Chereads / Istri Di Atas Kertas / Chapter 37 - Antara Dua Pria

Chapter 37 - Antara Dua Pria

"Mas, nanti jam sepuluh ada rapat dengan perusahaan MI," ucap Zahra memberitahu.  

"Oh ya, nanti kamu ikut ya," ujar Reyhan sambil menatap wajah Zahra yang selalu membuat hatinya bergetar.

"Iya, nanti berangkat jam 9 ya, takutnya macek di jalan," kata Zahra.

"Oke, nanti ingetin lagi ya, takutnya aku lupa."

"Siap. Aku mau ke ruanganku dulu,"

"Iya."

Lalu Zahra pun kembali ke ruangannya yang ada di sebelah ruangan Reyhan. Setelah kepergian Zahra, Reyhan menatap sedih percintaannya. Begitu miris rasanya mencintai istri orang lain. Tapi apa bisa di kata, ia pun juga tak mau seperti ini, namun ia juga tak bisa dan tak mampu untuk mengendalikan rasa cinta yang ada di hatinya, walaupun ia berusaha untuk melupkaannya, nyatanya itu tak semudah seperti membalikkan tangan.

Dan ia hanya bisa diam meratapi nasibnya dan ia hanya bisa berharap, kelak Tuhan memberikan kesempatan untuknya bisa bersatu dengan orang yang ia cintai. Untuk saat ini, yang terpenting Zahra ada di dekatnya dan bisa menatapnya setiap hari, sudah lebih dari kata cukup.

Reyhan kembali menatap laptopnya yang masih menyala, semalas apapun dirinya, sebosan apapun dirinya dan segalau apapun dirinya, pekerjaan tetap harus ia kerjakan dan jangan sampai terbengkalai. Karena ada banyak orang yang bekerja di perusahannya, ada banyak orang yang mengaiz rezeki di tempatnya dan jika sampai ia melalaikan pekerjaannya, tak menutup kemungkinan perusahaan bisa gulung tikar dan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan. Dan ia pasti akan merasa dirinya sangat dzolim karena masalah sepele menyebabkan penderitaan banyak orang.

Tepat jam 9, Zahra kembali datang bahkan ia sudah siap dengan berkas yang ia pegang di tangan kanannya.

"Mas, ayo berangkat," ajak Zahra.

"Iya bentar, aku matikan laptop dulu," jawab Reyhan.

Zahra pun menunggu sambil memperhatikan Reyhan yang sibuk di belakang mejanya. "Kenapa Mas Reyhan makin tampan saja sih? Eh aku ngomong apa sih. Astaugfirullah, Zahra kamu gak boleh mengagumi ketampanan orang lain. Ingat! Kamu sudah menikah, kamu harus bisa jaga mata dan hati kamu untuk suamimu," gumam Zahra dalam hati.

"Za, kenapa malah bengong. Ayo," ucap Reyhan tersenyum, sebenarnya ia tahu, kalau tadi Zahra sempat memperhatikan dirinya, namun ia berusaha untuk menegurnya karena selain takut Zahra malu, ia malah merasa senang di perhatikan bahkan di liatin sampai segitunya.

"Eh, iya," jawab Zahra gugup.

Lalu mereka jalan beriringan menuju mobil yang sudah disiapkan di depan perusahaan. Seperti biasa, Reyhan lebih memilih untuk menyetir sendiri ketimbang memakai sopir. Entahlah, di saat kebanyakan para atasan menggunakan setir, ia malah merasa risih dan lebih nyaman kemana-mana menyetir sendiri.

Zahra duduk di samping Reyhan yang ada di belakang kemudi, sebelum berangkat, tak lupa Zahra membaca basmallah dan doa agar bisa selamat sampai tujuan dan terhindar dari segala mara bahaya.

"Za. Perusahaan Mi itu perusahan mertuamu kan, tempat suamimu bekerja?" tanya Reyhan basa basi, padahal ia tahu betul jawabannya. Hanya saja dari pada diem dan garing, lebih baik ia menanyakan sesuatu.

"Iya, Mas."

"Oh, kalau nanti kamu ingin menemui suamimu dan berbincang sebentar gak papa, nanti aku tunggu di mobil." Reyhan berkata sok tegar, padahal dalam hati ia sejujurnya keberatan jika harus melihat Zahra dan suaminya berduaan.

"Iya."

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan Perusahaan MI. Zahra dan Reyhan turun dan berjalan menuju resepsionis.

"Ibu, mau bertemu Pak Andre ya?" tanya resepsionis ramah. Ia memang tidak kenal dengan Zahra, namun saat pernikahan mereka, resepsionis itu datang karena memang semua yang bekerja di Perushaan MI di undang semua, tentu mereka bisa melihat wajah Zahra sehingga saat pertama kali bertemu pun, mereka langsung mengenalinya.

"Bukan, tapi aku datang ke sini sama bosku. Hehe, aku ada rapat dengan Pak Agus," jawabnya ramah dan tersenyum.

"Oh saya fikir ke sini mau bertemu Pak Andre hehe. Soalnya kalau mau ketemu Pak Andre, kebetulan Pak Andre sekarang gak ada." ucap resepsionis membuat Zahra mengeryitkan dahi.

"Loh memang kemana?" tanya Zahra.

Belum juga di jawab, Zahra sudah keburu di panggil oleh Reyhan.

"Za, ayo." ajak Reyhan, karena ternyata kedatangan mereka sudah di sambut oleh Pak Anton. Sekertaris Pak Agus yang memang sengaja turun ke bawah untuk membawa mereka ke lantai tiga di mana Pak Agus sudah menunggu kedatangan mereka.

"Iya, maaf ya. Aku ke dalam dulu," ucap Zahra tersenyum. Lalu ia pun pergi tanpa melihat ke arah resepsionis lagi, gara-gara bahas suaminya, ia sampai lupa kalau dia ke sini karena ada rapat penting.

Zahra pun segera berjalan di belakang Reyhan dan pergi menuju lantai tiga.

Saat tiba di ruangan, Zahra melihat Pak Agus yang sibuk dengan berkas yang ada di atas meja. Sedangkan di sampingnya ada laptop yang masih menyala.

"Assalamualaikum," sapa Reyhan terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam, eh Pak Reyhan sudah datang. Ayo masuk," ujar Pak Agus menatap Reyhan dengan senyuman khasnya. Pak Reyhan pun masuk dengan di ikuti oleh Zahra di belakangnya.

"Loh Zahra? Kamu mau ketemu papa?" tanya Agus karena ia memang belum tahu kalau Zahra seketeraris Reyhan. Dan ia benar-benar terkejut karena ini pertama kalinya Zahra menginjakkan kaki di perusahaannya. Apalagi Zahra belum memberitahu dirinya kalau mau datang ke sini.

"Atau mau ketemu suamimu?" tanya Agus lagi.

"Aku ke sini bukan sebagai menantu papa atau istri dari Mas Andre, Pa. Tapi karena aku lagi bekerja, kebetulan aku merupakan sekertaris, Mas Reyhan," jawab Zahra.

"Oh jadi kamu kerja sebagai sekertarisnya, tak fikir kamu ke sini mau ketemu papa atau Andre,"

"Enggak, Pa. Hehe." Jawab Zahra.

"Kok kamu manggil Pak Reyhan dengan panggilan Mas?" tanya Agus merasa ada yang janggal.

"Kebetulan Mas Reyhan itu seniorku, Pa di kampus. Dan dia gak mau di panggil pak berasa tua katanya hehe. Bukan cuma aku kok yang manggil Mas tapi sahabatku Anna dan ada beberapa karyawan lain juga manggil Mas Reyhan dengan sebutan Mas. Mungkin karena dia merasa masih muda kali ya dan masih single jadi gak mau di panggil pak karena takut di kira bapak-bapak hehe," balas Zahra ngegosip. Sedangkan yang di gosipin duduk santai sambil menatap Zahra dan rekan bisnisnya yang lagi membicarakan dirinya.

Jika orang lain biasanya akan membicarakan orang lain di belakangnya, ini malah blak blakan. Reyhan hanya geleng geleng kepala dan tak mau menyela percakapan menantu dan mertuanya itu.

"Haha kamu itu ada ada saja, iya sudah ayo duduk. Papa seneng loh walaupun kamu ke sini urusan pekerjaan, setidaknya kamu bisa datang ke perusahaan papa, yang kelak juga akan papa wariskan buat kamu dan Andre, jadi kalau bisa kamu juga harus sering sering main ke perusahaan ini," ujar Agus santai tanpa ia tahu, kalau ada dua hati yang merasa resah dan gelisah. Siapa lagi kalau bukan Zahra dan Reyhan.

Zahra merasa apa yang di katakan oleh mertuanya itu berlebihan, ia takut jika dirinya tak bisa menjaga pernikahannya mengingat hubunganannya dengan suaminya masih seperti ini, walaupun Andre sudah berjanji mau berubah dan belajar mencintainya, namun Zahra masih merasa dirinya sebagai orang asing untuk suaminya apalagi mengingat Andre yang seperti menyimpan rahasia besar darinya.

Sedangkan Reyhan merasa hatinya sakit, karena mendengar Agus berbicara seperti itu, ia merasa bahwa mertua Zahra yang merupakan rekan bisnisnya sepeti sangat berharap sekali jika anak dan menantunya itu mempunyai hubungan yang harmonis dan bertahan lama hingga Agus akan mewariskan  perusahaan ini untuk Zahra dan Andre.

Saat ini, Reyhan duduk berdampingan dengan Zahra. Begitupun dengan Agus dan juga seketarisnya, Anton.

Mereka melupakan masalah pribadi mereka sejenak dan mulai membahas masalah bisnis. Setelah hampir dua jam, akhirnya pembicaraan itu pun selesai dan mereka menemukan kesepatakan hingga surat perjanjikan akan di buat besok hari untuk di tanda tangani oleh Agus dan Reyhan sebagai tanda berhasilnya kesepakatan di antara mereka. Zahra dan Anton yang tadi mendengarkan pun mencatat poin point pentingnya dan sesekalli membuka suara jika memang di perlukan.

Setelah selesai, akhirnya mereka pun mulai berbincang. Anton lebih dulu keluar karena ia merasa, ia tak perlu ikut nimbrung karena ia merupakan orang luar. Sehingga di ruangan hanya tinggal Reyhan, Agus dan juga Zahra.

"Pak Reyhan, saya titip menantu saya ya," ujar Agus ramah.

"Iya, Pak. Kalau bisa, jangan panggil Pak, panggil Reyhan saja, kan sekarang tidak lagi bahas bisnis," balas Reyhan yang membuat Agus tertawa.

"Baiklah, baiklah Reyhaan. Saya tak menyangka di usiamu yang sekarang, kamu sudah bisa menjadi seorang yang sukses seperti ini, saya sungguh salut sama kamu,"

"Sebenarnya semua orang pasti bisa, asal mau belajar dengan sungguh-sungguh, tak menyia-nyiakan jika ada kesempatan, dan selalu penasaran untuk terus belajar dan menggali ilmu lebih dalam, mencoba dan mempraktekkan ilmu yang di dapat, dan ya selain berusaha, tentu juga harus rajin bersedekah dan berdoa tentunya serta minta restu orang tua karena dengan begitu. InsyaAllah langkah kita untuk menggapai kesuksesan akan di mudahkan." Reyhan menjawab pertanyaan Agus dengan lugas membuat Agus semakin terkesima.

"Kamu memang hebat, pasti orang tua kamu bangga mempunyai anak seperti kamu," puji Agus.

"Saya rasa semua orang tua pasti bangga dengan anak mereka, karena setiap anak pasti punya kelebihan dan kekurangan masing masing. Saya memang pandai dalam hal berbisnis tapi ada satu keinginan orang tua saya yang belum bisa saya beri,"

"Apa itu?" tanya Agus penasaran.

"Menantu dan cucu," jawab Reyhan yang membuat Agus semakin tertawa.

"Haha ya setiap orang tua pasti mengingingkan segera punya menantu dan cucu terlebih jika anaknya sudah cukup umur dan sudah bisa membangun rumah tangga sendiri. Dan yang pasti setiap orang tua selalu berharap mendapatkan menantu yang baik, sholeh dan sholehah serta bisa mengayomi keluarganya. Dan saya pun merasa sangat bersyukur ketika saya berhasil menjodohkan anak saya dengan Zahra, karena saya percaya, Zahra adalah wanita yang sangat baik, yang kelak InsyaAllah bisa membuat anak saya berubah untuk bisa menjadi lebih baik lagi."

"Hehe iya, saya berharap kelak juga bisa mempunya istri yang sholehah seperti Zahra, hehe karena saya tahu Zahra adalah wanita yang sangat baik dan sangat pintar menjaga diri,"

"Dan saya harap kamu tidak mengambil Zahra dari putra saya,"

"Saya tidak akan mengambil yang masih menjadi milik orang lain kecuali orang itu yang membuangnya maka saya akan suka rela mengambilnya dan menjaganya sebaik mungkin," jawab Reyhan yang membuat suasana sedikit panas walaupun mereka ngomong dengan santai.

"Oh ya pa, aku gak bisa lama lama karena setelah ini masih ada rapat setelah jam makan siang," ujar Zahra menyela omongan mereka berdua.

"Oh begitu, iya sudah kalian hati hati ya," ucap Agus tersenyum. Walaupun ia melihat Zahra dan Reyhan biasa-biasa saja, namun sebagai seorang laki-laki ia merasa bahwa Reyhan menyukai Zahra, hanya saja Reyhan memilih diam dan tak menunjukkan perasaannya secara terang terangan.

"Iya, Pa. Kami pamit ya, Pa. Assalamualaikum." Zahra mencium tangan papa mertuanya yang sudah ia anggap seperti papanya sendiri.

Sedangkan Reyhan ia hanya berjabat tangan saja seperti ia menjabat tangan dengan rekan kerja yang lain.

Lalu setelah itu, Reyhan dan Zahra memilih untuk pulang namun sebelum itu, Zahra meminta waktu karena ia masih ada urusan. Reyhan yang mengerti, ia pun  memilih menunggu Zahra di mobil dan membiarkan Zahra menyelesaikan urusannya sampai selesai.

Kira kira urusan apa ya yang akan di urus oleh Zahra di perusaaan mertuanya? Ada yang bisa jawab?