"Jadi.... Ayah sama Bunda memang di pesawat....itu?" Sulit untuk Doyoung untuk mengeluarkan suaranya.
"Iya, Bapak Arya dan Ibu Dagna mendapatkan tiket terakhir untuk penerbangan awal. Mereka mau pulang cepat ke sini."
Doyoung terdiam mengerti maksud dari ucapan Taeil. Bunda dan Ayahnya sudah berusaha untuk segera pulang menemui putra-putranya, tapi takdir berkata lain.
"Perusahaan benar-benar terpukul akan akan berita ini. Semuanya kehilangan sosok pemimpin yang tangguh. Semua karyawan sangat menghargai dan mengagumi sosok Bapak Arya dan Ibu Dagna."
Taeil mengeluarkan beberapa amplop dari dalam tasnya. Dia meletakkannya di atas meja.
"Ini surat kematian Bapak Arya dan Ibu Dagna." Dia menyodorkan amplop berwarna hitam. Tangan Doyoung gemetaran mengambil amplop tersebut. Sungguh dia tidak pernah mau menerima semua kenyataan ini.
"Ini...wasiat yang dibuat oleh Bapak Arya satu tahun yang lalu. Bapak Arya sudah membuatnya sebelum peristiwa ini terjadi."