Agha menarik napasnya. Dia menggenggam tangan Auriga yang dingin. Dia berusaha menahan air matanya.
"Auriga maafin Agha, maafin Agha karena sudah bikin Auriga kayak gini. Maafin Agha Au, Agha sering bikin Au dapat masalah, Agha sering bikin Au kesulitan. Maaf Au..." Agha terus mengenggam tangan kembarannya itu.
"Auriga gak mau bangun? Auriga kalau di sini tidurnya sendiri, gak boleh ada yang nemanin kalau di sini. Mending di rumah aja, kita bisa cerita banyak hal."
Agha menarik napasnya, dia menatap wajah Auriga yang tertidur damai.
"Aku udah bisa ngelihat sekarang, kita bisa ngelakuin berbagai hal berdua. Kita bisa menatap langit malam berdua, kita bisa jalan-jalan berdua. Kamu bisa ajarin aku banyak hal lagi Au. Aku bisa lihat semua ekspresi kamu mulai sekarang, kamu gak akan marah lagi kalau aku salah arah saat melihat kamu."
Tidak ada pergerakan dari Auriga, tentunya. Hanya ada suara monitor.
