Hujan. Mengapa harus selalu hujan yang membawa luka untuknya, mencipta segala trauma, membuat dirinya lemah tak berdaya, dan membuat takut hingga merasakan sesak di dada.
Dan mengapa hujan selalu turun ketika dia kembali merasakan kehilangan? Dulu kakaknya kini ibunya.
Tak bisakah hujan membawa bahagia untuknya, bukan luka yang kembali menusuk dada. Tak bisakah hujan memberi kenangan dengan tawa, bukan kenangan penuh duka.
Tubuh yang menggigil kedinginan itu kini merasakan hangat ketika sebuah tangan mendekapnya, membawa kepalanya bersandar pada dada bidang dan tangan yang mengelus kepalanya.
"Biarkan Mama pergi, Rey tidak sendirian. Reynar masih punya Papa."
Suara ayahnya terdengar, membuat isakannya terdengar lebih keras di jalanan malam itu. Tangan mungilnya memeluk tubuh ayahnya.
"Mama pergi, Pa. Reynar tidak memiliki ibu lagi."
"Reynar akan memilikinya, Papa janji. Papa akan memberikan Reynar seorang ibu."
"Reynar ingin Mama."