari Andre, cari solusi terbaik. Jangan sampai hal seperti ini terulang kembali," imbuh Ibu Alia sambil menatap Andre dan Alana bergantian. Sejujurnya ia sama kesalnya dengan sang suami, melihat Andre ingin rasanya ia menamparnya dengan keras. Ia tak tega melihat putrinya, di buat seperti ini.
Dulu ia menyayanginya, karena ia berfikir Andre akan menikahi Alana suatu saat nanti. Gak taunya setelah 10 tahun pacaran, malah di tinggal pas lagi sayang-sayangnya. Apa gak keterlaluan tuh. Orang tua mana yang rela melihat putrinya di perlakukan seperti ini. Tau gitu, ia akan menyuruh mereka putus dari dulu aja agar putrinya bisa membuka hati untuk orang lain. Bahkan dirinya pun bisa mencarikan jodoh terbaik buat putrinya. Banyak anak dari sahabatnya yang menginginkan menjadi menantunya, siapa yang bisa menolak kecantikan dan kecerdasan dari putrinya, Alana Safa Septhiani Wibowo. Pinter masak, iya. Cantik, iya. Setia, iya. Sarjana dengan IPK tertinggi, iya. Bahkan kini ia pun membantu papanya menjalani perusahaan yang di kelola oleh papanya, Andi Wibowo.
Kurang apa lagi coba, sampai putrinya itu harus mengalami hal seperti ini. Kadang dirinya sebagai seorang perempuan juga merasa heran, kenapa Alana mau di pacari sampai 10 tahun lamanya. Dulu aja dia sebelum nikah sama suaminya, dia cuma pacaran enam bulan aja. Setelah itu ia langsung berkata tegas, "Jika ingin serius, ayo nikah, kalau enggak, ayo kita akhiri hubungan ini. Aku tak mau menjalani hubungan yang hanya untuk di ajak pacaran terus."
Jika ia dulu bisa tegas, kenapa putrinya gak bisa. Bahkan umur putrinya pun tak lagi muda, sudah umur 27 tahun dan belum menikah. Tiga tahun lagi sudah umur 30 tahun, wanita makin tua, akan di hujat orang dengan kata-kata perawan tua. Dan ia gak mau itu terjadi.
Alia melirik lagi ke arah putrinya yang hanya bisa menunduk diam, entah apa yang ia fikirkan. Sejak kecelakaan, dia lebih banyak diam dan tak lagi ceria seperti dulu.
"Tante, jangan khawatir. Kami akan mencari solusinya saat ini," ucap Andre meyakinkan.
"Baiklah, Tante percaya. Kalau gitu Om dan Tante mau ke kantin dulu sekalian mau makan. Nanti kami akan kembali dua jam lagi, jadi manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin," balasnya.
Setelah itu Alia dan Andi pun pergi meninggalkan Andre dan Alana berdua di kamar rumah sakit.
"Sayang, maafin aku. Aku benar-benar minta maaf. Maaf sudah membuat kamu seperti ini," ucap Andre sambil memeluk Alana.
"Jangan diam terus sayang, jangan buat aku seperti ini," Andre terus memeluk Alana, tak terasa air matanya pun menetes seketika. Tanpa mereka tau bahwa di luar pintu ada Alia dan Andi yang mendengar perbincangan mereka. Sengaja mereka berbohong karena mereka tak mau meninggalkan Alana berdua dengan suami orang. Jadi saat keluar tadi, pintunya tak tertutup sampai rapat, dan di biarkan sedikit terbuka.
"Terus aku harus gimana Mas? Kamu tau saat aku dari pesta pernikahan kamu dan istri kamu, hatiku sakit Mas. Sangking sakitnya aku sampai tak konsentrasi menyetir mobil dan akhirnya aku bertabrakan. Aku fikir, aku akan mati tapi ternyata Tuhan masih membiarkan aku hidup sampai sekarang. Tapi jika boleh memilih, aku lebih baik mati Mas, dari pada hidup seperti ini." Alana mengungkapkan perasaannya, perasaan yang ia simpan seorang diri hingga tak ada yang tau bagaimana ia menanggung semua rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Jujur Mas, walau aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk berdamai dengan keadaan, nyatanya aku tak bisa. Semua itu terlalu berat. Aku tak rela Mas, melihat kamu bersanding dengan wanita lain. Hatiku sakit, seperti ada jarum yang terus menusuk hatiku, dan rasanya sangat sakit, sakiiiiiiy banget," ujar Alana sambil memukul dadanya yang terasa sesak.
Andre melepas pelukannya dan memegang kedua tangan Alana.
"Sayang, aku harus gimana? Kamu aku ajak kawin lari, kamu tak setuju. Aku bisa apa. Aku juga sudah berusaha menolak perjodohan ini, nyatanya itu malah membuat papa dan mamaku murka .Bahkan mereka membuat rumah jauh sebelum aku dan Zahra di jodohkan." Ungkap Andre sambil terus memegang kedua tangan Alana, ia menatap wajah Alana yang sendu, air mata juga lolos mengalir di pipi lembutnya. Andre pun segera menghapus air mata tersebut dengan sangat pelan sekali, seakan-akan jika ia kasar sedikit saja, pipi itu akan rusak.
"Aku seperti makan buah simalakama, aku bela kamu, nanti aku jadi anak durhaka. Bagaimanapun surgaku ada sama mamaku, Ridho Allah ada pada Ridho mamaku. Jika bela mama dan papa, aku menyakiti kamu, wanita yang aku cintai."
"Terus aku harus gimana, sekarang aku sudah menikah dengan Zahra, wanita yang bahkan baru aku kenal. Dan kami juga menempati rumah pemberian mama dan papaku."
"Tapi kamu jangan khawatir, aku dan Zahra pisah kamar. Aku dan dia memang sekarang tinggal satu atap, tapi aku tinggal di kamar utama, dan dia tinggal di kamar sebelah. Aku bahkan sampai detik ini belum menyentuh dia sayang. Saat di hotel pun, walaupun sekamar, aku tidur di sofa dan dia tidur di kasur."
"Aku hanya menganggap dia istri di atas kertas, tak lebih. Karena memang pernikahan ini bukan kemauanku, tapi kemauan orang tua aku. Dan aku lihat, Zahra pun juga terpaksa melakukan ini. Kami sama-sama terpaksa, kami sama-sama korban sayang," imbuh Andre menjelaskan semuanya.
"Kamu fikir, aku bahagia dengan pernikahan ini? Enggak! Aku gak bahagia, yang ada perasaanku rasanya sangat sesak memikirkan kehidupanku yang seperti ini. Aku udah dewasa, tapi aku merasa masih di perlakukan seperti anak kecil. Bahkan untuk urusan jodoh pun, harus di atur. Tak ada yang bahagia sayang, aku, kamu bahkan Zahra pun juga tak bahagia," sambung Andre.
"Tapi tetap saja Mas, hatiku sakit," ucap Alana.
"Bagaimana jika kita menikah sirri? Dengan begitu cinta kita tak terpisahkan. Beri aku waktu setahun, setelah itu aku akan menceraikan Zahra. Dan selama satu tahun itu pula, aku tak akan menyentuh Zahra sedikitpun, aku juga akan sering menghabiskan waktuku sama kamu. Untuk saat ini aku tak bisa meninggalkannya, aku harus cari cara agar aku dan Zahra bisa pisah dengan baik-baik. Bagaimanapun Zahra juga berhak mendapatkan laki-laki yang mencintainya dengan tulus, seperti cinta aku ke kamu," usul Andre, karena hanya ini satu-satunya cara agar ia bersatu dengan wanita yang ia cintai.
"Tapi gimana dengan mama dan papaku Mas. Akankah mereka merestuinya jika aku menikah sirri dan menjadi istri kedua?" tanya Alana yang mulai luluh.
"Kita bisa memohon sama mereka sayang, agar mereka mau merestui hubungan kita seperti dulu. Status kamu memang istri kedua, tapi bagiku hanya kamu satu-satunya yang jadi istriku. Tak ada yang lain. Hanya kamu sayang. Lagian ini hanya untuk sementara, cuma setahun. Setelah aku menceraikan dia, kita akan menikah secara resmi," jawab Andre.
"Emang mama dan papa kamu akan membiarkan kamu bercerai dengan istrimu itu?" tanya Alana lagi.
"Sayang, tak mungkin selamanya mereka akan terus mengatur hidupku. Aku bukan boneka, aku ini manusia, aku punya hati dan perasaan. Aku berhak untuk bahagia. Aku berhak untuk menentukan siapa jodohku, siapa yang pantas untuk mendampingiku."
"Mungkin sekarang aku hanya bisa diam dan membiarkan mereka mengatur hidupku, tapi ini yang terakhir kali. Ke depannya aku akan mecoba memberikan mereka pengertian bahwa aku bukan anak kecil lagi yang selalu bisa mereka atur. Aku juga berhak memilih siapa yang terbaik buat aku.
Yang terbaik buat mama dan papaku, belum tentu yang terbaik buat aku kan?" tanya Andre.
"Ya, baiklah aku akan minta mama dan papaku memberikan restu buat kita agar bisa menikah sirri. Lagian yang butuh wali itu cukup aku kan, pihak laki-laki gak perlu," ujar Alana tersenyum. Mendengar kata-kata Andre, ia mulai berfikir jernih dan ia menerima untuk menikah sirri dan menjadi istri kedua. Tak apa-apa di bilang plin-plan. Ia tak sanggup jika harus berpisah dengan Andre.
"Terus bagaimana dengan Zahra? Apa dia gak masalah kita nikah?" tanya Alana yang masih memikirkan perasaan Zahra.
"Aku rasa tak masalah karena dia juga kan tak mencintaiku. Aku juga akan mengizinkan dia bekerja, mengejar impian dia menjadi wanita karir, agar ia tak kesepian di rumah dan bisa mencari cinta sejatinya. Setidaknya saat aku dan dia berpisah, dia bisa langsung menikah dengan laki-laki yang ia cintai setelah masa iddahnya selesai."
"Tapi aku rasa, tak perlu kasih tau deh mas. Aku takut menyakiti hatinya, walaupun dia tak mencintai kamu, tapi mana ada wanita yang mau di madu. Jadi pernikahan sirri ini cukup aku, kamu, orang tuaku dan orang yang bisa di percaya untuk kita jadikan saksi nikah. Kita juga bisa mengundang pak penghulu yang bisa di percaya agar pernikahan sirri ini tak sampai di ketahui oleh banyak orang Terutama Zahra, orang tua kamu, dan yang lainnya."
"Baiklah, jika memang itu yang kamu inginkan."
Mereka terus bicara, sedangkan di luar pintu Alia langsung mengajak suaminya untuk pergi dan berdiskusi.
"Mas gimana ini, mereka mau nikah sirri?" tanya Alia khawatir.
"Kalau menurutku, kita restui aja, lagian cuma setahun kan. Andre berjanji hanya setahun dan setelah itu ia akan menceraikan istrinya. Lagian jika di fikir-fikir, ini semua tak sepenuhnya salah Andre. Ia pun tak mau seperti ini, tapi kedua orangtuanya yang sangat ingin berbesanan dengan sahabatnya hingga mengorbankan perasaan putranya," jawab Andi.
"Baiklah, Mas. Berarti kita restui aja kan pernikahan mereka?"
"Iya."
Setelah mereka berdiskusi, mereka pun kembali ke kamar di mana Alana di rawat. Tapi mereka tetap akan pura-pura tak tau sampai Andre sendiri yang mengungkapkan keinginannya untuk menikahi putrinya.