Tubuh Luo Tiantian bergetar. "Rumah sakit yang mana?"
"Rumah Sakit Rakyat Pertama."
"Baik, aku akan segera datang."
Setelah menutup telepon, Luo Tiantian segera pergi ke garasi untuk mengambil mobil.
"Nona Luo, saya akan pergi dengan Anda."
Kepala Pelayan buru-buru mengejarnya sampai kehabisan napas.
"Tidak, suruh Wang Jinxin mengantarmu."
Luo Tiantian melirik Kepala Pelayan dengan samar.
Pandangannya itu sangat menakutkan, membuat Kepala Pelayan merasa seperti ditatap oleh kematian.
"Nona, Nona Luo?"
Kepala Pelayan gemetar dan melihat Luo Tiantian dengan tatapan kosong.
Kepala Pelayan pernah melihat tatapan seperti ini pada Tuan Muda sepuluh tahun yang lalu.
Sejauh ini, ingatan itu masih segar di kepalanya.
Luo Tiantian berhenti menatap Kepala Pelayan, kemudian dia mengedipkan mata dan menyembuyikan tatapannya yang penuh kemarahan.
"Paman Kepala Pelayan, kenapa?"
Luo Tiantian memiringkan kepalanya dengan curiga, "Aku menyetir dengan sangat cepat. Aku hanya khawatir kalau malah membuat Paman ketakutan."
Setelah selesai berbicara, dia mengerutkan keningnya.
"..." Kepala Pelayan mengusap matanya dan melihat Luo Tiantian berulang kali.
Kepala Pelayan menghela napas lega dalam hatinya, karena yakin bahwa yang ada di depannya ini memang benar Luo Tiantian.
Dia menertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Saya ini benar-benar sudah tua dan tidak berguna. Begitu panik, semua orang langsung terlihat seperti Tuan Muda di mata saya."
Begitu mendengar gumaman Kepala Pelayan, Luo Tiantian mengangkat alisnya dengan tenang.
Saat ini, ada ekspresi khawatir di wajahnya, dan matanya memerah. "Aku juga tidak tahu bagaimana keadaan Paman sekarang. Aku sangat mengkhawatirkannya."
Begitu Kepala Pelayan mendengarnya, dia segera tersadar, "Nona Luo, jangan khawatir. Tuhan akan memberkati Tuan Muda, dan pasti tidak ada masalah."
Sepuluh tahun yang lalu, Tuan Muda berhasil lolos dari kematian.
Hari ini, Kepala Pelayan masih mempercayai Tuan Muda.
"Hmm, pasti tidak ada masalah dengan Paman."
Luo Tiantian mengangguk dengan penuh tenaga dan menyeka air mata yang tidak nampak di ujung matanya.
Ada kekhawatiran dan juga kesedihan.
Tetapi, Luo Tiantian tidak boleh menangis.
Karena dengan menangis saja…
Orang lain yang ada dalam bahaya tidak akan bisa kembali.
Saat Luo Tiantian masih kecil, ayah dan ibunya pergi seperti ini.
"Oke, kalau begitu Anda pergi dulu untuk melihat situasinya. Saya akan menyuruh Wang Jinxin mengantar saya." Melihat ekspresi sedih Luo Tiantian, perasaan Kepala Pelayan menjadi hangat. "Hati-hati di jalan…"
Belum selesai Kepala Pelayan berbicara, Luo Tiantian sudah berbalik badan.
Dia langsung berjalan menuju mobil Rambo Poison yang tadi pagi dikendarainya.
Di situasi genting seperti ini, dia tidak sempat mengagumi garasi besar itu.
Dia mengeluarkan kunci mobil dari lemari di sebelah, membuka kunci dan naik mobil.
Setelah membuka penutup merah, dia menekan tombol untuk menyalakan mesin, memutar setir, melepaskan rem dan menekan pedal gas.
Seluruh rangkaian gerakan itu dilakukan Luo Tiantian dengan mulus, hanya dalam sekali jalan.
Sampai badan mobil menghilang dari pandangan Kepala Pelayan seperti hembusan angin.
Kepala Pelayan kemudian melambaikan tangan dengan kaku dan bergumam, "Aman."
-
Di pintu kamar operasi rumah sakit.
"Kakak Jing, di mana Paman? Sekarang kondisi Paman bagaimana?"
Luo Tiantian berlari dengan cepat ke arah Xue Feijing dan mencengkeram tangannya dengan erat.
Xue Feijing menatap Luo Tiantian selama beberapa detik, lalu berbicara dengan perlahan, "Kamu memiliki hati nurani, sebanding dengan rasa sakit yang diderita adikku."
"Kakak Jing!"
Luo Tiantian marah karena jawaban Kakak Jing malah tidak sesuai dengan apa yang dia tanyakan, "Lihatlah situasi saat ini, kenapa kamu masih bercanda?"
Xue Feimo sangat berarti bagi Luo Tiantian.
"Sudah, jangan khawatir, anak ini tidak bisa mati." Xue Feijing meletakkan tangannya di dada dan berpura-pura tenang.
Melihat Xue Feijing yang seperti itu, perasaan Luo Tiantian jadi jauh lebih lega.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada seseorang yang berusaha menyakiti Paman?"
Dia meletakkan kedua tangannya di atas pegangan dan menundukkan kepala untuk menutupi kesedihan di matanya.
"Dalam perjalanan pulang ke rumah, Mo Mo ditabrak truk besar sampai ke laut. Sopir truk meninggalkan mobil dan melarikan diri. Mobilnya berwarna hitam."
"..." Luo Tiantian mengerucutkan bibirnya, "Aku tahu."